BAB 31 Canggung

113 13 0
                                    

Q: "Udah ada progress?"

Aksel : "Sedikit."

—AKSELA—

Aksel menatap bahan-bahan makanan yang ada di troli sembari menghela napas. "Masih ada yang kurang?"

Gadis bertubuh mungil yang berjalan di sebelahnya langsung menjawab, "Iya." dengan tatapan yang menatap ke sekitarnya.

Katanya Aksel ingin meminta maaf atas kejadian kemarin dan sebagai gantinya dia akan mengabulkan permintaan Sela. Keinginan Sela bukan makan di restoran yang mendapat bintang dari Michelin ataupun dibelikan barang branded. Dia hanya ingin Aksel menemaninya belanja bahan-bahan makanan di supermarket. Sesimpel itu.

Padahal Sela tinggal sendiri tapi bahan makanan yang ia masukkan segini banyaknya. Sela memasukkan makanan beku, berbagai tipe roti, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Aksel hanya melihat beberapa bungkus mie instan dan pasta. Mungkin Sela menganut tipe 'kalau ada yang sulit kenapa harus yang mudah?' Jika dilihat dari isi troli ini.

"Lo tunggu sini." Sela menyuruh Aksel diam di daerah makanan ringan. Aksel belum sempat bertanya tiba-tiba Sela pergi entah kemana.

Sela memang pergi ke arah timur, tapi nanti pas kembali dia bisa berasal dari arah selatan.

Sembari menunggu Sela dia lihat-lihat makanan yang terpajang di rak. Tidak ada yang memikat hatinya karena memang Aksel kurang suka makanan ringan. Ketika dia kembali ke troli Sela masih belum tiba juga. Lagi-lagi dia harus menunggu seperti anak hilang.

"Merek rokok lo apa?" Suara itu lantas membuat Aksel menoleh kaget. Tiba-tiba Sela sudah ada di sebelahnya.

"Gua udah gak ngerokok." jawab Aksel.

"Beneran udah enggak? Padahal gue udah bawa beberapa merek." ucap Sela.

"Sesekali ya masih, belom bisa gak ngerokok sama sekali." jelas Aksel. "Udah, kan?" Dia lanjut mendorong troli sementara Sela meletakkan beberapa bungkus rokok yang ia bawa ke sembarang rak.

"Terus lo masih minum?" Sela bertanya lagi.

"Udah enggak. Kan kita mau nikah jadi gua mau mulai ngilangin kebiasaan jelek."

"Idih, pede banget." cibir Sela. "Ceritanya tobat lo?"

"Ya... bisa dibilang gitu. Cuma ngurangin doang sih, bukan stop."

Sela mengalihkan pandangannya lalu tersenyum kecil. Entah kenapa dia senang dengar Aksel bilang begitu walaupun tidak tau apakah di akhir cowok itu bisa mengurangi atau cuma omdo. Mari apresiasi niat baiknya dulu.

"Abis ini masakin gua makanan dong!" Pinta Aksel.

"Lo mau makan apa?"

"Apa aja terserah lo." Aksel antusias.

"Yaudah nanti gue gorengin sosis." ucap Sela kemudian pergi ke rak susu yang ada di dekatnya.

"Gak sosis juga dong." gumam Aksel.

Sudah tau dia ini semampai, malah sok meraih barang yang lebih tinggi darinya. Sela sampai berjinjit tapi masih tidak bisa meraih kotak susu yang dia inginkan.

Sebagai cowok yang punya tubuh tinggi harusnya Aksel peka. Yang namanya Aksel memang tidak bisa diandalkan. Jangankan membantu, menawarkan bantuan juga tidak sampai akhirnya Sela berbalik menatap Aksel sinis.

"Bantuin gue kek!" Omelnya.

"Lu gak minta tolong." ucap Aksel.

"Peka dong jadi cowok jangan maunya diomong aja."

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang