Ada banyak alasan untuk aku pergi, tapi aku memilih tidak. Sebab kamu adalah luka, sekaligus penyembuh yang aku suka.
~~~~~
"Gak, gak bisa. Gue harus masuk."
Emosi Satya memuncak, sehingga untuk menenangkannya pun susah. Bahkan Vania sekalipun.
"Gar, udah Gar, jangan dulu masuk. Itu urusan orangtua lo," Vania menahan Satya dengan menghadang di depan Satya sambil menahan bahu Satya.
"Gak bisa Van, gue harus masuk." Ucapnya masih dengan nada dingin.
"Terus gue gimana?" Tanya Vania dengan mendongak ke atas, karena memang tinggi badan mereka yang bisa dibilang jomplang. Sengaja memang, Vania hanya ingin Satya tidak masuk ke dalam dan terjadi percekcokan diantara keluarganya.
Satya mencoba berpikir, namun pintu di belakang Vania sudah terlanjur terbuka.
Satya dan Bram, ayah Satya sama-sama saling menatap. Tatapan mereka bertemu dalam waktu yang cukup lama. Terdapat emosi yang tersirat dari tatapan masing-masing. Vania yang ada di antara mereka mulai minggir dan menghampiri bunda Satya.
"Masih sama dia kamu?" Tanya Bram dingin. Satya pun membalasnya dengan nada yang sama pula.
"Siapa anda urus hidup saya?"
Vania tertegun melihat interaksi antara ayah dan anak yang bisa dibilang tidak wajar ini. Vania mencoba menenangkan bunda Satya yang masih terisak.
"Sudah saya bilang, jangan dekati dia lagi. Kamu akan bertunangan dengan Bella. Dan kamu, kenapa kamu masih saja dekati anak saya?" Kali ini Bram beralih pada Vania. Vania terkejut dan hanya bisa diam mematung.
"Maaf om," dalam keadaan seperti ini pun Vania masih bisa menunjukkan sikap wibawanya. Ia berkata dengan tegas kemudian menundukkan kepalanya.
"Kamu kira kamu pantas sama anak saya?"
"Anda gak usah sok suci. Lihat diri anda, bisa-bisanya punya anak dari wanita lain?" Balas Satya membela Vania.
"Kamu nguping? Gak sopan!"
Plakk
Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Satya. Satya hanya tersenyum miring, ia sudah terbiasa dengan tamparan sang ayah. Meski begitu, sekalipun Satya tak pernah membalas apa yang dilakukan oleh papa-nya ini. Karena ia masih punya etika yang diajarkan oleh sang bunda.
"Satya," pekik Vania dan Kartika bersamaan.
"Itu semua bukan urusan kamu," hardik Bram.
"Kalau begitu, jangan urus hidup saya juga!"
Tak ingin berlama-lama, Bram meninggalkan mereka bertiga entah kemana. Ia tidak ingin emosinya terpancing oleh anaknya sendiri, Satya.
"Satya kamu gapapa?" Tanya Kartika seraya berdiri menghampiri putranya kini.
"Gapapa kok Bun, udah biasa." Jawab Satya santai.
"Gar, gue mau pulang." Tiba-tiba saja Vania berpamitan hendak pulang.
"Jangan, katanya lo kan tadi mau makan disini?" Cegah Satya.
"Enggak, gue makan di rumah aja." Jawab Vania sedikit canggung. Ia merasa posisinya saat ini tidak wajar, berada diantara masalah pribadi keluarga Satya.
"Eh eh, Bunda udah masak. Makan bareng aja yuk sekalian," ajak Kartika pada Vania.
"Enggak deh Bun, Vania gak laper kok."

KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS vs KOMANDAN[✅]
RomanceTentang kisah seorang komandan paskibra perempuan dengan ketua osis laki-laki. Keduanya baru menyadari perasaan masing-masing saat setelah memerankan sebuah pertunjukan drama putri tidur. Namun setelahnya, kisah mereka berjalan lebih rumit dari sebe...