BAB 35 [PEMBAHASAN]

1.6K 105 31
                                    

Sinar matahari pagi yang cerah menimbulkan efek ceria di hati Vania. Sejak semalam ia berpikir, ia harus bisa kuat dan tegar menghadapi permasalahan yang ada. Dan satu hal yang akan selalu ia ingat, Satya akan selalu ada untuknya. Vania yakin itu.

Seperti sekarang, Satya telah bertengger rapi di atas motornya di teras depan rumah Vania. Ia telah siap sedia mengantar jemput Vania setiap saat. Meskipun bisa dibilang, hubungan mereka tanpa status. Hal itu dikarenakan Vania sendiri yang ingin terbebas dari ikatan yang dinamakan pacaran. Dan Satya pun tau itu.

"Udah siap?" Tanya Satya seraya menyodorkan helm untuk Vania.

"Udah dong. Hari terakhir ujian semangat!" Jawab Vania penuh semangat seperti apa yang ia katakan.

"Nyemangatin diri sendiri apa gue nih?" Tanya balik Satya.

"Kita dong," jawabnya dengan senyum manis di pipi Vania.

"Udah ah buruan berangkat, gak sabar gue ngerjain soal Pak Asmo." Vania menyuruh Satya untuk segera melajukan motornya.

"Pegangan," pinta Satya yang dituruti langsung oleh Vania.

Pagi ini, mereka berusaha seceria mungkin. Meskipun di dalam hati kecil mereka masih ada segudang kegelisahan dan kecemasan mengenai masalah yang akan mereka dan teman-teman mereka pecahkan nanti siang, sepulang ujian.

"Woy Van! Bengong aja lo?" Andrea menyadarkan Vania dari lamunannya ketika Vania dan Satya baru saja sampai di kelas mereka.

Sedangkan Kiara yang berada di belakang Vania dan Andrea, masih terlihat canggung untuk mengobrol dengan teman-temannya, BS.

"Bengong apaan? Gue ngantuk tau. Semalem gue nonton bola." Jawab Vania, yang memang semalam terjadi duel final sengit antara Liverpool vs Tottenham Hotspur.

"Lo nonton jam setengah tiga?" Tanya Cacha tiba-tiba dari belakang.

"Lo nonton juga?" Tanya Vania balik.

"Enggak, abang gue nonton berisik banget. Pagi-pagi lesu, gue tanya kenapa eh ternyata kalah jagoannya." Jawab Cacha menjelaskan yang dibalas tawa oleh Vania.

"Diem aja lo Kia? Ngantuk lo? Abis nonton bola juga?" Tanya Vania pada Kiara berusaha mengubah kecanggungan yang ada diantara mereka.

"Enggaklah, gue mana paham gituan." Jawab Kiara seadanya.

"Eh Kia, kemarin juga ada Piala Sudirman kan? Eh gue nonton tau Ki sama bokap gue. Kalo gak salah Indonesia jadi semifinalis kan? Gara-gara Jepang tuh udah kalahin seenak jidat. Padahal kan gue berharap ada final antara Indonesia sama China." Teman-teman Vania yang lain, seakan sadar usaha yang dilakukan Vania untuk menetralisir kecanggungannya dengan Kiara akibat masalah kemarin.

"Iya Van, tapi akhirnya yang menang China." Jawab Kiara masih tetap sekadarnya.

"Iya tuh untung bukan Jepang. Gak rela gue Pak Dirman dibawa ke Jepang," kata Vania antusias.

Seakan sadar dengan sikon saat ini, satu per satu teman-teman Vania pun mulai nimbrung dalam pembicaraan mereka.

"Korea Selatan gimana?" Tanya Andrea yang selalu saja apa yang ia tanyakan berhubungan dengan negeri ginseng.

"Kalah itu mah, cuma sampe perempat final aja." Jawab Vania antusias.

"Set dah gue gak paham," sahut Alin.

"Mana bisa lo paham, yang ada di otak lo cuma Brian Brian Brian." Sambar Revi ikut-ikutan.

"Van," tiba-tiba Kiara memanggil Vania. Otomatis siempunya nama menoleh dengan mengangkat kedua alisnya.

KETOS vs KOMANDAN[✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang