Detik demi detik jam dinding di rumah Satya mulai terlewati. Ia dan sang bunda memang memutuskan untuk kembali ke rumah setelah Kartika memutuskan untuk menerima ajakan rujuk dari ayah Satya. Hati Satya memang tak terima, namun apa daya ia jika itu adalah keinginan dari sang bunda. Malam ini, Bram meminta agar Satya dan Kartika bisa duduk satu meja dengannya untuk membicarakan perihal serius. Namun hingga pukul 8 malam, Bram tak kunjung datang, membuat Satya naik pitam atas kelakuan ayahnhya tersebut.
"Bun, Satya mau keluar ada janji sama temen," pamit Satya karena ia terlalu lama menunggu.
"Mau kemana nak? Tunggu papa dulu paling bentar lagi datang," kata Kartika menahan Satya untuk tidak pergi sebelum Bram datang.
"Satya udah lama nunggu, Bun. Satya pamit, assalamualaikum."
Bertepatan dengan Satya membuka pintu untuk keluar, pintu terbuka dengan sendirinya dari arah luar. Benar saja, ternyata Bram menepati janjinya untuk datang, meskipun tidak tepat waktu.
"Mau kemana kamu? Kembali ke meja makan." Pintanya. Karena Satya tak mau berdebat panjang, ia hanya menuruti kemauan papanya begitu saja.
Setelah sekian lama, akhirnya keluarga kecil Satya bisa berkumpul dan makan malam bersama dalam satu meja makan. Entah harus merasa senang atau apa, Satya bingung. Ia senang karena akhirnya ia dan kedua orangtuanya dapat berkumpul, di sisi lain ia juga khawatir tentang hal apa yang akan dibicarakan oleh sang ayah setelah ini.
"Gimana kabar kamu?" Tanya Bram setelah selesai makan pada Satya.
Satya sempat terdiam sejenak mendengar pertanyaan Bram barusan, hingga akhirnya ia menjawab "Baik, papa gimana?" Tanya balik Satya, membuat Kartika diam-diam tersenyum tipis mendengar interaksi antara ayah dan anak itu.
"Baik. Papa mau minta maaf selama ini papa kasar sama kamu." Hanya sedikit kalimat yang diucapkan oleh Bram, namun langka. Sampai-sampai Satya tidak percaya bahwa Bram mengatakan hal tersebut.
Satya hanya diam tak menanggapi, hingga akhirnya ia berdiri. Hal tersebut tentu membuat Kartika khawatir Satya enggan memaafkan suaminya itu.
Namun tak disangka, Satya justru hambur dalam pelukan Bram. Ia memeluk sang ayah dengan begitu erat. Sungguh hal tersebut adalah kejadian yang sangat langka dalam keluarga Hermanto. Tanpa aba-aba, Bram membalas pelukan sang anak. Suasana haru semakin bertambah ketika Kartika juga ikut dalam pelukan anak dan suaminya tersebut.
"Maafin saya, Tika." Kata Bram dengan mata berkaca-kaca tak kuasa menahan kebahagiaan yang ia rasakan setelah meminta maaf kepada keluarganya. Namun Satya berpikir, sepertinya masih ada sesuatu yang mengganjal di hati sang ayah, entah apa itu.
**
Di kamar Vania, sudah ada berbagai macam camilan dan tentunya laptop yang menyala untuk ia gunakan bersama Cacha dan Andrea, untuk apalagi kalau bukan menonton drama Korea. Karena sebelumnya, Andrea dan Cacha telah mengabari Vania bahwa mereka berdua akan datang ke rumahnya. Namun nyatanya tidak untuk itu."Vania, ada Andrea sama Cacha nih," teriak Velisha dari lantai bawah.
"Suruh masuk kamar Vania aja Ma," pintanya.
Tak butuh waktu lama, Cacha dan Andrea sudah ada di dalam kamar Vania dengan ekspresi wajah yang sulit untuk ditebak.
"Kalian kenapa?" Tanya Vania saat mereka berdua tengah menaruh tasnya.
"Gue bingung nih Van, Kia kemana ya?" Tanya Andrea to the point.
"Lah, bukannya dia tadi gak masuk sekolah?" Tanya balik Vania.
"Justru itu, gue tadi sama Cacha habis dari rumah dia. Terus dianya gak ada," jawab Andrea.
"Bukannya nyokap dia ke luar kota?" Tanya Vania sedikit panik kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS vs KOMANDAN[✅]
RomansaTentang kisah seorang komandan paskibra perempuan dengan ketua osis laki-laki. Keduanya baru menyadari perasaan masing-masing saat setelah memerankan sebuah pertunjukan drama putri tidur. Namun setelahnya, kisah mereka berjalan lebih rumit dari sebe...