BAB 15 [TUJUH BUKAN DELAPAN]

2.1K 126 10
                                    

~Sahabat sejati tidak ditentukan sekarang, melainkan nanti ketika sudah dihadapkan dengan sebuah perpisahan.~

~~~~~

"Guys gue mau ngomong sama kalian,"

Semua anak-anak BS langsung menoleh ke belakang, ke arah April. Entah apa yang akan dia omongkan, nampaknya serius.

"Ngomong apa Pril?" Tanya Gloria.

"Tapi bisa enggak kalau gak disini?"

"Terus dimana?"

"Di taman belakang sekolah aja biar tenang," ajak April menuju taman belakang dan diikuti oleh yang lainnya.

"Bentar Sat, lo tunggu di parkiran aja. Atau kalau enggak, gue bisa naik ojek online ke rumah lo, lo duluan aja gapapa," pamit Vania pada Satya sebentar.

"Gue tungguin di parkiran depan, jangan lama-lama lo," jawab Satya.

"Hm, yaudah terserah lo,"

Sesampainya di taman belakang, April segera memulai pembicaraan.

"Pertama, gue mau minta maaf banget sama kalian semua,"

"Untuk?" Tanya Vania singkat. April menarik nafas panjang, mungkin ini masalah yang rumit baginya.

"Gue udah gak bisa sama-sama lagi bareng kalian." Sontak pernyataan itu membuat Gloria, Andrea, Vania, Cacha, Revi, dan Alin terkejut. Namun tidak bagi Kiara, sepertinya April telah menceritakan hal ini pada Kiara. Karena memang akhir-akhir ini mereka berdua sering terlihat bersama.

"Maksud lo apa sih Pril gue gak paham?" Tanya Cacha.

"Lo pasti lagi becanda kan?" Tuduh Andrea.

"Gue serius, orangtua gue mutusin buat pisah alias cerai, dan gue sekarang ikut bokap gue ke Kanada." Jawab April serius dengan mata berkaca-kaca.

"Tapi kan bentar lagi ulang tahun ke-dua BS Pril," kata Revi.

Ckling

Muncul sebuah pesan dari ponsel April, dan ia segera menunjukkan isinya pada yang lain.

Hurry home dear, we will go to Canada in one hour. ~ Daddy

Pesan tersebut berasal dari ayah April yang menyuruhnya untuk segera pulang.

"Maafin gue, gue harus pergi." Kata April kemudian buru-buru pergi meninggalkan yang lainnya. Namun tidak ada satupun yang mengejar, karena semua masih terpaku akan kenyataan bahwa mereka tak lagi  menjadi delapan, melainkan tujuh.

"Segitu gampangnya?" Gumam Vania sedikit keras.

"Gue masih gak percaya, semudah itu." Kata Revi.

"Tujuh, bukan delapan?" Tanya Alin.

"Gue rasa masih ada yang mengganjal," kata Vania.

"Udahlah besok aja kita pikirin bareng-bareng, nanti malam kita WA aja si April. Sekarang kan udah sore, sebaiknya kita pulang aja dulu. Kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin," usul Gloria, yang disetujui oleh semuanya.

Vania berjalan menuju parkiran tempat Satya menunggunya, dengan wajah kusut seperti kertas yang telah diremas-remas. Bukan saja wajahnya, melainkan hatinya serasa diremas-remas oleh kenyataan bahwa mulai sekarang mereka bukanlah delapan, melainkan tujuh.

"Jelek banget muka lo," ejek Satya sesampainya Vania di parkiran. Namun Vania tidak merespon apapun.

"Sat, please tolongin gue. Gue butuh hiburan saat ini, dan gue butuh penenang. Dan salah satu caranya adalah masak. Jadi, tolong cepetan ajak gue ke rumah lo. Buruan!" Bentak Vania di akhir kalimatnya.

KETOS vs KOMANDAN[✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang