"Elo?!!"
Betapa terkejutnya Vania ketika orang yang berdiri di hadapannya saat ini adalah Satya. Sungguh mengapa laki-laki ini begitu menyebalkan, runtuk Vania dalam hati.
"Hai." Sapa Satya sok ramah dengan menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Ngapain lo kesini? Darimana lo tau alamat rumah gue?" tanya Vania sewot pada Satya.
"Vania, sini bentar!" tiba-tiba saja ibu Vania, Velisha memanggilnya.
"Iya Ma, sebentar."
Dan diwaktu yang bersamaan, ayah Vania, Martinus datang dengan menunjukkan raut wajah dinginnya.
"Siapa?" tanya Martinus dingin.
"Kenalin Om, saya Satya temannya Vania." Jawab Satya dengan penuh rasa percaya diri dan tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Ada perlu apa?"
"Bisa saya jelaskan sambil duduk, Om?"
"Baiklah, kita bicara di teras depan."
"Loh, Pa?"
Belum sempat Vania memprotes, panggilan ibu Vania, Velisha menggema untuk kedua kalinya."Vania, cepat sini!"
Akhirnya Vania pun memenuhi panggilan ibunya, tanpa bisa mendengar pembicaraan Satya dan ayahnya lebih lanjut.
Ada sedikit rasa takut dan khawatir menyelimuti hati Vania. Ia takut jika Satya akan dimarahi oleh ayahnya, dan ia khawatir jika nanti Satya tidak diperbolehkan berteman dengannya. Meskipun Satya adalah musuh bebuyutannya, tetap saja Vania masih ingin berteman dengannya. Namun Vania segera menyingkirkan pikiran tersebut saat ia sudah sampai di ruang kerja sang ibu.Di teras depan nampak Satya tertawa terbahak-bahak dan ayah Vania tertawa sekedarnya. Entah apa yang mereka bicarakan. Tidak biasanya ayah Vania cepat akrab dengan orang lain yang baru dikenal. Bahkan hingga tertawa, padahal senyum saja jarang.
"Lagi ngomongin apa sih? Kok seru banget." Tegur Vania sambil membawa nampan berisi dua cangkir minuman yang disuguhkan untuk Satya dan juga ayahnya.
Dan dalam hati Vania berpikir, mengapa ayahnya bisa langsung seakrab ini dengan orang yang baru ia kenal. Padahal biasanya ayah Vania cenderung orang yang dingin. Apa mungkin Satya menggunakan pelet?
Ah tidak mungkin.
"Ini loh, Ma, Van ternyata Satya ini cucunya Pak Dirga Hermanto, senior papa waktu dinas di Kalimantan. Dia tadi cerita masa kecilnya," jelas Martinus antusias.
"Oh, Pak Dirga yang anaknya sekarang jadi pengusaha itu? Ini cucunya?" Tanya Velisha sekarang.
"Hehe, iya Te saya Satya." Sapa Satya ramah kemudian menyalimi tangan Velisha.
"Wah, sudah gede ya."
Sementara Vania dalam hati bergumam tidak tahu apa yang mereka semua bicarakan, dia sangat bingung.
"Ya sudah tante masuk dulu ya,"
"Om juga masuk.
Kalian Om beri izin."Izin? Izin untuk apa?~ Batin Vania.
"Iya Om, terimakasih." Balas Satya sopan menyerupai kasir-kasir supermarket. Sangat berbeda dengan Satya biasanya yang selalu mencari gara-gara pada Vania.
Setelah kedua orangtua Vania masuk, Vania hendak menyemprot Satya dengan beribu omelan dan pertanyaan. Namun saat Vania hendak membuka mulut, Satya langsung memotong pembicaraan Vania.
"Cukup. Gue gak mau denger omelan lo. Sekarang cepetan lo ganti pakaian lo!" suruh Satya seenaknya.
"Ngapain? Ogah ah. Jawab dulu pertanyaan gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS vs KOMANDAN[✅]
RomanceTentang kisah seorang komandan paskibra perempuan dengan ketua osis laki-laki. Keduanya baru menyadari perasaan masing-masing saat setelah memerankan sebuah pertunjukan drama putri tidur. Namun setelahnya, kisah mereka berjalan lebih rumit dari sebe...