Part 9

74 1 0
                                    

Waktu menunjukan pukul empat pagi. Aku harus segera menyiapkan bahan-bahan yang akan kumasak di kedai nanti. Berhubung hanya aku seorang yang merupakan pegawai sekaligus pemilik kedai, maka aku lah yang bertanggung jawab terhadap kedai ini. Sebenarnya bukan aku pemilik kedai ini. Orang tuaku dulu menjalankan kedai ini berdua. Karena kesibukanku dalam berkuliah, maka aku jarang meluangkan waktu di kedai. Impianku waktu itu adalah menjadi pengacara hebat agar dapat mendampingi teman masa kecilku yang sekaligus menjadi cinta pertamaku.

Akan tetapi aku terpaksa mengkandaskan impianku itu. Kedua orang tuaku mengalami kecelakaan ketika hendak membeli persediaan barang di kedai. Waktu itu aku lah yang disuruh membeli bahan persediaan di kedai karena tokonya dekat dengan kuliahku, akan tetapi aku berdalih menolak suruhan mereka karena waktu itu aku sedang stress akan kuliah yang kujalani.

Mendengar kabar bahwa mereka kecelakaan dan meninggal dalam keadaan mengenaskan, aku hanya diam. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan menangis pun aku tak bisa. Kucoba kembali merangkai sepotong demi sepotong ingatan bersama mereka. Ketika potongan itu hampir selesai, kenyataan bahwa orang tuaku telah meninggal kembali membuat potongan tersebut berantakan. Hanya David, teman masa kecilku, hanya di depan dia lah baru bisa aku menangis. Menangis sejadi-jadinya.

Tak terasa telah dua bulan lebih berlalu semenjak kejadian itu. Walaupun aku memutuskan berhenti kuliah dan meneruskan usaha orang tuaku ini, David sama sekali tidak kecewa akan jalan yang aku pilih. Satu kata-kata yang selalu kuingat dari dirinya adalah lakukanlah apa yang kamu sukai.. kata-kata itulah yang sampai saat ini tetap kupegang sebagai penyemangatku dalam menjalani hidup.

Semua sudah siap, sekarang tinggal membuka toko. Sembari menunggu pelanggan, kejadian ketika hari ulang tahunku kembali teringat. Aku sangat takut waktu itu. Mayatnya begitu mengerikan, terlihat seperti baru kembali dari siksaan yang dialami mayat tersebut dari neraka. Yang lebih mengejutkan lagi, dia terlihat seperti teman yang kukenal ketika kuliah dulu walaupun aku tak begitu mengingat namanya. Melihatnya meninggal dengan keadaan sedemikian rupa membuat tubuhku merinding. Mayatnya sempat menghampiriku seolah-olah memberi tahu sesuatu. Tak hanya mayat tersebut, banyak mayat-mayat yang mengenaskan juga menarikku dengan maksud ingin memberi tahu sesuatu. walaupun itu hanya mimpi, tetap saja membuatku bingung, kesan-kesan yang aku alami di mimpi hampir terasa nyata, bahkan mimpi tersebut sempat membuatku bingung mana yang kenyataan mana yang hanya sekedar mimpi. Semua yang aku fikirkan buyar ketika orang yang paling aku sayangi dan paling menyebalkan datang.

hei kenapa bengong?, mending buatkan crepe sana. Aku belum sempat makan tadi karena pak jon menyuruhku untuk datang buru-buru ke kantor Ka.. hmmm aku masih kesal tau terhadap candaanmu yang kemaren!. Emang kenapa pak jon nyuruh kamu buru-buru ke kantor? tanyaku karena penasaran. ya udah aku minta maaf, tapi beneran kok, waktu itu kamu bener-bener cantik kok, apalagi pas kamu pakai apron, bener-bener cocok sama kamu! jawabnya dengan antusias.

Seketika mukaku kembali memerah, tidak cukup kemarin dia membuatku tersipu karena memujiku walaupun hanya candaan semata. hmm kan kamu mulai lagi David! Awas kamu yaaa!. awas kenapa haaaa? Nggak takut tuu.. aku pun mengejarnya karena hendak memukulnya karena sudah membuatku tersipu begini. Dan tiba-tiba salah satu kursi membuat kami berdua terjatuh. Akibat kejadian tersebut kami pun tertawa satu sama lain sehingga tanpa sadar melenyapkan fikiran-fikiran tentang mimpi burukku tadi.

"I AM PSYCOPATH?" 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang