Vot sebelum baca!
¤×¤×¤×¤
Kesunyian telah membuat mereka yang berada di dalam mobil mewah itu menjadi canggung, tak ada yang memulai pembicaraan. Lizia sedari tadi hanya menatap kosong ke arah jendela, pikirannya berkelana pada kejadian beberapa menit yang lalu di tambah anak satu-satunya yang di bawa pergi oleh suami bejadnya, sedangkan Lucia hanya diam memainkan jari-jemarinya seraya menunduk, ia sedih mengingat kakaknya yang diperlakukan seperti tadi. Ia ingin menolong kakaknya, tapi apalah dayanya yang hanya seorang anak kecil yang bahkan masih berumur sembilan tahun.
Junho sedari tadi berdehem agar suasana ini dapat tercairkan sebagai awal untuk membuka suara, tapi lizia dan lucia mengabaikannya. mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Pria itu menghela nafasnya, percuma saja dia berdehem ataupun batuk berdarah sekalipun, tetap saja tak akan ada yang merespon, saat ini dia seperti robot pengemudi mobil saja.
Junho melirik pantulan gadis kecil yang ada di kaca depan mobilnya, lucia sedari tadi hanya diam menundukkan kepalanya kebawa seraya memainkan jari-jemarinya yang mungil.
"Kau terlihat sedih lusi."
Lucia yang mendengar namanya di sebut mendongakkan kepalanya menatap junho tak mengerti. Junho hanya tersenyum, ia paham anak ini masih tak mengerti dengan apa yang dia katakan. Gadis kecil itu perlu belajar lebih.
"dia bilang, kau tampak sedih." Kata lizia menatap adiknya yang duduk di kursi belakang dan junho sesekali melirik wanita cantik yang duduk di sampingnya.
"Aku hanya memikirkan Revian." Katanya polos. Mendengar itu lizia kembali sedih, ia merindukan bayinya. apa bayinya sudah minum, sudah makan? Tapi Revian hanya minum dan makan dari asi lizia saja, dia masih terlalu kecil untuk memakan-makanan yang padat.
"Kau tenang saja, aku akan membantu kakakmu untuk mendapatkan bayinya kembali." Ujar junho tersenyum tulus. Meski lucia tak paham apa yang di katakannya. Sedangkan lizia yang mengerti maksudnya hanya menatap pria pucat itu dari samping.
"Kau tak bisa masuk terlalu jauh dalam masalah keluarga kami." Balas lizia.
"Aku hanya ingin membantu seorang ibu untuk mendapatkan hak asuh anaknya kembali, apa salahnya?"
Lizia mengernyit, bentuknya saja yang dingin tapi dia pria yang sangat cerewet dan suka ikut campur.
"Kau ini orang asing, aku tak mengenalimu dan tak bisa percaya begitu saja."
"Tak mengenaliku? Bukannya aku sudah memperkenalkan diriku kemarin? Baiklah akan ku perkenalkan diriku sekali lagi, nama asliku cha junho, panggil saja junho atau sayang."
Junho menggodanya dengan mengangkat alis matanya sebelah yang dibalas lizia dengan memutar matanya jengah.
"aku terlahir dari keluarga yang bermarga Cha, aku berumur 25 tahun, berasal dari korea selatan, aku anak tunggal, ayahku sudah lama meninggal, ibuku di rawat di rumah sakit karena penyakitnya, aku seorang mahasiswa yang tengah belajar tentang kepercayaan serta masyarakat yang ada di negara ini, aku seorang ceo di usia muda, aku pintar, aku single, aku tak suka daging babi sukanya daging sapi, aku suka mawar putih karna ibuku menyukai itu, aku juga suka ayam terutama ayam kecap yang dijual di pinggir jalan kota ini, aku suka es tebu saat merasakannya itu benar-benar manis karena aku suka makanan yang manis-manis, aku baik, aku juga tampan, aku normal dan yang paling penting aku tak memiliki kepercayaan." Jelas junho panjang lebar dan kembali menyempatkan dirinya untuk berkedip ria menggoda wanita yang ada di sampingnya, kemudian pria itu kembali fokus pada kemudinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not a MUSLIM || Cha Junho PDX101
FanfictionX DON'T COPY PASTE X ( 17+ ) "aku bukan muslim, tapi aku cukup tau bagaimana orang orang muslim mencintai dunia dan mencintai tuhannya, ada beberapa alasan aku mencintai mu seperti ini, itu karna kebaikanmu, ketulusanmu, kepercayaanmu, dan yang te...