10. tawaran dari pria pucat

357 57 5
                                    

¤×¤×¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤×¤×¤

"Kau lapar sayang?" Tanya junho pada bayi mungil yang ada di gendongannya. Sedari tadi ia bermain bersama lucia dan Revian sembari menunggu lizia sadar.

Syukurlah bayi itu menurut dan tidak gampang menangis, jika bayi itu bertingkah, lengkap sudah penderitaan nya yang mengurus lucia dan Revan bergantian. Sebenarnya dia bisa menyewa baby sister untuk ke dua anak-anak itu, Hanya saja pria itu tak ingin. Selagi dia mampu merawatnya maka dia akan melakukan tugasnya.

Bayi mungil yang ada di gendongannya menghentikan mulutnya untuk menyedot asi lizia yang telah di berikan suster dalam botol berukuran sedang, itu pertanda bayi Revian sudah kenyang. Ia memindahkan botol asi itu ke meja, lalu beralih menyuapi lucia makanan. Gadis kecil itu sedari tadi tidak mau makan karena melihat kondisi kakaknya.

Sesekali junho melirik bayi Revian kemudian bercanda hingga membuat Revian tertawa. Lucia yang sedang mengunyah makanannya menatap junho yang bercanda dengan Revian.

"Kau cocok jadi ayahnya." Katanya tiba- tiba.

Junho yang mendengar langsung menoleh ke arah wajah lucia. Pria tampan itu tersenyum.

"Aku memang ayahnya." Katanya santai.

"Aku ingin itu menjadi kenyataan." Balas lucia yang tidak dijawab oleh junho, Pria tampan itu sedang berfikir. jawaban apa yang harus dia katakan pada anak ini, ia merasa kehabisan kata-kata.

"Sebaiknya kau lanjutkan makan mu, Aaaa..."

Junho menyuapi lagi lucia dengan sendok, Namun gadis kecil itu menutup mulutnya dengan kedua tangan mungilnya. Membuat pria tampan itu mengangkat satu alisnya.

"Aku tidak mau makan! Sebelum kau menjadi ayah dari Revian!" Bentak lucia yang membuat junho terdiam dan meletakkan sendoknya kembali.

Pria berwajah tampan itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, lalu menarik nafasnya dalam dalam kemudian mengeluarkannya secara perlahan.

"Kau ini berbicara apa lusi, aku tidak mungkin menjadi ayahnya Revian."

Katanya lembut berusaha menjelaskannya secara perlahan pada lucia, agara gadis kecil itu mengerti dan tidak mengatakan suatu hal yang tidak-tidak, yang tidak mungkin terjadi. Jujur saja itu permintaan terkonyol yang pernah ia dengar sepanjang sejarah didupnya.

"Kau harus bisa!"

¤×¤×¤

Junho menghela nafasnya, lalu mengelap keringat yang ada di pelipis kiri dengan punggung tangan. Ia merasa lelah mengurus dua anak kecil itu, apa lagi ini kali pertamanya dia dekat dan menjaga mereka.

Ia merebahkan tubuhnya pada single soffa, ia baru saja menyelesaikan tugas sebagai ibu, memandikan lucia dan beralih memandikan bayi mungil yang sekarang sedang terlelap di atas tempat tidur bayinya, Sedangkan lucia sedang bermain di tablet miliknya. Ia benar-benar lelah seharian ini. Sesaat mata junho mulai terlelap, ia tak tahan lagi menahan rasa kantuknya sedari tadi. Namun tuhan tidak membiarkannya beristirahat lebih mudah. Ponsel yang ada di dalam saku celananya tiba-tiba berdering. Dengan gerakan lambat dan malas, ia mengambil ponselnya. Tanpa melihat siapa penelphonenya pria itu langsung saja mengangkatnya.

I'm not a MUSLIM || Cha Junho PDX101 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang