7. keakrapan.

355 61 15
                                    

¤×¤×¤×¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤×¤×¤×¤

Suasana berubah menjadi canggung, terakhir terdengar suara saat junho menyuruhnya turun dari mobil. Saat ini mereka berada di sebuah taman, angin sejuk yang tak cukup kencang membawa rambutnya terbang ke sana kemari. Berkali-kali wanita itu membenarkan anak rambutnya, namun anginnya kembali membuat matanya terhalang memperhatikan adiknya, lucia yang tengah bermain gelembung sembari tertawa. Lizia tersenyum menatap pemandangan indah itu, rasanya sudah jarang sekalian dia melihat tawa dan keceriaan yang terpancar dari wajah adik kesayangannya. Hatinya menghangat, bayinya yang tertidur lelap dan seorang pemuda yang sibuk dengan kertas-kertas yang dia pegang. Begitu lucu melihat kesibukan pria asing itu, junho tampak serius dengan lembaran kertas yang tak di ketahui lizia. apa yang sedang di lakukannya dengan kertas-kertas itu?

Lizia memberanikan dirinya untuk melihat isi kertas yang ada di samping tempat duduknya.
Dia tersenyum melihat tulisan-tulisan rapi pria itu, meski dia tak paham dengan tulisan hangeul.

Lizia kembali menatap junho, "kau tampak sangat sibuk."

Junho berdehem tanpa mengalihkan tatapannya pada kertas-kertasnya, sesekali pria itu melirik ponselnya dan menggigit pulpen berwarna biru tua itu.

"Apa yang kau kerjakan?" Tanya lizia.

Entah kenapa timbul rasa ingin tahu tentang pria pucat bernama lengkap cha junho ini. Apa alasannya datang kenegara ini, apa pekerjaan nya, lalu apa yang di kerjakannya. Dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.

Junho menoleh, kemudian tersenyum Lembut. "Aku tengah menyelesaikan tugas kuliah ku."

Lizia mengernyit, ia menatap pria pucat itu dengan bingung, dia pikir pria ini sudah bekerja dan memiliki istri, mungkin. Tampak dari pakaian formalnya yang sepertinya pria itu sedang habis bekerja, mungkin saja pekerjaan itu bukan pekerjaan biasa.

"Sepertinya perkataan ku kemarin belum cukup bagimu, baiklah aku akan menjelaskan mengapa aku berada di negara ini."

Pria itu mulai menceritakannya secara perlahan-lahan, dimulai dari masalah kuliahnya yang tak kunjung selesai karena masalah penyakit yang dialami ibunya, hingga ia datang kenegara ini dan bertemu dengan wanita yang tengah mendengarkannya bercerita saat ini.

Lizia mengangguk mengerti, "jadi ibumu saat ini masih berbaring di rumah sakit?" Tanya nya menatap wajah junho yang masih sama. Hanya ada senyuman di wajahnya. Jujur saja senyuman itu sangat menenangkan, begitu manis hingga wanita satu anak itu tak bisa menepis rasa kekagumannya pada pria itu.

"Kau ingin berbicara padanya?" Tanya junho yang bersiap siap mengetikkan sesuatu pada layar ponselnya.

Lantas Lizia menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak junho, tidak perlu kau lakukan itu."

"Kenapa? Kau takut? Kau malu?"

"Bukan begitu, aku hanya-"

"Hallo bu? Apa kabarmu?"

I'm not a MUSLIM || Cha Junho PDX101 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang