20. Masih cinta

398 50 21
                                    

Udah lama ya aku gak update, mianhae :'(
Entah mengapa semangat ku menulis akhir-akhir ini menurun. Jika ada typo, langsung komen di tempatnya ya, biar aku bisa revisi ulang.

Jangan lupa tinggalkan jejak^^

¤×¤×¤

kakak beradik itu berjalan kaki sambil menyeret kopernya di sepanjang jalanan trotoar. Lucia yang merasa kecapean sekaligus kelaparan enggan untuk mengatakan hal itu kepada kakak tercintanya.

gadis kecil itu menatap wajah lesu kakaknya yang berkeringat akibat berjalan jauh, di tambah dengan cuaca yang cukup panas. lalu, ia kembali menatap sepasang kakinya yang beriringan dengan kedua langkah kaki milik kakaknya.

lucia menyeret kopernya pelan, hingga langkahnya di dahului lizia yang tengah berjalan dengan pandangan kosong, sedangkan lucia tak tau apa yang tengah di lamuni kakaknya.

"lusi? apa kau lelah?" tanya lizia tanpa menoleh pada adiknya.

karena tak kunjung mendengar jawaban, wanita satu anak itu menoleh cepat, namun saat ia menoleh adiknya tak lagi berjalan disampingnya. lizia celangak-celenguk kesepanjang jalanan, timbul rasa khawatir pada dirinya. dia baru sadar jika kakinya melangkah sudah sangat jauh dari arah rumah mewah milik pria berkebangsaan korea selatan itu.

lizia menyeret langkahnya dengan cepat, mencari adik semata wayang kesayangannya. namun langkahnya kembali terhenti saat ujung matanya melihat sosok gadis yang sedang dia cari tengah duduk memperhatikan sebuah pedagang kaki lima yang berdiri tak jauh darinya.

lizia tau apa yang sedang di pikirkan oleh adiknya dan sekarang timbul rasa penyesalan serta rasa iba pada adiknya. seharusnya ia tak membiarkan lucia berjalan kaki sejauh ini.

wanita dengan bayi laki-laki yang ada di gendongannya kembali menyeret langkah beratnya. lizia meringis saat kakinya tiba-tiba terasa sakit akibat pukulan Revan beberapa minggu lalu, namun ia berusaha menahannya dan kembali mendekat ke arah adiknya.

"maafkan aku, lusi." ucap lizia saat ia menduduki bokongnya di samping lucia.

lucia menoleh, ia baru sadar jika kakaknya telah duduk di sampingnya. lantas, gadis kecil yang sama cantiknya dengan lizia itu menggeleng.

"tidak seharusnya kau ku libatkan dalam setiap masalahku." lanjut lizia sembari merenggangkan ikatan kain yang mengikat bahu kirinya, sebagai gendongan untuk bayi Revian yang tertidur nyenyak.

"kau kakakku, satu-satunya keluarga yang aku punya, kemanapun kau akan melangkah maka aku akan mengikutinya." balas lucia dewasa.

mendengar itu hati lizia menjadi terenyuh, di usia yang masih kecil gadis ini sudah berpikiran dewasa sebelum waktunya, dari awal ini memang salahnya. jika saja dia menolak dijodohkan mungkin nasibnya tidak akan seburuk ini. namun apalah dayanya, dia terlena akan ketampanan luar dari Revan. hal yang membawanya terjerumus pada dunia kebodohan.

lizia menatap bayi yang ada dalam gendongannya, Bayi Revian tidur dengan nyenyak. wajah mungil nan polos itu berhasil membuat lizia menitikkan air matanya. ketampanan Revan telah di wariskan tepat di wajah Revian, dia persis seperti Revan saat masih kecil dulu.

"tuhan memberikan mu wajah yang sangat mirip dengan ayahmu, tidak adil bukan? aku yang melahirkanmu bukan Revan. lalu mengapa wajahmu sangat mirip dengan pria brengsek itu? wajah boleh saja mirip dengannya tapi aku tak berharap sikapmu nantinya sama persis dengan ayahmu." ucap lizia menerawang.

"jangan pernah mempermainkan hati seorang wanita nak, mungkin sekarang karma itu belum muncul, tapi ibu percaya! suatu hari nanti karma itu akan datang." lanjut lizia menatap sendu pada bayi mungil itu.

I'm not a MUSLIM || Cha Junho PDX101 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang