14. mati rasa

304 55 8
                                    

Seperti yang aku bilang kemarin udah ada beberapa chapter yang udah lama aku tulis. Ini chapter selesai bahkan sebelum wannable ultah.

Hmmm kyknya aku bakal di kacangin lagi nih. Semangatin dong kak :'(

Vot & kement kakak :)

¤×¤×¤


Junho duduk di kursi singgah sananya. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja yang ada di hadapannya, Pikirannya mengelana jauh pada negara yang baru-baru ini ia kunjungi. Semua negara yang ada di Asia sudah pernah ia kunjungi beberapa kali. Namun berbeda dengan salah satu negara yang ada di Asia satu itu. Ia baru pertama kali mengunjunginya seumur hidup, namun berhasil memikat hatinya dalam kurun waktu satu bulan. Ia merasa nyaman berada di sana, orang-orang yang ramah, makanan yang lezat dan sejuta pesona alam yang ada disana benar-benar memikat hatinya.

Tangan junho meraih ponsel yang ada di atas meja, Membuka kunci layar lalu menekan aplikasi Galeri. Ia menatap ratusan foto yang berhasil membuat sudut bibirnya tertarik ke atas, tersenyum melihat foto yang menggemaskan dilayar ponselnya. Disana terpampang jelas wajah Revian yang tengan memasukkan jari jempolnya ke dalam mulut. Jempol junho menggeser layarnya ke samping, senyumannya tak pernah pudar melihat wajah Revian yang tengah menangis karena lucia menganggunya yang sedang bermain dengan mainan baru yang junho beli minggu lalu.

Tangannya terus menggeser layarnya dengan senyuman yang semakin merekah di bibir sexy miliknya, tak sadar ia telah sampai pada foto yang ke 837. semua berisi foto-foto Revian dan Lucia, dan sekarang  ia sampai pada foto dimana lizia memotretnya bersama Revian yang ada di gendongannya sewaktu di taman. Junho menatap bayi yang ada dalam gendongannya. Senyumannya surut saat mengingat ibunya yang sangat ingin menimbang bayi kecil hasil kerja kerasnya semalaman. Ditambah saat ia pulang ibunya langsung menyambarnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang berusaha ia hindari selama tiga tahun.

"Umurmu semakin bertambah, tak lama lagi usiamu akan memasuki dua puluh enam tahun, begitu juga dengan umurku yang semakin menua. Ibu takut tidak bisa melihat mu menikah dengan wanita yang kau cintai. Sebelum ibu tiada, ibu ingin melihatmu menikah dan merasakan bagaimana menimbang bayi dari anak kandung sendiri."

"Cepatlah menikah, kematian seseorang tidak ada yang bisa menebak dan mengetahuinya. Percaya dan tak percaya tuhan tak lama lagi akan menjemputku, entah kenapa aku merasakan ajalku semakin mendekat."

"Menikahlah sebelum semua terlambat."

Semua yang dikatakan ibunya selalu saja berputar layaknya kupu-kupu yang bertebangan mengelilingi kepalanya.  membuat dirinya dilema ditambah hatinya merasa semakin perih, Ia tak berniat membuat hati ibunya terluka dan menunggu tanpa kepastian seperti ini. Namun saat ini tak ada yang bisa membuatnya jatuh cinta, hatinya terlalu hancur saat mengingat dan berusaha mendekati wanita-wanita yang ada di sekitarnya. Tak ada yang tulus mencintainya, semua yang mendekatinya telah dibutakan akan junho yang di kelilingi oleh harta yang berlimpah.

Para wanita mengharapkan hartanya, bukan dirinya. Tidak ada yang tulus mendekati dan mencintainya termasuk masa lalunya. Jika dia miskin mungkin semua wanita akan menghindarinya, wajah tampan saja belum tentu membuat wanita merasa bahagia. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi mengapa semua wanita yang mendekatinya menuntut semua kesempurnaan itu. Semua wanita yang ada di sekitarnya materialistis, Ia berharap ada yang tulus mencintainya. berharap saat ia terpuruk akan ada seorang wanita yang selalu ada untuknya. meyakinkannya, menyemangatinya dan menjaganya tanpa pamrih layaknya sebagai pasangan kekasih yang ada di drama-drama, Namun hidup ini tak seindah Drama korea. Mau tak mau dia akan bertahan pada posisinya saat ini sampai tuhan mempertemukannya dengan pasangan yang sesungguhnya, yang mau mencintainya dengan tulus dan mau menerima kekurangan serta kelebihannya.

I'm not a MUSLIM || Cha Junho PDX101 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang