9. Janji junho

334 70 15
                                    

¤×¤×¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤×¤×¤

"Kau akan kemana malam-malam begini?"  Tanya Revan yang melihat lizia, adiknya dan putranya yang tengah menyeret koper turun dari tangga. Revan yang duduk di kursi ruang tamu berdiri menatap mereka dari bawah.

"Kami akan pindah, kau tidak perlu menampung kami lagi!" Jawab lizia ketus saat mereka sudah berdiri tepat dihadapan Revan.

Revan menatap lizia datar, Lalu beralih pada Revian yang ada di gendongan lizia.

"Kau tak akan membawa putraku pergi!"

Pria itu berusaha merebut Revian dari tangan ibunya, dengan cepat lizia menepis tangan Revan. Ia tak bisa lagi bersikap baik dan lemah didepan Revan. Rasa cintanya berubah menjadi kebencian saat pertama kali melihat suaminya bersama dengan wanita lain. Ia bertekat akan menghidupi keluarga kecilnya sendiri, tanpa seorang suami di sampingnya.

"Putraku bisa sial jika terus bersamamu. Kau sekarang sudah miskin, seluruh aset yang di berikan ibumu padaku sudah ku jual."

Lizia tercengang, benarkah? Tidak mungkin!

"Kau sudah menandatanganinya lizia." Balas Revan meloloskan senyuman liciknya, ia tau apa yang sedang dipikirkan lizia.

"Kau pria jahat Revan. Putra ku tidak membutuhkan ayah seperti dirimu!"

Lizia berlari ke arah pintu.

"Dia putraku. Kau tak bisa membawanya!" Teriak Revan lantang, Ia kemudian berlari mengejarnya. Dengan kecepatan dan tenaga yang di milikinya, pria itu dapat meraih pergelangan tangan lizia.

Plakkk..

Suara tamparan yang memekakkan itu bergema di ruang tamu yang cukup luas. Lucia yang mendengarnya menangis sembari mematikan sambungan telephonnya, Ia baru saja menelphone seseorang dan bersembunyi di balik kopernya yang cukup besar.

Ia khawatir akan kakaknya yang sekarang tengah di seret ke arah tangga. Lucia memperhatikan Adiknya yang ada di gendongan lizia yang hampir jatuh. Namun itu tak terjadi karena lizia kembali mengeratkan pelukannya.

Revan, pria itu menyeret lizia masuk ke dalam kamarnya dengan lizia yang masih meronta-ronta minta di lepaskan.

"Kau! Beraninya memukul ku!" Geram Revan saat wanita itu memukul bahu nya dengan keras.

Kesabaran pria itu telah habis, ia merasa muak dan marah terhadap wanita itu. Satu tamparan kembali melayang pada pipi kanan lizia. Kedua pipinya saat ini sudah merah akibat tamparan keras yang diberikan Revan padanya. Lizia meringis menahan sakit dan menangis, ia tak menyangka akan mengalami kejadian ini lagi dari pria yang di cintainya, Begitu malang nasib ibu satu anak itu.

I'm not a MUSLIM || Cha Junho PDX101 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang