PART 9

252 16 2
                                    

Afgan POV

Semakin hari kami semakin dekat. Sapaan selamat pagi, selamat istirahat, hingga selamat malam sudah menjadi rutinitas. Dua bulan kita melalui hal itu, dan aku mulai terbiasa, mulai nyaman dengan perlakuan serta memperlakukan kamu seperti ini.

Namun, hingga saat ini aku tak tahu apa yang ku rasakan. Terpesona dalam setiap tatapannmu, ada rasa sakit ketika kau menangis, bahkan merasa jika membuatmu bahagia adalah suatu keharusan bagiku. Ocha, aku senang mengenalmu.
.
"Pagi Nge" sapaku kepada Bunga
.
"Eh, pagi Gan"
.
"Ocha mana?" tanyaku
.
"Tiap hari tiap dateng nanyain Ocha terus" Bunga merasa ada sesuatu
.
"Yaaa... Dia kan atasan kita, ya wajar aku tanyain" aku berusaha mencari cari jawaban, padahal sebenarnya aku rindu
.
"Gan plis, itu tuh gak biasa. Perlakuan kamu ke Ocha tuh sangat sangat luar biasa" Bunga menghela nafas "Kamu suka kan sama Ocha"
Deg
Aku terdiam. Tak tahu kata apa yang harus ku ucap saat ini. Mustahil jika bilang tidak, namun lebih tidak mungkin berkata iya.
.
"Hah? Unge lu ngomong apa sih? Yakali gua ngincer bini orang, gua sendiri juga udah punya bini. Jangan mikir macem macem deh lu"
.
"Hahahaha" Bunga tertawa "Gan, listen to me. Terkadang jatuh cinta itu gak liat sama siapa hati kita luluh. Termasuk lu, iya gua tau lu udah punya istri, Ocha udah punya suami bahkan anak. Tapi ya kalau hubungan lu terlalu deket sama Ocha, dan lu nyaman dengan apa yang ada di diri Ocha, lu bisa jatuh cinta juga. Jangan ditutup tutupi Gan, gua tau"
.
Aku kembali terdiam. Oh tuhan, apa yang harus kukatakan? "Kalau seandainya emang begitu, gua harus apa?" tanyaku
.
"Hmmm.. ya harus gimana lagi, jatuh cinta itu yang ngerasain hati lu. Bagi gua yaa sah sah aja sih kalau cuma suka atau mengagumi. Tapi jaga juga hati lu, jangan sampai ada apa apa, lu gak mau kan salah satu dari kalian jadi pho"
.
Rossa datang dengan senyum manisnya. Ah, penampilannya makin hari makin anggun saja "Hai guys, tumben banget kalian ngobrol berdua" sapanya
.
"Halo Cha. Oh iya ini berkas kamu kebawa" aku menyerahkan beberapa lembar kertas miliknya
.
"Huh akhirnya, aku stress tadi malem nyariin itu. Thanks Gan" ia tersenyum
.
"Cha, hari ini ada jadwal kontrol buat event besok, siapa yang bakal kesana?" tanya Bunga
.
"Aduh Nge, gua udah di telepon in si boss ini buat selesain surat kontrak. Lu aja deh" Rossa terlihat sangat sibuk
.
"Okay. Duluan guyss" Bunga pamit

Dan sekarang hanya ada kami berdua. Aku terus memperhatikan Rossa yang tengah mengerjakan sesuatu. Wajahnya terlihat sangat serius, hmmm cantik. Benar benar bikin ketagihan.
.
"Gan?" panggil Rossa
.
"Hmm?"
.
"Kenapa sih? Ngeliatin terus kayak gitu?" Rossa heran
.
"Seneng aja. Kamu itu berkharisma, selalu memancarkan aura positif" aku tersenyum

Rossa ikut tersenyum, lebih tepatnya ia tersipu. Cha, mengapa kamu sangat menggemaskan? Tak lama wajahnya kembali ceria, dan mengambil sebatang coklat dari tas nya. Hmm, mungkin tugasnya sudah selesai.
.
"Makan coklat terus. Gimana gak chubby" ujarku sembari tertawa
.
"Chubby itu awet muda" ia tersenyum "Kamu mau ya?" tanyanya
.
"Mau, kalau dari tangan kamu" aku memberi kode
.
"Dari tangan aku?"
.
"Iyaaa habis dari tangan kamu harus langsung masuk mulut aku" aku tersenyum

Sepertinya Rossa paham akan kodeku. Ia memotongkan sebatang coklatnya dan segera menyuapiku. Wajah kami makin dekat, tatapan mata kami bersatu. Dan sekarang aku yakin, yakin akan rasa ini, dengan sebuah tatapan yang tak ingin ku akhiri, tatapan jatuh cinta.
.
"Udah?" ia tertawa
.
"Masih pengen sih"
.
"Ambil sendiri ah" ia menyudahi makannya, mungkin takut diabetes karena yang berkacamata ini sudah over manisnya, hehe
.
"Udah makan nya?" tanyaku
.
"Udah, eneg kalau kebanyakan. Sekarang pengen yang asin. Beli apa ya?"
.
Aku tertawa "Kalau sama orang ini pasti makaaann aja terus"
.
"Kan biar kelihatan bahagia hehe" ia tersenyum "Aku keluar sebentar, mau kasih laporan ke pak boss besar"
.
"Aku ikut" ujarku
.
"Sebentar aja Gan, nanti juga aku balik lagi" ia menahanku untuk ikut dengannya
.
"Gak mau tau, aku mau ikut. Aku mau jagain kamu" kurasa pembicaraan ini sangat spontan
.
"Jagain aku? Emang di kantor ini ada apa?" ia heran
.
"Yaaa gak apa apa, takutnya nanti kamu nangis dimarahin pak boss" aku tertawa
.
Ia hendak memukul lenganku "Emang aku anak kecil apa" lalu tertawa
.
.
.
Kini siangku sendiri. Rossa masih ada urusan dengan pak boss. Entah mengapa, dua jam tidak melihatnya saja aku merasa hampa.

Tentang perasaan di hatiku,
Hasratku tak jelas arahnya. Cahaya itu masih pudar warnanya. Akankah rasa ini menjadi biru seperti indahnya langit di siang hari, ataukah menjadi kelabu saat hujan meluap?

Cinta,
Saat mataku terkunci oleh tatapan itu, hatiku merekah bahagia. Saat senyum mu bagai mentari di kala hujan, yang akan menghangatkan raga jutaan orang ketika kedinginan. Hingga kehadiranmu membuat jantungku memompa darah dengan cepat. Percayalah, itu bagian terindah dalam hidupku.

Terlalu takut memutuskan bahwa rasa ini adalah cinta. Sebuah rasa yang tumbuh dengan sendirinya. Ya, dalam keadaan apapun perasaan itu tak dapat dicegah. Meski ada janji yang telah terikat dalam hidup kita.

Dear Rossa,
Terima kasih telah hadir dalam hidupku. Terima kasih telah menjadi pewarna di gelapnya hari hariku.
I love you.

Kau Dengannya Ku Dengan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang