PART 11

263 18 1
                                    

Malam harinya mereka sibuk mengerjakan segala macam yang berhubungan dengan project kantor mereka. Semuanya benar benar dikerjakan dengan teliti dan hati hati, jangan sampai ada typo, apalagi salah hitung.
.
"Bu, udah jam satu. Ayo tidur" Rangga mengelus kepala istrinya
.
"Belum beres ayah. Ayah tidur aja duluan" Rossa masih sibuk mengetik
.
"Kamu harus istirahat sayang, mata kamu udah merah gitu" sepertinya Rangga khawatir Rossa kelelahan
.
"Iya ayah, bentar lagi. Udah kamu tidur aja duluan, aku butuh fokus"

Namun nyatanya Rossa tidak tidur semalaman. Matanya sudah berat untuk pergi ke kantor.
.
"Istirahat bu, gak usah berangkat dulu" Rangga menasihati istrinya
.
"Gak bisa sayang, ini harus cepet diserahin ke pak boss"
.
Rangga menggelengkan kepalanya "Kamu itu dari dulu gak berubah, selalu workholic"
.
.
Sementara Afgan masih tertidur pulas. Sudah lima kali alarm nya menyala, namun ia tak kunjung bangun. Sheryl sedang tidak ada di rumah, ia menginap di rumah temannya sejak kemarin. Perlahan Afgan membuka matanya, dan melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 06.45.
.
"Astaga!! Jangan sampe kesiangan lagi, nanti Ocha marah" ujarnya yang langsung loncat ke kamar mandi, lalu mencuci muka dan mengganti bajunya. Ya, ia pergi ke kantor tanpa mandi hari ini, namun tetap wangi dengan semprotan parfum khas nya.

Tiba di kantor pukul 07.29, huuhh nyaris terlambat. Afgan segera lari ke lantai dua untuk absen, dan menuju ruangannya.
.
"Ngapain sih lu? Kayak yang capek banget gitu?" Bunga heran
.
"Gua telat bangun, baru bangun jam 6.45" jelas Afgan
.
"Terus? Kok jam segini bisa udah sampe? Mandi gak lu?" tanya Bunga
.
"Kagak" jawab Afgan "Eh tapi jangan bilang Ocha kalau gua gak mandi ya"
.
"Hahahahahahhahahaha"
.
"By the way, dia kemana?" Afgan sedari tadi belum melihat Rossa
.
"Di ruang pak boss"
.
"Kesayangan pak boss emang. Banyak yang sayang ya dia, pak boss, mas Rangga, Rizky" ujar Afgan
.
"Dan elu" Bunga keceplosan "Ups"

Tiga puluh menit kemudian Rossa menampakkan dirinya. Dengan membawa ratusan lembar kertas, ditambah matanya yang berkantung dan sedikit merah, terlihat sangat lelah.
.
"Cha? Lu sakit?" tanya Bunga sembari membantu Rossa berjalan serta membawa barang-barangnya
.
"Gak, gua gak apa apa. Cuma belum tidur semaleman. Ngantuk banget sumpah" Rossa langsung terduduk dan memakan kripik pedas agar mengurangi rasa kantuk nya
.
"Kok bisa gak tidur gitu?" tanya Afgan
.
"Ya gara gara kamu, kerjaan kamu semalem masih banyak yang salah, jadi aku revisi" Rossa sedikit ngambek
.
"Cha, mana dokumen yang harus di scan, aku scan di bawah aja, mesin disini lagi error" Bunga tak kalah sibuk
.
"Nih, total 38 lembar. Sekalian minta tanda tangan HRD sama pengawas"

Lagi lagi di ruangan hanya berdua. Tapi saling sibuk masing masing. Apalagi Rossa, entah sudah berapa puluh kali ia menguap dan sedikit mengeluarkan air mata.
.
"Tidur dulu Cha" ujar Afgan
.
"Lima lembar lagi" Rossa tetap pada pekerjaannya

Afgan hanya terdiam sembari menggelengkan kepalanya.
Brukk
Rossa tiba tiba tertidur, kepalanya tergeletak di atas meja kerjanya. Pelan pelan Afgan menghampiri wanita itu, dan dibelainya rambut Rossa dengan tulus
.
"Cha" ia mengelus pipi Rossa "Aku tahu, seharusnya aku tidak memiliki perasaan ini. Namun cinta, siapa yang tahu? Aku tak bisa salahkan hatiku yang memilihmu. Aku ingin selalu denganmu, Cha. Ingin selalu melihat senyumu, ingin selalu melihat hatiku merekah bahagia. Aku sayang kamu Cha"

Dalam tidurnya Rossa setengah sadar sebenarnya. Terlebih ketika Afgan berkata 'sayang'. Sayang? Apa ada rangga disini? Batin Rossa terus bertanya, hingga akhirnya ia membuka matanya. Dan terlihat Afgan yang sedang membelai rambutnya. Keduanya sama sama terkejut.
.
"Eh" Afgan kaget "Tadi di rambut kamu ada semut merah, udah pergi kok semutnya, tapi jam tangan aku nyangkut di rambut kamu"
.
"Oohh" Rossa masih mengantuk "Ya udah, itu deskripsi program nya cepat selesaikan"
.
"Nanti malem aku ke rumah boleh? Kita kerjain sama sama" Afgan tersenyum
.
"Boleh. Rizky kangen katanya"

Dan Bunga mendengar semuanya. Terlebih ungkapan sayang Afgan terhadap wanita milik orang lain itu. Ah, apa yang harus ia lakukan? Ini terlalu bahaya bila dibiarkan begitu saja.

Kau Dengannya Ku Dengan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang