Rossa POV
Afgan. Makin hari makin so sweet. Ah, kenapa juga aku sering dibuat melting olehnya. Ia tampan, gagah, bijak, dan lembut. Dekat sekali dengan Rizky.
.
"Ibuuu" panggil Rizky
.
"Apa sayang?" tanyaku
.
"Om Afgan suka ibu" Rizky berbicara dengan lancangBlush. Aku sadar, pipiku memerah. Hmm, benarkah? Suka aku? Hanya sebatas suka, suka serius, atau c i n t a ?
.
"Ciye ibu malu malu gitu" Rizky tertawa
.
"Cha.. Ochaa" Afgan mengetuk pintu kamarku. Rizky langsung sigap membuka pintu
.
"Eh om Afgan"
.
"Ky, udah siapin buku buat besok? Kamu besok udah mulai sekolah lho" ujar Afgan
.
"Udah om. Tenang aja" Rizky tersenyum
.
"Anak pinter" Afgan ikut tersenyum. Ah, manisnya! "Cha, aku mau bicara"Bicara? Bicara apa?
.
"Please bantu aku Cha, ajarin aku cara ngelola bisnis besar kayak gini" ia menatap lekat mataku
.
"Ini belum besar, Gan. Kita masih satu cabang. Pasti, pasti aku bantu. Kita kan partner"Afgan tersenyum, dan menyentuh pipiku. Tatapan yang penuh cinta.
.
"Cuma partner kerja?" Afgan menaikan alisnya sebelah
.
Aku bingung "Ha?"
.
"Kalau jadi partner hidup" ia mengeluarkan sesuatu di kantongnya "Kamu mau gak?" dan ternyata, itu adalah cincin
.
"Terima... Terimaaa..." Rizky, Bu Diah, dan seluruh manusia di rumah ini bersorak, termasuk jantungku
.
"Gan, maksud kamu apa?" aku masih tidak percaya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Dengannya Ku Dengan Dia
FanfictionJika ikatan janji itu menyakitkan bagi kita, mengapa harus ada pertemuan pada saat itu? Ocha dengarkan satu kata terakhirku ini, aku mencintaimu. . Gan, bisakah kita tidak usah terikat oleh janji itu? Namun apa, ini terlalu mustahil. Jangan coba cob...