Rossa mengiyakan ajakan Bu Diah. Sekarang ia sudah siap dengan semuanya, tinggal terbang dan sampai di Kota Tujuan.
.
"Kangen ayah" Rizky tiba-tiba bersuara saat Rossa sedang asik menikmati pemandangan awan siang ini
.
"Ibu juga kangen" bibir Rossa tersenyum, namun tidak dengan matanya "Doain ayah ya sayang" ia mengelus kepala anak laki-lakinya
.
"Iya ibu. Aku yakin ayah masih bisa liat kita disini. Ayah lagi bahagia ngeliat kita tersenyum"Rossa meneteskan air mata dalam senyumnya. Setahun tanpa pria yang ia cintai. Ia sungguh rindu.
.
"Ocha, Rizky, sudah sampai ayo" Bu Diah membangunkan mereka dari tidurnya "Ayo, kita langsung naik taxi ke rumah ibu"Rizky terlihat sangat menikmati suasana Kota Padang, kota baru baginya. Semua gedung dan pemandangan ia ambil fotonya. Rossa masih terlihat melamun, namun sepertinya cukup menikmati juga. Bu Diah sudah seperti tourguide, yang menceritakan setiap tempat yang mereka lewati.
.
"Sebelah kanan pak. Terima kasih. Ini rumah ibu, ayo masuk. Rumah yang itu tempat tinggal kalian nanti ya"Rumah yang minimalis, dan asri karena dikelilingi banyak pepohonan. Rossa dan Rizky dipersilahkan duduk dan makan siang.
.
"Jadi Nak Rossa, rumah ibu ini dalamnya nyambung sama rumah adik ibu, yang punya kos kosan sebelah" ujar Bu Diah
.
"Oohh gitu bu, Ocha kira masing masing. Wah seneng ya bu keluar rumah langsung pemandangan, pasti sejuk" Rossa tersenyum
.
"Iya. Makanya ibu pengen pulang juga, ibu rindu suasana ini" Diah ikut tersenyum "Oh iya, kebetulan adik ibu lagi gak di rumah, tapi ada anaknya kok, nanti dia yang bakal tunjukin kamar Ocha ya. Gan... Afgaann, sini sebentar"Seorang pemuda dengan pakaian santainya langsung turun dari tangga. Sekilas ia melirik tamu yang datang saat itu. Sepertinya tidak asing, batinnya.
.
"Antar mereka ke kamar yang kemarin tante booking ya" ujar Bu Diah kepada Afgan
.
Rizky seperti mengenalnya "Om Afgan?"
.
"Rizky? Ocha? Kalian kok ada disini?" Afgan bingung
.
"Kalian.. kalian udah saling kenal?" Bu Diah tak kalah heran
.
"Iya bu hehe. Afgan dulu bawahan Ocha waktu kerja di Jakarta. Apa kabar Gan?"
.
"Yaaa baik baik. Cuma berdua? Mas Rangga kemana? Masih kerja?" pertanyaan Afgan langsung membuat Rossa menunduk
.
"Agan cepat antar mereka, kasihan capek dari Makassar, dan belum istirahat" Bu Diah mengalihkan pembicaraan
.
"Oh iya iya. Sini Cha, aku bantu bawain barang barang kamu"Sampai di kamarnya Rossa langsung merebahkan diri di kasur. Hmmm luas juga kamarnya, dan terkesan mewah untuk ukuran kos. Kayaknya mahal kalau orang kos disini.
.
"Ibu, aku mau main sama Om Afgan ya" Rizky langsung ganti pakaian
.
"Eh istirahat dulu" ujar Rossa "Emang kaka gak capek?"
.
"Capek apaan? Engga kok. Ibu kali yang capek, kan ibu udah tua" Rizky tertawa "Jadi gimana, boleh gak bu?"
.
"Ya udah. Tapi sholat dulu" ya, Rossa tidak pernah lupa mengingatkan Rizky untuk sholatSementara Afgan, ia duduk di ruang tamu usai mengantar Rossa.
.
"Udah?" tanya Bu Diah
.
"Udah tante. Seneng banget tadi Ocha, katanya kamarnya luas" Afgan tersenyum
.
"Hahaha, gitu amat senyum kamu kalau ceritain Ocha. Tambah cantik ya dia?" Bu Diah menggoda Afgan
.
"Yaa... Eh, apaan sih tante, yakali agan suka sama istri orang" walau sebenarnya tadi hati Afgan berbunga-bunga ketika melihat kembali wajah Rossa, wajah yang tak pernah hilang dari benaknya
.
"Kalau kamu suka, mending sama Ocha aja. Kan Ocha janda"Afgan kaget. Ia langsung menatap Bu Diah dengan tatapan tidak percaya. Ocha janda? Terus Rangga? Mereka cerai?
.
"Om Afgaaaannnn" panggil Rizky dengan membawa satu wadah mainan miliknya
.
"Waahh ayo ayo main" Afgan semangatTak lama Rossa keluar kamar, menyaksikan mereka yang asik bermain. Afgan terlihat seperti lelaki yang sedang stress dan menemukan jalan untuk refreshing.
.
"Ahahahahahaha" Rossa tertawa "Ya ampun Gan, lu tuh ya sumpah dah kayak bocah"
.
"Yang penting imut, lucu, cute" Afgan menampakkan lesung pipitnya
.
"Isshh isshh genit banget ni orang. Gan lu itu udah punya istri, plis jangan tebar pesona kayak gitu" ia menasihati Afgan
.
"Hahahahahhaha" Afgan hanya tertawa dan melanjutkan permainannya
.
.
Malam harinya, Rossa keluar sebentar untuk membeli kebutuhan sehari hari. Ia sedikit takut karena jalanan sangat sepi. Sepanjang jalan ia hanya membaca doa.
.
"Cha" panggil Afgan yang melihat Rossa baru pulang dari suatu tempat "Dari mana?"
.
"Minimarket. Beli sabun, sampo, sama minyak goreng buat besok" ujar Rossa
.
"Sendiri?" tanya Afgan dan Rossa mengangguk "Cha, lu itu cewek. Jalanan di daerah sini kalau malem itu sepi. Kenapa gak bilang sama gua? Kan bisa gua anter"
.
"Maaf, gua takut ganggu lu" Rossa terus terang
.
"Yaudah sini duduk, gua mau bicara. Penting"
.
"Bicara penting? Ah lu mah suka penting-pentingin urusan yang gak penting" Rossa terduduk di samping Afgan
.
"Gak nyangka kita ketemu lagi disini, iya gak sih?" Afgan tersenyum
.
"Mau ngomong itu doang?" tanya Rossa
.
"Enggak. Tadi itu cuma basa basi. Namanya juga baru ketemu Cha" jawab Afgan
.
"Gak usah dah. Langsung aja, ada apaan?"
.
"Cha, kita kan temen lama. Inget kan dulu sering curhat curhatan. Nah gua mau nanya sebenernya" Afgan berbicara dengan santai "Cuma agak takut sih nanya nya sama lu, takut lu sedih atau marah"
.
Rossa terdiam. Ia peka apa yang akan Afgam tanyakan "Iya gua tau apa yang mau lu tanyain"
.
"Dulu aku sama Sheryl, kamu sama Mas Rangga. Sekarang kita udah sama sama sendiri kan? Lu ada apa sama Mas Rangga?" tanya Afgan dengan hati-hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Dengannya Ku Dengan Dia
FanfictionJika ikatan janji itu menyakitkan bagi kita, mengapa harus ada pertemuan pada saat itu? Ocha dengarkan satu kata terakhirku ini, aku mencintaimu. . Gan, bisakah kita tidak usah terikat oleh janji itu? Namun apa, ini terlalu mustahil. Jangan coba cob...