"Xel Lo ingat gak dulu pernah ngintipin anak orang lewat jendela?" Rendra mencoba mengingatkan lelaki gondrong itu saat-saat awal mereka sebelum berada dibangku kelas 10.
Ralat sebenarnya Rendra sudah berteman cukup lama. Teman Rendra tersebar ada dimana-mana. Lebih tepatnya mereka berdua pernah bertemu di perempatan komplek. Setelah lulus dari SMP kelas 9, meski Axel tak satu sekolah dengan Rendra dulu, kedua anak lelaki itu cukup dekat. Liburan lumayan sedikit panjang saat itu sambil menunggu rencana awal tahun baru akan memasuki sekolah SMA bersama.
Rendra sempat-sempatnya mengajak Axel ke sebuah tempat yang belum dia ketahui. Mereka menghabiskan sisa liburan mereka dengan hal lain. Urusan remaja nakal yang bisa berulah apa saja beraksi pada malam hari saat waktu itu.
"Emang pernah ya gue ngintipin orang? Gak ada kerjaan banget lo nanya begituan. Gue aja udah lupa kapan itu," sahut Axel malas yang duduk di bangku tongkrongannya, Rendra mendekatinya.
"Itu loh si Alra yang pernah gue ceritain ke Lo dulu udah lama, Gue sih yang ngajakin Lo buat mastiin dia itu siapa... teman gue itu cewek apa cowok, biar gue yakin aja sama pendapat lo,." ujar Rendra menatap Axel dengan tampang serius. Axel mencoba sedikit mengingatnya sendiri dengan ucapan temannya itu tadi.
Flashback on
"Xel Lo yang manjat naik ke atas pohon biar gue yang dibawah buat jaga-jaga." instruksi Rendra sebelum memulainya.
"Ngapain sih Lo ngajakin gue kesini buat apaan dah?!"sengit Axel sambil menatap terheran dengan maksud Rendra.
"Ada deh! Ntar Lo tahu sendiri, udah buruan naik ke atas pohon sana!!" ujar Rendra cepat. Axel masih bingung, kenapa pula dirinya harus memanjat pohon dimalam hari?
"Lo jangan ngerjain gue deh Ren!!" tolak Axel. "pohonnya lebat udah gitu serem lagi njink! Ritual apaan sih ini?!"
"Udah Lo percaya aja sama gue!!" Rendra mencoba meyakinkan Axel yang terlihat ogah-ogahan.
"Bangsat Lo! Kalau sampai gue kena sial, awas aja nyawa Lo imbalannya abis ini!!" umpat Axel mulai setengah kesal karena Rendra terus saja mendesak dirinya dengan tidak sabaran, teman cowoknya yang bertopi kebelakang itu dengan sengaja mendorong pantat Axel ke atas untuk segera menaiki pohon besar itu.
Axel pun dengan sangat berat hati terpaksa mulai naik sambil menginjak muka Rendra terlebih dahulu dengan alas sepatu kotornya itu. Rendra pun mengumpatinya keras beberapa kali sambil sesekali meludah.
Axel tanpa memperdulikan temannya itu, salah Rendra sendiri yang memaksanya membuat ia kesal bukan main. Dan dengan menjadikan wajah cowok itu sebagai pengganti tangga untuk kaki Axel pijaki.
Axel terkekeh melihatnya setelah berhasil sampai berada diatas pohon tersebut. Wajah Rendra terlihat sedikit mengenaskan, "Sialan lo Xel!!" rutuk cowok itu. Sampai topinya ikut terlepas dari kepalanya, Rendra memaki Axel habis-habisan.
"Eh bangsat Lo mau kemana, sembarangan aja Lo ngelantarin gue di sini?!" Axel hendak bersiap melompat turun namun tertahan ketika Rendra berkata lebih dulu.
"Gue mau cuci muka dulu lah jing!! Udah Lo pantau aja tuh dari atas sana, dan stay lihatin ke arah jendela di depan mata Lo itu," tunjuk Rendra ke arah jendela yang terbuka dengan lampunya yang menyela. Axel pun mengarah pandangannya ke sana sebentar lalu kembali lagi mencari keberadaan Rendra yang mulai menghilang.
Axel berdecak kasar. "Ck! Apa sih rencana Lo nyuruh gue buat mata-matain jendela orang?!" dengusnya, lalu ia pun mengeluarkan rokok dan alat pematik dari sakunya.
Sambil menunggu kedatangan temannya tadi. Mata Axel tak sengaja melihat ke arah jendela itu dari atas pohon dimana dirinya berada disana. Axel menyipitkan matanya dengan tajam. Detik berikutnya ia terdiam sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mylovelly
Teen FictionIni kisah tentang Alyra yang selalu sabar dan tetap tegar mencintai Axello yang mempunyai hati sekeras batu hanyaseorang diri tanpa penghargaan sama sekali, sedangkan cowok itu memilih lebih perhatian dan manja pada perempuan lain yaitu menyukai sau...