Happy reading!! Sorry kalau ada typo's bertebaran dimana-mana.
Ale hanya terdiam mengamati Alyra yang masih terlelap di ranjang klinik. Sebelumnya cewek itu lebih dulu tertidur pingsan di punggungnya saat menuju ke sini hingga mereka telah tiba pun Alyra belum juga sadar terbangun. Ale juga masih teringat perkataan dokter spesialis kesehatan itu saat Alyra sempat diperiksa olehnya.
"Untung anda segera membawanya dengan cepat jika tidak mungkin dia akan lebih parah lagi mengalami hal kritis yang berbahaya bisa mengancam jiwa keselamatannya." ucap dokter itu sambil membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot.
"Apa yang terjadi sama dia dokter kok, kayaknya serius banget?" Ale menautkan kedua alisnya penasaran. Sebenarnya ia tidak begitu peduli mau bagaimana pun kondisi Alyra saat ditangani oleh dokter dan suster perawat itu didalam sana ia hanya ingin sekedar mengetahuinya saja.
"Di lukanya ada sebuah racun yang ikut masuk. Jika kena pada bagian dada, mungkin darah dalam jantungnya akan membeku seketika dalam hitungan detik. Tak ada cara lain lagi untuk menolongnya. Dan itu benar-benar mustahil bagi kami juga untuk bisa mengembalikan kehidupannya yang baru,," Ale tertegun sebentar. Ia masih tidak menyangka akan hal itu. Jadi Alyra hampir mati karenanya? Kalau saja Ale yang kena tadi tertusuk tepat sasarannya yang hampir menembus tulang dadanya itu, mungkin dia sudah tak akan bisa bernapas lagi untuk yang terakhir kalinya bisa melihat semua hal berharga dalam kesempatan hidupnya itu.
"Kamu beruntung, syukur lah dia akan baik-baik saja setelah ini. Saya sudah kasih dia obat pereda sakit yang bisa mengurangi tekanannya itu." ucap sang dokter menepuk pelan pundaknya dengan tersenyum hangat dan berlalu meninggalkan Ale seorang diri yang masih termenung ditempatnya. Kilasan bayangan cewek merah itu muncul begitu saja melewati dalam pikiran kepalanya sampai dengan terakhir Alyra yang harus berada disini karena dirinya juga.
Dan disinilah ia berdiri sekarang masih menunggu Alyra untuk bangun dari pingsannya itu. Ale bisa saja membiarkan cewek itu dan pergi meninggalkannya begitu saja namun entah kenapa terasa agak berat baginya melakukan hal itu. Ale masih sedikit tidak tenang saat memikirkannya agak cemas tanpa disadari. Meski wajahnya selalu datar enggan menunjukkan perhatiannya yang lain.
Sampai akhirnya Alyra pun mulai terbangun sadar sejenak bergerak perlahan memegangi kepalanya yang terasa cukup berat pusing mendera. Alyra pun mendudukkan tubuhnya sebentar namun rasa sakit masih menghantamnya cukup keras dari dalam kepalanya. Mungkin reaksi obat itu sudah mulai berkerja saling berlawanan dengan sisa racun yang ada dalam tubuhnya itu.
"Lo mau balik ke rumah bokap?" tanya Ale bersikap seperti biasanya dingin dengan bersidekap didepan dada, sambil menatapnya begitu sinis. Dia tidak suka kalau Alyra akan kembali kerumahnya. Berharap Alyra tetap dengan keras kepalanya itu tidak akan pulang mengikuti sesuai permintaan sang Ayahnya.
"Emang Lo Sudi? Gak 'kan ngapain susah juga gue balik ke sana, kalau Lo masih benci sama gue, ya percuma entar yang ada Lo malah iri liat gue jadi ratu disana" balas Alyra menoleh ke arah samping pada cowok itu yang tengah berdiri dengan malas.
"Bagus. Gue gak perlu repot-repotlah ngurusin Lo!!" jawab Ale tersenyum remeh. Dengan rasa yang sedikit cukup puas saat mendengar jawaban Alyra seperti sebelumnya, menolak ajakan untuk kembali bersama.
"Dikira gue bocah dari rahim Lo apa eh?! Gue itu sebentar lagi bakalan jadi ibu buat anak-anak gue kelak! So, Lo jangan ikut campur deh! Bapak Lo pasti setuju sama keputusan gue!!" ucap Alyra tidak terima sedikit menyalak. Membuat Ale mulai sedikit terpancing emosinya menyimpulkan entah semua perkataan cewek itu akan selalu bersangkutan dengan ayahnya. Mengingat kedekatan Alyra dengan pria tua itu juga membuat Ale tidak terima bagaimana perlakuan Hisza menyayangi Alyra dengan perhatian yang lebih, dibandingkan dirinya yang selalu tak diacuhkan bahkan dianggap sebagai anak pembangkang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mylovelly
Fiksi RemajaIni kisah tentang Alyra yang selalu sabar dan tetap tegar mencintai Axello yang mempunyai hati sekeras batu hanyaseorang diri tanpa penghargaan sama sekali, sedangkan cowok itu memilih lebih perhatian dan manja pada perempuan lain yaitu menyukai sau...