6. Dasar Iblis

18 9 0
                                    

"kringgg...kringg"

Gadis itu membuka mata nya, dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 06.30.

Lalu Maura pun langsung bergegas menuju kamar mandi. Setelah itu, ia menuju meja makan, dan memakan sehelai roti tawar yang sudah ia siapkan.

"Tinn tinn," Suara klakson mobil yang berada di depan rumah Maura.

Maura yang sedang enak memakan sehelai roti tawar pun kaget. Ia langsung melihat keluar, dan memastikan siapa yang datang.

"Haii Cantik," Ucap Farrel yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Eh? Lo ngapain kerumah gue pagi pagi?" Tanya Maura kebingungan.

"Gur mau jemput lo," Jawab Farrel.

"Ngapain jemput gue?" Tanya Maura lagi.

"Gue kan gak minta di jemput," Lanjutnya.

"Iyaa emang lo gak minta dijemput. Tapi kalo gue yang mau jemput lo gimana?" Jelas Farrel.

"Hmm lo mau roti?" Maura berusaha mengalihkan pembicaraan, ia menawarkan sehelai roti sambil menyodorkannya kepada Farrel yang sedang duduk disebelahnya.

"Nggak deh, udah kenyang," Tolak Farrel.

"Oh ok,"

"Yaudahh ayo berangkat," Ajak Farrel seraya menarik tangan Maura.

"Eh tungguin, gue ambil tas dulu," Ucap Maura menahan pria itu untuk keluar.

Maura Dan Farrel sekarang sudah berada di dalam Mobil, tetapi masih saja belum ada yang memulai pembicaraan. Maura menunggu Farrel memulai pembicaraan, tetapi lelaki itu tidak sedikit pun membuka mulut nya.

Keadaan di Sana sangatlah awkward. Maura hanya menatap ke arah jendela, ia melihat mobil dan motor yang lalu lalang di sekitar nya. Begitupun dengan Farrel, ia hanya menatap ke depan dan fokus menyetir mobil nya.

..

"Mauraa!" Panggilan itu sangatlah familiar oleh Maura.

Gadis itu pun memberhentikan langkah nya, dan menoleh ke belakang.

Plakk

"Masih belum puas lo, kemarin gue siram!!?" Bentak Ghea sambil menarik kerah baju Maura.

"Harus di ceburin ke jurang kali tuh, biar puas," Ujar Natasha.

"Gue ayo ajaa!" Ucap Viona dengan penuh semangat.

Maura mulai merasakan ketakutan yang amat dasyat di dalam tubuhnya. Sekujur tubuhnya mulai gemetaran dan keringat dingin mulai bercucuran. Baru kali ini Maura merasakan seperti yang ia alami sekarang. Sikap Maura yang kuat, tangguh, dan berani sudah tidak ada di dalam dirinya. Gadis itu terlihat mulai meneteskan air mata nya.

"Salah gue apasih sama kalian?" Tanya Maura sambil menangis tersedu sedu.

"Masih nanya lagi lo!" Ucap Ghea dengan ketus.

"Lo gak nyadar, apa yang udah lu lakuin?" Lanjutnya.

"Cih! Dasar cewek gatel!" Perkataan Natasha yang sangat menyelekit membuat Maura semakin menangis.

"Udahh ayo gak usah pake lama, kita bawa dia ke jurang belakang sekolah!" Perintah Ghea.

Ketiga gadis itupun mulai menyeret Maura dengan kasar, kulit kakinya mulai mengelupas karena tergores oleh aspal yang kasar.

M A U R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang