18. Brayn Maura?

33 2 0
                                    

Keesokan Harinya.

Acara api unggun akan dimulai pukul delapan malam, sampai pukul sebelas. Sebelum memulai acara tersebut, pastinya semua murid di tugaskan untuk mencari kayu bakar. Tanpa menunggu waktu lama, mereka pun mulai beranjak mencari kayu dan mengumpulkannya sedikit demi sedikit.

Kenapa satu kayu saja sangat sulit untuk didapatkan? Apakah kayu nya yang berjumlah sedikit, ataukah Maura yang kurang berusaha untuk menemukan satu kayu bakar?

Semuanya sudah membawa banyak kayu di atas gendongan mereka, terkecuali Maura, yang sedari tadi masih terus mencari keberadaan kayu yang sampai sekarang belum ia temukan. Farrel yang tak sengaja melihat Maura pun segera menghampirinya, tetapi saat Farrel melangkahkan kaki, terlihat Brayn yang datang lebih dulu, dengan melingkarkan pergelangan tangan nya untuk merangkul pundak gadis itu, dan berjalan secara bersamaan.

"Shit!"

Entah mengapa, Farrel sangat membenci saat-Maura dan Brayn tengah bersama. Ia bisa memastikan kalau ini bukan rasa iri, melainkan cemburu.

..

20.00

Acara api unggun pun dimulai, semua murid berlarian keluar tenda, untuk mengikuti kegiatan yang sudah mereka tunggu tunggu. Kini Maura telah bergabung bersama kawanan nya.

Agar tidak membosankan saat melaksanakan acara api unggun, semua murid diperbolehkan untuk menampilkan sesuatu, entah itu bernyanyi, melawak ataupun sebagainya.

"Kalian ada yang punya bakat? Ucap Pak Ramzi, sang pengisi acara.

Brayn lantas berdiri. Maura dan Naya pun saling pandang, pastinya mereka sangat penasaaran apa yang akan Brayn lakukan. Semua pandangan tertuju padanya, yang kini berdiri ditengah lingkaran yang diisi oleh mereka.

"Anjirr! Si kadal mau ngapain si." Ucap Riko heran.

"Yaa kita liat dulu aja, gak seneng banget lo kayanya." Naya menoyor kepala Riko pelan.

"Emang Brayn punya bakat ya? Setau gue, dia cuma punya bakat memikat hati cewek." Bisik Riko kepada Naya.

"Itu sahabat lo, ko gak support banget sih."

"Masalahnya kalo malu maluin, gue yang malu njirr."

"Gue jamin gak bakal malu maluin. Liat tuh semuanya pada seneng." Naya menunjuk para fans Brayn, yang sekarang teriak histeris karena ketampanan Brayn, ditambah dengan memakai hoodie berwarna Abu abu yang membuat ketampanan nya bertambah.

"Yeuu, itukan fans nya si kadal." Ucap Brayn, langsung mendapat jitakan dari Naya.

"Lo tuh bisa gak sih, gak manggil dia kadal? Lo gak liat itu muka ganteng anjirr."

"Demi apapun jitakan lu sakit banget." Riko mengelus kepalanya.

"Untung gue sayang nay." Lanjutnya.

"Gue juga sayang, eh tapi lo nya gak peka. Yaudah gak jadi." Ucap Naya.

Eh ko ngode sih nay?

"Serius?"

"Yukk Nay." Riko menggandeng tangan Naya.

"Mau kemana?"

"Kita sewa gedung."

"Ngapain?"

"Ya buat resepsi lah Nay. Kayanya sekarang lo yang gak peka deh." Riko mencolek dagu Naya.

"Bacot resepsi resepsi." Celetuk Maura, yang sedari tadi mendengar percakapan antara Riko dan Naya.

"Bacot orang ketiga, ganggu aja." Ucap Riko sarkas.

M A U R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang