20. Dasar Bucin

24 1 0
                                    

Pagi hari pun tiba, matahari telah menyinari kota Jakarta. Maura mengerjapkan mata dan meregangkan otot tangannya. Teringat bahwa hari ini adalah hari Senin, gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, walaupun kini rasa malas tengah melanda dirinya.

Setelah selesai membersihkan tubuh, ia segera mengenakan seragam putih abu kebanggaan nya dengan rapih. Lalu selesai dengan semua itu Maura segera turun dan menghampiri keluarganya. Kali ini ia tidak menyantap sarapan, dikarenakan mood hari ini sangat tidak mendukung.

"Papaa, aku berangkat yaa" Ucap Maura, mengikat tali sepatu.

"Kamu gak sarapan dulu?" Tanya Dian, yang kini sedang memakaikan dasi pada Hendro.

"Nggak, nanti di sekolah juga bisa" Ucapnya, lalu menyalimi Hendro dan Dian.

"Papa antar ya"

Maura melihat jam, yang menempel pada dinding rumahnya "gak usah deh pah, aku naik ojol aja"

Pada saat Maura membuka pintu, ia di kejutkan dengan adanya Brayn, yang berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Entah dari kapan ia sudah berada disana.

"Heii, kamu ngapain?" Tanya Maura bingung.

"Mau ngelamar kerja"

"Ohh, ngelamar kerja.. boleh deh, masuk aja mas"

"Enggak lah yang, aku mau jemput kamu" Tangannya bergerak merangkul pundak Maura.

"Tapi aku udah pesen ojol" Maura menunjuk seorang ojek online yang kini sudah berada tepat di depan rumahnya.

Brayn berjalan menghampiri ojol tersebut, dan memberinya uang. Maura yang melihat itu mengernyit heran, bagaimana bisa Brayn membatalkannya, dengan cara seperti itu.

"Ko di cancel sih, kan abang nya kasihan"

"Gak kasihan dong, kan aku kasih uang lebih"

Maura hanya menganggukkan kepalanya.

"Yaudah yuk jalan, nanti kita terlam– eh tapi kalo terlambat juga gakpapa, asalkan sama kamu.. soalnya aku gak bisa jauh dari kamu, karena kamu separuh hati dan nafasku"

Maura tertawa, lalu mendongakkan kepalanya untuk menatap Brayn yang lebih tinggi darinya, lalu mengangkat alisnya seolah mengatakan 'apaan sih'

..

Sesampainya di sekolah, Brayn dan Maura berjalan secara berdampingan, tangan Brayn asik melingkari pundak Maura. Tidak peduli dengan adanya Ghea and the gang yang menatap mereka dengan iri, bahkan ada pula yang memberi selamat atas jadinya hubungan mereka. 

Tak lama, bel pun berbunyi, semua warga SMA Bina Nusantara berbondong bondong keluar kelas menuju lapangan untuk melaksanakan upacara bendera yang sudah menjadi rutinitas mereka pada hari Senin. Semua murid berbaris sesuai kelas mereka.

Maura mengikuti upacara bendera dengan khidmat, ia berdiri berdampingan dengan Naya. Saat lagu Indonesia Raya di nyanyikan oleh Paduan suara, kepala Maura terasa sangat pusing, pandangan dan pendengarannya mulai berkurang, tetapi ia tetap berusaha bertahan dengan keadaannya sekarang.

Naya menoleh kearah Maura dengan wajah panik "Ra, lo kenapa?"

Maura hanya menggeleng dan tersenyum coba membuktikan bahwa dirinya baik baik saja. Tetapi saat itu juga, cairan kental berwarna merah mengalir begitu saja dari hidungnya.

"Ra, lo mimisan!!" Ucap Naya panik.

BRUKK

"MAURAA!!"

Maura ambruk di tengah upacara yang sedang berlangsung hingga menjadi pusat perhatian semua orang, dan akhirnya suasana pun menjadi ramai. Brayn segera menghampirinya, lalu menggendong Maura ala Bridal Style, untuk membawanya ke UKS.

M A U R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang