14 - pelangiku

16 1 0
                                    

Dia seperti pelangi. Indah. Semua orang menyukainya. Ia datang setelah badai. Tetapi ia datang hanya sementara. Ia hanya ingin menghibur dengan keindahannya. Ia pergi dan datang sesuka hatinya. Bukannya menetap yang semua orang inginkan. Seperti diriku. Mengharapkannya.

-Mahesa

***

Happy reading !!!

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Agam berjalan menuju kantin. Ia sedikit kesal dengan Kezia. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Tugas Agam hanya Memotret objek yang tidak jelas ? Ah wanita itu salah besar. Agam cukup ahli dalam hal ini. Karena itu adalah hobi Agam.

Agam menyusuri koridor ini. Tepat di dekat tangga ada seorang laki-laki yang mendahuluinya. Ia terlihat buru-buru. Sampai salah satu kertas yang ada di dalam bukunya jatuh di dekat Agam. Laki-laki itu tidak menyadarinya. Ia tetap berjalan cepat ke anak tangga, sampai tubuhnya menghilang di belokan tangga.

Agam mengambilnya. Hendak ia berikan kembali kepada sang empunya. Tak sengaja, ia membaca judul di kertas Hvs tersebut.

Pelangiku

Tulisan tersebut adalah tulisan tangan. Dengan rasa penasarannya, Agam pun membuka lipatan kertas tersebut. Ini sebuah puisi.

Lalu Agam membaca keseluruhan. Ia pun tersenyum. Lalu ia segera menaiki tangga untuk menyusul laki-laki tersebut. Ia mengurungkan niatnya untuk ke kantin.

♡♡♡

Mahesa membuka lembar demi lembaran buku miliknya dengan agak cepat. Ia menunduk sedikit untuk melihat ke bawah mejanya. Dan ternyata yang ia cari tidak ada.

Ia menghela nafas. Ya sudahlah, itu sudah tidak penting lagi. Pikirnya.

Ia membuka buku lain.  Kertas yang baru beberapa hari ini ia tulisi itu masih ada. Mahesa tersenyum lega.

" ini punya loh? " tanya seseorang yang baru saja datang.

Mahesa mendongkak. Tangannya bergerak menutup buku miliknya. Mahesa menatap orang itu dengan menaikkan sebelah alisnya.

Agam pun sadar dengan tatapan Mahesa. Ia segera menyerahkan kertas tersebut. " tadi jatoh di deket tangga. "

Mahesa mengerti. Ia mengambil kertas tersebut yang berjudul pelangiku. Puisi yang ia buat 2 tahun yang lalu.

" boleh minta bantuan loh? " tanya Agam penuh arti.

" apa ? "

" gua ketua jurnalistik, dan sekarang gua butuh puisi loh buat di pajang di mading. Dan gua tadi maaf sedikit lancang baca puisi loh. Itu puisi bagus banget. " ucap Agam menjelaskan. Dan semoga Mahesa mau membantunya.

" apa gua boleh minta puisi loh ? " lanjut Agam.

Mahesa terdiam, memikirkan sesuatu. Lalu ia mengangguk. Ia akan membiarkan puisinya di pajang. Itu kan sudah tidak berarti lagi baginya. Jadi kenapa tidak ia berikan saja kepada ketua jurnalistik ini. Kan lebih berguna.

Moon and SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang