Tiga

1.1K 170 11
                                    

“Eh, gila demi apa sih ulangan?”

“Materi apa?”

“Eh kita baru masuk dua minggu woi, udah ulangan harian aja.”

“Balikin catetan gue, bego.”

“Bentar ini dikit lagi. Diem deh lo! Gue lagi bikin contekan nih.”

Risya yang baru saja menginjakkan kakinya di lantai kelas terdiam. Berhenti tepat di ambang pintu sembari memerhatikan semua teman kelasnya yang sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Matanya menangkap Kinan yang duduk di pojokan kelas tengah menulis sesuatu.

“Pada kenapa, sih? Riweuh amat orang kek mau ulangan,” kata Risya setelah sampai di tempat duduknya.

“Emang ulangan!” Kinan menjawab dengan posisi yang masih sibuk menulis. Bahkan pandangannya sama sekali tidak menoleh sedikit pada Risya yang bertanya.

“Ulangan apa?”

“Biologi.”

Kepala Risya mengangguk perlahan. Melepas tali tas yang berada di pundaknya lalu menaruh kepalanya di atas meja. Menempelkan pipinya pada meja dengan wajah yang menghadap ke arah Kinan.

“Nyatet yang banyak, Kin. Tar bagi-bagi ke gue.”

“Ish! Diem deh lo.”

Risya terkekeh melihat ekspresi kesal dari Kinan. Risya tahu sebenarnya hari ini akan ada ulangan karena Juna mengingatkannya semalam lewat pesan teks. Semalam pun Risya membaca sedikit mengenai materi yang akan dijadikan ulangan harian ini. Hanya membaca sebentar, lalu bosan. Dan memilih untuk scrolling instagram atau membaca sesuatu yang lebih menarik lainnya. Risya tidak peduli dengan nilai pelajarannya.

Mengenal seorang Kinan Radela Sukma sejak kelas 10 membuat Risya merasa mempunyai seorang teman yang bisa diandalkan. Mereka bertemu saat MOS sekolah. Mengobrol sedikit membahas apa saja, kemudian menjadi teman akrab. Walaupun Risya dan Kinan sempat terpisah saat kelas 11, tapi itu tidak membuat hubungan pertemanan mereka menjadi retak. Maka ketika mengetahui bahwa kelas 12 ia sekelas lagi dengan Kinan, membuat Risya merasa mempunyai semangat untuk sekolah.

“Tumben lo masuk.” Kinan membuyarkan lamunan Risya.

Risya menegakkan posisi duduknya lalu menghembuskan napas kasar. “Yaudah besok gue bolos.”

Terdengar kekehan kecil dari Kinan. “Jagain gue ya, Sya.” Maksud dari ucapan Kinan adalah melindunginya saat ulangan nanti. Kinan akan berusaha untuk melihat catatannya yang akan ia salin di lembar jawaban sementara Risya yang mengawasi guru.

“Siap!”

Lalu terdengar suara berisik langkah kaki yang beradu, para murid kembali ke tempat masing-masing dengan mulut yang merapalkan materi atau jimat yang mungkin bisa digunakan untuk membantu ulangan  mereka.

Seorang guru perempuan dengan kacamata bertengger di atas hidungnya memasuki ruang kelas dengan membawa setumpuk kertas yang Risya akui sebagai kertas ulangan.

“Selamat pagi.”

“Pagiiiiiiiiii.” Para murid membeo.

“Hari ini kita ulangan. Masukan semua buku dan catatan ke dalam tas. Ibu nggak akan membagi kelas ini menjadi 2 sesi ulangan karena akan ribet. Jadi sebagai imbalannya, tolong jangan ada yang mencontek.”

Para murid mengiyakan dengan nada rendah tidak bersemangat.

“Sekali ketahuan mencontek, tidak ada kesempatan untuk mengulang. Akan langsung ibu robek lembar jawaban dan dilarang mengikuti pelajaran ibu untuk 4 kali pertemuan berikutnya. Mengerti?”

InersiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang