Kematian & Teka-Teki

3.1K 401 39
                                    

Ringgo 5 - Promise.

Jisoo dan Rose masih tertidur di atas ranjang mereka. Baru dua jam yang lalu mereka tertidur. Jisoo membuka matanya, sebenarnya dari tadi dia sudah terbangun, ia tidak bisa tidur memikirkan semua masalah yang kini berada didepannya. Yang seakan-akan mrnghadang Jisoo dan masing-masing mereka membawa kapak satu persatu. Siap untuk membunuhnya kapanpun saat ia salah melangkah.

Jisoo menoleh kesamping, melihat wajah damai Rose yang tertidur pulas membuatnya semakin jatuh lebih dalam pada gadis chipmunk didepannya ini.

Jisoo menarik tangannya dari dalam selimut dan membawanya mengusap pelan pipi chubby kekasihnya ini.

"Kurasa Seulgi salah sayang, aku tidak membutuhkan kopi untuk kesembuhanku. Ataupun terapi yang di selalu ocehkan Irene padaku.."

"Aku hanya butuh kamu."

Jisoo menatap wajah Rose yang tidak terganggu sama sekali.

Kegiatan Jisoo terhenti karena mendengar suara ponselnya berdering. Ia mengambilnya diatas nakas dan melihat siapa yang menghubunginya.

Namjoon is calling...

Jisoo mengangkat telponnya dan beranjak menjauh dari ranjang.

"Halo oppa?"

". . ."

"Apa?"

". . ."

"Ya baiklah."

Pip

* * *

Pukul 7 pagi.

Lisa terbangun karena mendengar pintu hotelnya di gedor berkali-kali. Sebuah suara memanggilnya dan Jennie.

"Lisaaa!!"

"Jennieeee!!"

Lisa bangun dari ranjang dan memunguti pakaiannya.

"Iyaaa bentarr!! Ish ini mah bra nya Nini.."

"Lisaaaaaaa!!"

"Iyaaa iyaaa!"

"Siapa sayang?" Tanya Jennie yang baru bangun. "Rose babe, gatau kenapa dia teriak-teriak."

Lisa berlari kecil ke arah pintu setelah ia sudah memakai pakaiannya. Tanpa sadar Jennie sudah mengikutinya dari belakang.

Lisa membuka pintu dan,

"WHAT THE FUCKK ROSEEE!!" Lisa dan Jennie berteriak bersamaan dan tangan Jennie spontan menarik Rose untuk masuk kedalam kamar hotel mereka.

"What the heck Rose?! Kenapa pagi-pagi interupsi tidur orang?! Udah berapa lama kamu diluar?! Cuma pakai bra sama cd doang kek gini?!! Gimana kalo Jisoo tahu?! Dia pas-" Aksi marah marah Jennie terpotong saat Rose tiba-tiba menangis dipelukannya.

"Jisoo ga ada Jenniee.. dia ga ada di kamar.. dimanapun aku mencarinya tapi ga ada.. hikss.."

Jennie terkejut. Dia melirik ke arah Lisa dengan tatapan 'ini bagaimana sayang?'

Lisa mengangkat bahu dan memasang wajah 'aku juga tidak tahu babe..'

"Sudah Rose. Tenangkan dirimu. Kita cari Jisoo unnie bersama-sama ya.. jangan sedih.." Lisa mengusap-usap pundak polos Rose.

Jennie yang melihat itu langsung memukul tangan Lisa, "Gausah cari kesempatan!"

* * *

Paris, 9:00 AM

Jisoo memasuki mansion yang sepi ini. Biasanya akan banyak pelayan berbaris dan menunggunya. Namun kali ini tidak ada sama sekali.

Ia melangkahkan kakinya memasuki mansion. Matanya melihat sekitar, dibalik kacamata hitam yang bertengger disana. Ia memasuki ruang tengah, akhirnya ia melihat Jin disana sedang duduk menangis diatas sofa berwarna putih.

"Jin.." Panggil Jisoo pelan. Jin pun menoleh dan menghapus air matanya, "Jisoo, akhirnya kau sampai."

Jisoo mengangguk. Ia tidak bergerak dari tempatnya berdiri, "Dimana Namjoon?"

Jin menunjuk ke sebuah ruangan di samping ruangan mereka saat ini.

Tanpa berkata apapun, Jisoo langsung melangkah ke arah yang tadi ditunjuk Jin.

Ia memasuki ruangan itu dan ia melihat Namjoon yang berdiri membelakanginya.

"Namjoon.."

Namja itu menoleh, ia tersenyum tipis sampai-sampai lesung pipi nya tidak tercetak.

"Jisoo."

Jisoo melangkahkan kakinya, mensejajarkan tubuhnya dengan Namjoon.

"Kita kecolongan."

Namjoon mengangguk, "Sial."

"Bagaimana perkembangannya?" Tanya Jisoo sambil menatap kearah depan. Dimana mayat kakeknya masih tekulai kaku di atas meja.

Namjoon menggeleng, "Aku tidak bisa memutuskan. Aku menunggu kedatanganmu."

"Ada yang bisa di jadikan alasan atas kematian kakek?"

"Tadi Jin bilang CCTVnya tiba-tiba mati setelah kakek menelpon kema-"

"Kakek menelponku saat itu, dia bilang aku cucunya yang pembangkang karena memilih Rose daripada dendamnya." Ucap Jisoo dengan nada dingin.

"Baguslah, bertambah fakta lagi. Setelah itu CCTV mati sampai sekarang. Dan bang Heseok sudah mengecek seluruh mayat pelayan dirumah ini, tidak ada sidik jari yang tertinggal." Tambah Namjoon.

"Shit."

Namjoon maju satu langkah mendekati meja kerja kakeknya, "Tapi kakek meninggalkan ini. Di CCTV tidak ada rekaman kakek menggambarnya. Jadi kemungkinan ini digambar setelah menelponmu."

Jisoo ikut melihat gambar itu.

"Sebuah trisula. Dengan salah satu ujungnya bengkok dan berwarna merah, sedangkan yang lain warna putih." Analisis Namjoon.

"Ada nama ayah, tuan Park, uncle Jay, dan paman Taeyang disini. Membentuk sebuah lingkaran. Dengan nama tuan Park dilingkari warna merah." Ucap Jisoo kemudian.

"Sedendam itukah kakek pada tuan Park?" Tanya Namjoon sambil melihat wajah samping Jisoo.

Jisoo menggumam, "Dendam kakek.. Tuan Park.."


















"Gadis itu harus mati, Namjoon.."

"WHAT?! KAU GILA?!! AKU BARU SAJA MAU MERESTUIMU DENGANNYA!"













-

It's been a hard days & nights for me.




Your smile's lover, me :)

Kim SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang