OUR WEDDING 5

22.5K 3.2K 162
                                    


Insyira meremas dompet di tangannya, sambil sesekali menoleh ke belakang, tempat ibunya kini duduk, di salah satu bangku tunggu yang tersusun berderet untuk pengunjung rumah sakit bersama bu Siska, mereka terlihat terlibat percakapan cukup serius. Ia hanya tinggal menunggu obat ibunya selesai diracik oleh apoteker.

Namun bukan itu yang membuatnya khawatir, ibunya memang lemas tapi masih tergolong baik-baik saja. Luka di siku dan lututnya telah dibalut perban. Tidak ada luka yang membutuhkan jahitan, menunjukkan bahwa kondisi ibunya memang tidak separah yang diceritakan teman ibunya yang menelepon Insyira sesaat setelah kecelakaan itu terjadi.

Ibunya mengalami kecelakaan saat dibonceng oleh salah temannya bernama bu Siska. Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk salah satu teman mereka bernama bu Isah yang sedang dirawat inap setelah menjalani operasi usus buntu. Siapa sangka, bahwa niat mengunjungi rumah sakit untuk menjenguk berakhir dengan ibunya Insyira lah yang dirawat beberapa puluh menit di ruang IGD setelah terlibat insiden saling 'pepet' di jalan raya dengan sebuah becak.

Beruntung saat itu jalanan lumayan lenggang dan posisi jatuh sepeda motor ibunya yang ke sebelah kiri tak membuat insiden itu berakhir tragis. Ibunya dan bu Siska hanya mengalami lecet-lecet, pun dengan tukang becak yang yang sama sekali tidak tergores. Hanya saja motor yang dikendarai ibunya yang mengalami beberapa baretan yang tentu membutuhkan biaya perbaikan. Motor milik bu Siska yang entah mengapa malah mengizinkan ibunya yang mengendarai hari ini.

Demi Tuhan, ibunya tidak terlalu mahir mengendarai sepeda motor. Ibunya sering tidak fokus, mudah terpancing emosi saat berkendara dan tentu saja tidak terlalu lancar. Jadi ketika bu Siska menelepon Insyira yang sedang bekerja dan menginformasikan bahwa ibunya mengalami kecelakaan, pikiran buruk langsung menerjang wanita muda itu, hingga langsung meminta izin pada atasannya untuk segera menemui ibunya yang ternyata sudah berada di rumah sakit untuk memperoleh perawatan pertama atas luka-lukanya.

Hanya tersisa tiga lembar bergambar mantan presiden Soekarno di dompetnya, uang yang harusnya bisa digunakaan untuk menyambung hidup hingga akhir bulan, kini harus digunakan untuk membiayai perbaikan motor bu Siska, karena tidak mungkin bagi Insyira lepas tanggung jawab disaat mengetahui bahwa kecelakaan itu terjadi dan mengakibatkan kerusakan pada body motor saat ibunya lah yang mengendarai. Beruntung bahwa perawatan luka dan obat-obatan yang didapat ibunya dari rumah sakit tidak membutuhkan biaya terlalu banyak.

Ini mengenaskan, dan sedikit menyedihkan. Hidup berkecukupan yang dirasakan Insyira beberapa tahun lalu seolah hanya mimpi dan ilusi kini. Kini ia harus berjuang mati-matian untuk bisa menyambung hidup  dan membayar hutang ibunya yang tak berkesudahan setiap harinya.

Insyira hanyalah seorang teller di salah satu koperasi syariah yang bergerak dalam bidang simpan pinjam. Dalah satu koperasi terbesar dan memiliki nama di daerahnya, yang memberikan gaji lumayan untuk para pegawainya. Selain itu Insyira juga menyambi menjadi pedagang online dengan membuka sebuah olshop yang menjual pakaian dan perlengkapan kecantikan. Semua barang jualan Insyira merupakan produk yang dibutuhkan perempuan maupun lelaki, dewasa dan anak kecil.

Nyatanya  penghasilan dari dua pekerjaan itu, tak pernah benar-benar cukup untuk menutupi tuntutan hidup setiap harinya. Ditambah dengan adanya beberapa hutang dengan jumlah yang luar biasa yang mesti Insyira pertanggung jawabkan dan selesaikan,  membuat wanita muda itu sedikit perhitungan dengan nominal yang akan meninggalkan dompetnya.

"Pasien atas nama Ibu Rahmi." Insyira segera beranjak menuju loker pengambilan obat dan berhadapan langsung dengan petugas apoteker yang langsung menjelaskan obat ibunya.  "Obatnya diminum dua kali sehari ya Mbak, setelah makan."

Insyira mengangguk dan mengucapkan terima kasih, kemudian segera berjalan menuju tempat ibunya berada. Wanita muda itu mngembil tempat duduk di samping ibunya yang kebetulan masih kosong.

OUR WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang