Our Wedding 9

24.1K 3.9K 487
                                    

Kukira cerita our wedding ini adalah salah satu ceritaku yg paling gk menarik, diliat dari seretnya komen dan vote😂 aku juga sempet males buat lanjut nulis di wp😂  biar langsung setor ke penerbit ajalah😂 tapi pas liat respon pembaca dipertanyaan double update tadi.... aku alhamdulillah sekali masih ada yg nungguin😊

Insyira baru saja memasukkan telur yang telah ia kocok dengan campuran daun bawang dan bumbu sederhana ke dalam wajan panas di atas kompor, saat mendengar suara decit kursi yang ditarik. Wanita muda itu menoleh dan cukup terkejut saat melihat Sabihis kini telah duduk di salah satu kursi meja makan dan mengamatinya.

"Maaf, kamu kaget ya?" tanya lelaki itu tampak bersalah.

"Iya, Kak, Syira kira siapa tadi."

"Hantu?"

"Eh?"

"Rumah ini terbengkalai bertahun-tahun sejak kebakaran dulu, aku baru renovasi ya abis balik ke sini. Kata para tetangga sih, mereka kadang ngeliat dan  denger suara orang nangis sama minta tolong dari rumah ini. Ada juga yang ngira itu roh ayah sama bundaku." Sabihis bercerita dengan raut yang dibuat semisterius mungkin untuk mengimbangi narasi mencengkam yang ia sampaikan, tapi bukannya menemukan raut takut di wajah Insyira, wanita muda itu malah hanya menggelengkan kepala pelan dan tersenyum tipis lantas membalik badan dan kembali sibuk dengan masakannya.

Tak butuh waktu lama bagi Insyira untuk menyelesaikan dua buah telur goreng, wanita muda yang telah memindahkan ke dalam piring cantik itu kini meletakkan di dekat sop ayam yang juga telah ia masak beserta nasi hangat yang masih mengepul, nasi yang tentu saja ditanak tanpa bantuan magic com.

Insyira segera menyiapkan nasi untuk Sabihis, ia menambahkan kaldu dari sop ayam sedikit banyak agar tekstur nasi lelaki itu menjadi lebih lembek dan mudah ditelan. " Maaf, Kak, Syira cuma bisa masak ini. Isi kulkas Kakak lumayan lengkap sih, tapi Kakak kan lagi sulit nelen, jadi Syira nggak bisa buatin masakan pake bumbu berat."

"Ini udah enak banget kok," jawab Sabihis yang telah mencicipi kaldu dalam piringnya."Sebenernya ada Bi Anti yang bantu di sini bersiin rumah sama masak kalo aku lagi di rumah, cuma beliau izin kemarin, menantunya ngelahirin jadi mesti ngejagain."

Insyira hanya memberikan anggukan atas jawaban yang diberikan Sabihis. Seperti biasa ia memang bukan gadis yang banyak bicara, bahkan bisa dikatakan cukup pendiam. Insyira sendiri mulai memakan makananya setelah selesai menuang air hangat untuk Sabihis. Sebuah tindakan yang tidak lepas dari pengamatan lelaki itu semenjak tadi.

"Kamu beneran nggak takut?" Lelaki itu kembali bertanya, seakan belum rela melepas cerita horor yang sempat ia bagi pada Insyira.

"Takut kenapa Kak?"

"Takut sama penghuni rumah ini."

"Sama Kak Sabi maksudnya?"

Sabihis mengerjapkan mata mendengar jawaban Insyira, lalu terkekeh geli. "Bukan, sama hantu yang kuceritain."

"Emang beneran ada?"

"Aku nggak tau, tapi kata tetangga gitu, dulu."

"Kak Sabi aja yang punya rumah nggak tau, jadi buat apa Syira takut sama sesuatu yang belum tentu ada," jawab wanita muda itu santai.

"Tapi ini rumah tempet orang tuaku meninggal Syira, dan mereka meninggal terbakar." Ekspresi Insyira berubah, tapi bukan terlihat takut meliankan kesedihan yang luar biasa. "Kenapa kamu sedih gitu?"

Insyira menatap Sabihis tepat di mata lelaki. "Karena nggak pernah mudah bagi seorang anak ditinggalin sama orang tuanya, Kak Sabi. Jadi pas tau kasi Sabi milih tinggal di sini, Syira nggak bisa bayangin gimana kangennya Kak Sabi sama orang tua Kakak, dan itu bikin Syira...."

OUR WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang