Part kemaren kacau ya tulisannya? Aku gk sempet ngedit, radang tenggorokanku parah, bahkan cuma bisa nelen bolu buat makan😢
Part inj juga gk bakal maksimal. Draft mentah kupublis, jadi dimohon dengan sangat kalian koreksi typonya ya😊
Satu lagi... "Our Wedding" itu satu proyek penerbitan sama "SECRET OF LOVE". Ini naskah sudah ditunggu penerbit tapi aku nulisnya selelet siput😒. Jadi silakan kalian membaca tanpa menunda, karena tidak akan dipublish ulang dan tentu saja akn dihapus setelah tamat.😊
Insyira mengenggam tangan ibunya erat, berusaha meredam emosi wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu. Ini memang keadaan yang sulit dan memalukan, tapi Insyira tak bisa menyalahkan siapapun, karena pada kenyataannya situasi ini tercipta karena ulah ibunya.
Insyira baru saja memarkiran motornya saat melihat kegaduhan yang terjadi di teras rumahnya. Ibunya, bu Siska sedang terlibat adu mulut sengit dengan dua orang lelaki berpakaian cukup rapi yang Insyira ketahui sebagai petugas Koperasi simpan pinjam yang sering disebut Bank Rontok di kampungnya, yang tentu saja merupakan tempat ibunya mengambil pinjaman. Sementara Sabihis, lelaki yang Insyira tahu cukup terkejut dengan perdebatan alot yang melibatkan suara-suara keras itu.
Insyira tentu saja segera mengambil bagian, berusaha membantu Sabihis meredakan suasana, beruntung keempat orang yang sedang sama-sama terbakar emosi itu mau mengerti. Alhasil setelah adu mulut itu terjeda, atas instruksi Sabihis, Insyira segera masuk ke dalam rumah, mengambil karpet lalu menggelarnya di teras dan kini menjadi alas duduk bagi mereka semua. Insyira pun menyediakan enam cangkir teh sebagai minuman untuk mereka dan tamu-tamu yang jelas tidak diharapkan oleh ibunya.
Dan kini setelah suasana agak tenang, Insyira mengambil tempat duduk di sisi sebelah kiri ibunya, karena sisi sebelah kanan di tempati bu Siska. Membuat Insyira secara tidak langsung langsung duduk di samping Sabihis, karena kedua orang petugas Bank Rontok itu sendiri mengambil tempat duduk bersebrangan dengan mereka.
"Maaf sebelumnya, Mas. Kami tak ada maksud buat keributan di sini. Tapi Ibu Rahmi sudah lima hari tak bisa kami temui. Sementara setorannya haruslah kami terima tiap hari. Berat di kami Mas buat cari tombokannya." Salah seoramg petugas Bank Rontok dengan aksen timur mulai membuka suara. Memberi tahu pada Sabihis karena merasa bahwa lelaki itu mampu menyelesaikan masalahnya, mengingat penampilan, pembawaan dan tentu saja pengakuan Sabihis yang menyatakan bahwa ia adalah anak dari ibu Insyira dan siap bertanggung jawab untuk menyelesaikan hutangnya.
"Iya, saya mengerti posisi bapak-bapak, dan saya minta maaf atas keterlambatan pembayaran oleh ibu saya," balas Sabihis tenang. "Bapak-bapak, jika boleh saya ingin meminta rincian hutang Ibu saya, agar saya bisa mencari jalan untuk menyelesaikan secepatnya."
Salah satu petugas dari Bank Rontok itu lantas membuka tas selempang yang ia kenakan, lalu mengeluarkan sebuah buku, membalik halaman lantas menyerahkan pada Sabihis. "Bu Rahmi ambil pinjaman lima juta di kami, Bapak. Tapi baru disetor dua juta, itu belum terhitung bunga, tiap hari Ibu Rahmi mesti setor di kami lima puluh ribu. Tapi ini sudah terlambat, Bapak."
"Alah, saya tumben juga terlambat nyetor, kalian sudah seheboh ini." Insyira mengeratkan genggamannya di tangan sang ibu, ketika ibunya mulai berbicara yang bisa memancing emosi petugas Bank Rontok itu lagi. Sementara Sabihis hanya sekilas menatap pada ibu Rahmi, lalu kembali fokus pada rincian hutang pada kertas di tangannya.
"Tapi ini sudah terlambat lima hari, Ibu. Perjanjian Ibu dengan koperasi kami itu bayar tiap hari."
"Saya juga mau bayar, tapi kalo nggak ada uang yang mau bayar pake apa?"
"Buu...." Insyra berucap lirih, berusaha untuk menghentikan ibunya, sungguh ia malu dengan sikap merasa benar sendiri yang ada pada ibunya.
"Maaf kan kami, Ibu. Tapi itu sudah tugas Ibu. Seharusnya pas Ibu sanggup mengambil pinjaman di Koperasi kami, Ibu sudah tau konsekuensinya, jadi tidak ada keluhan di belakang."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR WEDDING
Romance(SUDAH TERBIT/SUDAH DIHAPUS TGL 11 NOVEMBER) "Kakak udah nggak ada pilihan ya sampe aku banget yang harus jadi istri Kakak ?" --INSYIRA- " Bukan nggak ada pilihan, tapi malas milih. Jadi kamu pasrah aja, nentang juga percuma kan?" --SABIHIS-- Sela...