Lia dan Lino. Keduanya merengut kesal. Mereka pikir manusia yang meneriakkan nama pendeknya barusan memanggilnya. Lia mengira itu Jeongin. Lino mengira itu Dio, kakaknya. Ekspetasi tak sesuai realita.
Lia melihat sosok lelaki yang ia tahu rival Jeongin. Salah satu laki-laki yang berhasil satu langkah mendekati Yuna, incaran Jeongin.
Lelaki itu tersenyum cerah saat orang yang ia panggil menoleh dan melambaikan tangan. Mata Lia masih menatap kearah lelaki itu meski sudah berjalan menjauhinya.
"Hey"
"Hey"
Lino yang di sampingnya berusaha menyadarkan.
Cup
Lia terkejut. Menolehkan kepalanya dan beracang-ancang untuk memukul pelaku yang mencium pipinya barusan. Namun,
"Ja-jangg~" Lino menatap gadis di sampingnya dengan raut datar.
"Ternyata benar, sebuah ciuman bisa menyadarkan seseorang""Kamu pikir itu sebuah candaan ?." Kesal Lia.
"Mengganggu saja" setelahnya gadis berkuncir kuda ini berlalu pergi tanpa membantu lelaki yang menggodanya itu.Lino menatap jari tangannya yang ia satukan rapat untuk mencium pipi Lia tadi.
"Apa aku salah ?" Gumamnya.
Berpikir sia-sia, Lino menghiraukan dan beralih menatap belanjaannya yang tergeletak begitu saja di bawah. Pandangannya membulat.
"Gadis itu.."
"Oh astaga" Wajahnya memelas. Gadis berkuncir tadi belum selesai membantunya dan langsung pergi saja. Lino teringat, lelaki tadi yang memangggil 'li' menghancurkannya. Jarak mobil dengan nya masih jauh.
Tak mungkin menyusun ulang dan membawanya ke dekapan untuk sampai di mobil. Terlalu berat. Masih mending bukan cobaan hidup yang berat."Kenapa diam saja ?" Sebuah suara menghancurkan lamunannya.
"Kak"
"Apa ? Kunci mobilnya kan di kamu"
"Jarak mobil masih jauh. Aku tak bisa membawanya. Terlalu berat."
"Coba liat di sampingmu"
Lino menoleh. Kemudian beralih menatap kakaknya dengan ekspresi yang sama. "Apa ?"
Dio menggeleng kasian.
"Kamu tidak bisa mengenali mobil kita?"Mata lino membulat dan segera mengecek plat nomornya. Setelahnya ringisan kecil keluar dari bibirnya.
"Maaf""Benar kata ibu. Kamu masih buta warna" Dio berkata sambil membawa belanjaan yang terkapar di samping mobilnya.
"Cepat buka pintunya""Kak. Aku tidak buta warna. Memang sulit membedakan silver dan abu abu"
"Memang tidak berubah"
"Kaakkk"
Rengekan mulai keluar. Lino memang suka merengek pada kakaknya. Namun sok dewasa pada ibunya.
☆☆☆☆
Jeongin baru saja selesai mandi, segera mengambil baju yang ia simpan di lemari. Memakai body spray terlebih dahulu, agar aroma wangi menguar di sekitar tubuhnya. Juga menggunakan krim wajah. Jeongin sangat peduli dengan tubuhnya. Setiap inci harus terawat dengan baik. Beda sekali dengan Lia. Menurut Jeongin gadis itu berjiwa lelaki, tak sedikitpun sisi feminimnya. Dan yang Jeongin tau, Lia tak pernah bercerita tentang pacar. Jeongin heran dengan gadis itu.
Apa dia lesbi ?, Pikir jeongin.

KAMU SEDANG MEMBACA
••UNTITLE [Lee know] •• (Finished)
FanfictionStory from Xilanney. Just publish in here. Alternatif-Universe (AU) Normal ? Menyimpang ? Lia akan berpikir sejenak. . . Soundtrack : VIXX - Beautiful liar Im sorry .... Sebagian cerita aku Unpublish 1 desember 2019 2 agustus 2020 ®Xilanney®Ori...