Kedua mata mirip rubah menatap ke bawah memperhatikan tangannya yang saling bertaut. Rasa gugup memenuhi dirinya. Ia senang bercampur gugup. Seperti sedang mengucapkan sumpah pernikahan. Tapi ini bukan tentang ia akan menikah. Tidak. Calon saja tidak punya.
Tadi pagi seseorang menghubunginya. Seseorang yang mengaku ingin mengambil barang secara grosir miliknya. Membeli lebih tepatnya, mengajak bekerja sama. Ia terkejut sekaligus senang tentunya. Dengan begitu ia bisa menyetok banyak dagangan dan menjualnya dengan keuntungan yang besar. Inginnya, menjadikan toko peninggalan kedua orang tuanya menjadi besar. Ia bukan berasal dari kalangan atas, hanya rakyat biasa.Kepalanya yang sebelumnya menunduk ia tegapkan kala mendengar suara asing yang berasal dari pintu masuk cafe yang dikunjunginya memanggil namanya.
Sosok itu berjalan sambil tersenyum ke arahnya.
"Maaf membuatmu menunggu lama."ia tersenyum dan menarik kursi yang ada di depan Jeongin.
"Tidak apa, bukan masalah"
"Begini, aku sedang terburu buru. Jadi langsung intinya saja." Sosok yang Jeongin tunggu tadi mengeluarkan selembar kertas beserta bulpoin dari dalam map yang dibawa nya.
"Aku bukan seorang produsen yang berkembang pesat. Tapi aku ingin menjadi produsen dengan distributor yang tetap juga harga yang sedikit miring. Aku tahu kamu bukan distributor besar, tapi salah satu karyawanku membeli barang di toko mu dan aku terheran saat melihat harga barang yang kamu jual. Jadi aku berinisiatif untuk bekerja sama dengan mu. Apa kamu bersedia ?"
Jeongin terpaku. Ini nyata kan ? Dia akan mendapat seorang produsen sekaligus konsumen.
"Oh tunggu. Apa kamu pemilik toko ini ? Atau orang tuamu ?"
"Tidak, ini milik aku seorang. Orang tuaku tiada" Jeongin menjawab tanpa rasa curiga sedikitpun
"Maaf jika aku sedikit menyinggungmu"
"Tak masalah"
Jeonging mengambil alih kertas tersebut, membaca sebentar lalu menandatanganinya.
"Sudah ku tandatangani, berarti kontrak ini resmi ?"
"Ya tentu saja" Sosok yang mengaku produsen itu mengambil kertas serta bulpoin dan memasukkannya kedalam map.
Sebelum beranjak pergi, Jeongin menghentikan tindakannya.
"Maaf, kalau boleh tau. Siapa nama Anda ?"
Jeongin sebenarnya tau. Tapi ia ingin mengetahui nama asli dari orang di depannya ini.
"Bukankah sudah ku katakan kemarin saat di telepon ?" Sedikit menyolot namun Jeongin tak curiga.
"Nama asli mu maksudku, kurasa Jay nama yang sedikit aneh"
"Maksudmu namaku buruk ? Begitu ?" Suaranya meninggi membuat Jeongin menciut.
Berkali-kali Jeongin mengucapkan kata maaf sembari membungkukkan badan.
Sosok itu yang merupakan laki-laki tak menyahut dan bergegas pergi meninggalkan Jeongin sendiri.∆∆∆∆∆
Hamparan Luas nan indah pemandangan padang bunga. Gadis itu tersenyum. Manis. Mata kucingnya merapat lucu. Merentangkan kedua tangannya dengan kelapa ia dongakkan ke atas. Tubuhnya ia putar pelan-pelan, menikmati semilir angin yang menerpa. Hatinya terasa tenang. Beban di hati maupun badan terasa hilang seketika. Ia merasa ringan.
Tapi ia merasa ada yang aneh.
Pukk
PukkSesuatu mengenai pipinya, tidak sekali, namun berulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
••UNTITLE [Lee know] •• (Finished)
FanfictionStory from Xilanney. Just publish in here. Alternatif-Universe (AU) Normal ? Menyimpang ? Lia akan berpikir sejenak. . . Soundtrack : VIXX - Beautiful liar Im sorry .... Sebagian cerita aku Unpublish 1 desember 2019 2 agustus 2020 ®Xilanney®Ori...