14

61 13 3
                                    

Lia mengunjungi saudara tak sedarah yang berada di depan rumahnya. Sedikit rasa khawatir di hatinya, Jean yang mengatakan akan datang sore tadi tak terlihat batang hidungnya sama sekali. Hingga malam menjelang, keadaan rumah Jeongin tetap sama, gelap gulita. Seperti tak berpenghuni.

Tangan kecilnya mengepal mengetuk pintu rumah Jeongin, ia masih ingin terlihat sopan meskipun ia tahu jika Jeongin saudara tirinya atau si pemilik tak akan membukakan ketukan pintu rumah. Lia juga sering melakukan hal yang terkesan bar-bar, tapi untuk kali ini tobat dan melihat kondisi.
Tak ada sahutan, gadis itu membuka pelan pintu yang tak terkunci. Kepala nya menyembul melalui celah yang ia buka. Mata cantiknya menatap terkejut melihat kondisi ruangan yang selalu tertata rapi kini berantakan, beberapa perabot juga terbelah menjadi berkeping-keping. Lia menatap nanar. Ia berjalan pelan masuk ke dalam. Netranya menelusuri setiap ruangan berusaha mencari posisi Jeongin, tetapi kondisi yang gelap tanpa penerangan sedikit pun menyulitkan penglihatannya.

"Jeongin ?"

Tak ada sahutan.

"Jeongiinnn." Intonasi Lia sedikit lebih tinggi, mungkin suaranya kurang keras.

Tetap tak ada sahutan, namun Lia mendengar suara isakan kecil di samping kanan tubuhnya.
Gadis itu segera membungkuk merapatkan jarak dengan asal suara.

"Jeongin ?"

Isakan itu semakin terdengar dekat di telinga Lia.

"Pergi" suaranya menusuk dan tajam.

"Jeongin, ini aku. Lia."

"Aku bilang pergi" Jeongin mengangkat sedikit kepalanya, menatap kedalam manik mata Lia.

Bukannya menjawab atau pergi, Lia justru meraih bahu Jeongin berniat untuk memeluknya. Namun tangannya di tepis kasar oleh Jeongin.

"Kamu tidak mendengarkan ku ? Aku bilang pergi, aku tidak membutuhkanmu."

"Mana bisa aku begitu saat melihat mu seperti ini. Jiwaku seperti ada yang hilang. Kumohon Jeongin, jangan seperti ini"

Baiklah, mata Lia berkaca-kaca sekarang.

"Jean..Hyunjin .." gumam Jeongin pelan.

"Jean ? Kamu mencari nya ?"

Jeongin menggeleng pelan, dan itu samar-samar terlihat oleh pandangan Lia.

"Dia disini."

"Apa?" Lia sedikit bingung. Jean ada disini ? Bukannya lelaki menjulang itu tak terlihat sama sekali, Lia bahkan mengawasi rumah Jeongin sejak sore tadi, bahkan ia menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin agar bisa pulang cepat.

"Jean ada disini."

Sebelum Lia menjawab, suara lain menyahuti.

"Jeongin ? Kamu baik-baik saja kan ?"
Terdengar sangat khawatir bahkan melebihi Lia. 

"Jean?" Jeongin mendongak, matanya berusaha menangkap sosok yang ia rindukan.

"Ini aku" Jean meraih tubuh Jeongin, lalu memeluknya.

Lia menatap terkejut keduanya. Bagaimana bisa ?
Bagaimana bisa mereka sedekat ini ?
Bukannya pertemuan terakhir mereka sedikit... Uh Lelaki tinggi itu mendapat banyak penolakan oleh Jeongin dan sekarang Jeongin menurut saja saat lelaki itu memeluknya.

Tanpa suara, Lia berdiri dan melangkah pelan keluar. Hatinya melega, setidaknya laki-laki tinggi yang terlihat seorang player itu bisa menenangkan kondisi Jeongin. Tapi Lia tak boleh lengah, dia harus mengawasi keduanya, takut jika terjadi hal di luar dugaan.
Mengingat sorot mata dan perlakuan Jean pada Jeongin, Lia menaruh curiga. Mungkinkah hal yang sempat ia pikirkan benar terjadi ?

••UNTITLE [Lee know] •• (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang