20

111 6 1
                                    

Lino tergesa-gesa mengemudikan mobilnya. Namun ia teringat satu hal. Hari mulai malam, dan mungkinkah ia harus menginap di mobil ?

Ckitt

Ia menghentikan lajunya.
Berputar balik ke arah sebelumnya. Menginap di hunian Lia bukan hal yang buruk. Sekalian melepas rindu secara tak langsung. Melelahkan jika tidur di dalam mobil. Ia sendirian, belum lagi jika harus mengalami panggilan alam.

Tengah malam.

Suara deringan ponsel bertepatan dengan pedal rem yang ia injak. Mendiamkan diri sejenak sebelum tangannya meraih benda canggih pada dashboard mobil. Jempolnya menggeser pelan setelah melihat sekilas nama penelepon.

"Sajangnim " panggil suara cempreng dari arah seberang telepon.

"Aku bukan boss mu" sahutnya rendah.

"Ah maaf. Tapi kamu memang atasan ku kan." Cengir sosok di seberang.

"Ada apa ?" Lino tak ingin berbasa-basi. Terlalu banyak yang di pertanyakan nanti.

"Ada pertemuan antar kepala bagian besok--"

"Aku tak bisa hadir. Jika perlu, copot saja posisi ku. Turunkan jabatanku menjadi karyawan biasa. Itu bukan hak ku menduduki posisi yang sedikit tinggi."

"Sajangnim. Aku bahkan tidak perduli kalau anda lebih muda dariku. Menurutku cara kerja anda selama beberapa minggu ini sangat profesional. Meskipun kurang berpengalaman, tapi aku yakin jika anda mampu melakukannya. Banyak respon positif dari staff setelah anda menggantikan posisi Tuan yang terhormat Shim."

Lino memutar bola matanya malas. Lagi-lagi mendengar pujian palsu. Ia tahu mengenai posisi jabatan kerjanya yang di duduki paksa. Tuan Shim, orang sebelumnya sangat perfeksionis. Lino mengakui jika beliau sangat handal. Karena sebuah rasa sungkan, Tuan Shim harus menggeser sedikit posisinya.

Ayah mertua Lino seorang direktur di perusahaan yang ia naungi saat ini. Itu sebabnya, menantu rupawan nya ia pekerjakan secara cuma-cuma dengan menduduki posisi kepala bagian. Walaupun masih kurang tinggi.

Lino juga mengetahui tatapan tak suka dari para staff di bawah nya. Ia pernah mendengar bisikan tentang nya dari balik bilik toilet.

"Lakukan saja tugasmu. Dan katakan kalau aku tak bisa pulang dalam waktu yang cepat."

"Memang nya, berapa lama sajangnim akan bepergian ? Bisa dikatakan lebih jelas? Agar aku bisa mudah mengatakannya pada direktur."

Benar kan.

Semua yang berhubungan dengannya selalu atas keikutsertaan tuan mertua terhormat direktur.

"Aku sedang berkelana mencari penjahat yang menghamili anakku."

Pip

Terputus secara sepihak. Seseorang di seberang sana mengerang kesal.

Tubuh Lino bergerak keluar mobil dengan membawa ponsel beserta jaket di kedua tangannya. Keadaan sekitar rumah yang ia kunjungi sangat gelap. Lampu di sekitar tak cukup untuk menerangi teras kecil di sana. Sehingga saat Lino melangkah ke arah pintu tersebut, tubuhnya membeku saat di lihatnya sosok hitam samar berdiri di depannya. Sejujurnya Lino takut. Bahkan ia berancang-ancang untuk belari. Namun sebuah suara yang ia kenal, melegakan hatinya.

"Kenapa datang kembali ?"

Ini suara Jeongin. Lino merasa lega, setidaknya bukan pemuda tinggi yang sangat menyebalkan itu.

"Aku menumpang menginap di sini. Di rumah yang Lia tinggali. Sekalian aku ingin melepas rindu sebentar. Tengah malam, aku tak bisa mengendarai kendaraan. Seharian aku tak tidur."

••UNTITLE [Lee know] •• (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang