5

114 14 0
                                    

Matahari mulai meninggi Lia masih bergelung nyaman dalam pelukan hangat selimut.

Kringg

"Eungg.." lenguhan kecil keluar dari mulut Lia, saat mendengar dering ponsel. Tangan manisnya meraba asal berusaha mengambil dering yang iya yakin dari ponselnya.

"Sudah berapa lama berhubungan dengan manusia kucing itu ?"

Lia hanya mengerut kening. Kedua matanya menyipit berusaha terbiasa dengan cahaya.

"Dia meracuni mu ya ? Sampai langsung bangun ingin mengangkat panggilan. Semangat sekali" Jeongin merendahkan tubuhnya sedikit. "Tahu tidak ? Aku membangunkanmu dengan susah payah sampai harus berdebat dengan tetangga sebelah karena terlalu berisik. Dan akhirnya kamu bangun hanya dengar deringan ponsel. ASTAGA LIA..."

Yang namanya disebut hanya meringis kecil.

"Juga, kenapa nada dering ponselmu kuno ? Kamu tidak bisa mengganti nya atau tidak bisa mengunduh lagu ? "

"Aku malas. Itu seperti nostalgia. Dan aku jadi merindukanku yang dulu."

"Terlalu sering menonton film nostalgia membuatmu seperti manusia jaman purba. Kamu pacaran saja belum pernah, sudah mengatakan nostalgia."

Deg

Lia termenung, soal kejadian tadi malam kembali berputar. Hatinya berdegup tak teratur untuk yang pertama kalinya. Semalam ia sempat merasakan deru nafas pelan di depan wajahnya, dan hatinya mendadak berdegup cepat. Tapi ia tak ingat itu apa. Matanya mendadak berat.

"Jeongin" Ucap Lia cepat setelah mengingat sesuatu. Jeongin tak menjawab, hanya menoleh. Sudah kebiasaan.

"Jika mata seseorang tiba tiba terkantuk berat itu kenapa ? Padahal orang tersebut jarang tidur cepat."

Jeongin mendelik. "Kamu mengantuk berat ?" Lia hanya mengangguk. "Setelah pergi bersama manusia kucing itu ?" Mengangguk lagi.

"Aku tidak tau, setelah minum jus wortel traktiran darinya mataku terkantuk berat. "

"Gawat Lia, dia bisa saja menaruh obat tidur dalam jus nya. Mungkin ia meminta bantuan pada si penjual agar menaruh serbuk obat nya sebelum disegel."

"Apa !?" Lia terkejut. Ia juga percaya dengan ucapan Jeongin. "Bagaimana ini"

"Kamu tidak apa apa kan ? Tubuhmu tidak merasa sakit kan ? Terutama... " Jeongin tak melanjutkan ucapannya. Tapi Lia tau kemana arah bicara Jeongin.

"Jeongin......" Lia merengek. Matanya keluar air. Ia tak tau harus bagaimana .

Sedang Lino diujung sana tengah bersiap akan berangkat menuju universitas. Kelas pagi alasannya.

"Ibu, aku berangkat."

Berpamitan pada Ibunya lalu mengambil kunci mobil kakaknya yang tergeletak di meja vas.

Saat hampir membuka pintu mobil, gerakannya terhenti. Pikirannya teringat aksinya semalam, ia hampir mencium gadis itu. Oh tidak, Lino menggeleng pelan kepalanya.

"Kak, tangkap ini. Aku tidak jadi membawa mobil." Lino melemparkan kunci mobilnya ke arah kakaknya, Dio, yang tengah menyiram halaman rumput depan rumah.

Dio yang terkejut tak sempat menggunakan instingnya dengan baik. Alhasil, kunci mobilnya jatuh di kubangan air sekitar rumput. Mulutnya mengumpat kesal. Nama adik nya tak lupa ia sebutkan.











****










Lino menaiki kendaraan umum, dan turun tepat di persimpangan jalan menuju rumah Lia.

••UNTITLE [Lee know] •• (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang