Wajah Jeongin tertekuk, di hatinya menyimpan luapan rasa kesal. Entah harus ia buang kemana luapan itu.
Hanya karena ada orang ketiga, begitu Jeongin menyebutnya, ia merasa down. Kejadian petang tadi belum selesai ia tenangkan hati, lagi terjadi yang membuat moodny turun kembali.Niatnya mengajak Lia pajama's party karna dia ingin melupakan rasa kesal dan mengembalikan mood. Ia ingin bercerita tentang Jean pada Lia, gadis itu biasanya sering memberi solusi meskipun sedikit nyeleneh tapi itu berhasil membuat Jeongin naik tingkat. Lia adalah moodbooster nya.
.Jeongin sudah berganti pakaian dengan piyama milik ayah Lia.
Kakinya melangkah menuju ruang TV yang merangkap jadi ruang tengah sekaligus ruang tamu. Hunian Lia berpetak kecil, ia tak ingin meninggali hunian yang bertingkat atau luas karna bisa menyebabkan kelelahan katanya. Kelelahan membersihkan hunian sendirian maksudnya."In, bisa bantu aku ?" Lia bersuara.
Si mata rubah ini tak menjawab.
Mengekor Lia dibelakang menuju dapur. Ia pasti kan Lia mengajaknya memasak, meski hanya ramen instan."Bisa bantu-- ASTAGAAA"
"Bisa tidak sih bersuara, jangan diam saja" Lia merengut kesal. Pasalnya, saat ia akan membalikkan badan memastikan Jeongin yang tak menjawab bantuannya. Ia malah di hadapkan dengan sosok Lelaki bermata rubah dengan tampang datar.
Jarak mereka sangat dekat. Lia lantas memundurkan badan nya sedikit menjauh."Aku malas bicara" balas Jeongin santai.
"Ck. Bisa bantu tidak ?" Lia bertanya sekali lagi.
"Ti--"
"Mau ku bantu Li ?" Suara bariton memotong suara Jeongin.
"Biar aku saja. Kamu sebagai tamu, duduk manis dan rapikan ruang TV." Jeongin menjawab cepat setelah suara bariton itu selesai bicara.
"Kalau perlu, kamu pulang saja dulu mengambil baju piyama. Karna Lia tak punya stok baju pria disini. Hanya ada satu dan itu untukku.""Ah begitu ya."
"Jangan dengarkan Jeongin, dia hanya bercanda. Duduklah di ruang TV, disini kamu sebagai tamu, aku tak enak untuk menyuruhmu"
"Memangnya aku bukan tamu ? Lagi pula ini pesta piyama, jadi harus pakai piyama. Bukan celana Jeans dengan kemeja." Jeongin bernada sinis. Lia memperhatikan itu.
Setelah berpikir lagi. Gadis itu memutuskan.
"Oke oke cukup. Aku mengalah"
Keduanya menatap Lia tanya.
"Kalian berdua yang memasak. Biar aku yang merapikan ruang TV"
Setelah berkata, kaki Lia melangkah menuju ruang TV. Mengabaikan ekspresi kesal Jeongin dan tingkah canggung Lino, lelaki bersuara bariton.
∆∆∆∆∆
Suasana tegang menyelimuti ruang TV hunian Lia. Mereka bertiga menatap serius ke layar yang menampilkan sosok berambut panjang yang mengejar makhluk nyata.
Masih mengenakan baju kemeja miliknya, Lino mengusili Jeongin yang berada di atas karpet depan sofa yang di duduki Lino dengan membisikkan kata tak beraturan. Namun, bukan Jeongin yang terkejut. Melainkan Lia. Suara Lino terdengar jelas di keheningan ruang itu. Jeongin menatap nyalang, lelaki itu menatap marah sekaligus kesal.
"Ayolah Om, berhenti mengganggu anak kecil." Jeongin berbicara asal.

KAMU SEDANG MEMBACA
••UNTITLE [Lee know] •• (Finished)
FanfictionStory from Xilanney. Just publish in here. Alternatif-Universe (AU) Normal ? Menyimpang ? Lia akan berpikir sejenak. . . Soundtrack : VIXX - Beautiful liar Im sorry .... Sebagian cerita aku Unpublish 1 desember 2019 2 agustus 2020 ®Xilanney®Ori...