10

67 10 0
                                    

Dibalik kisah manis yang orang katakan, ada cerita pahit yang tak terungkap. Seperti mie instan yang memiliki kandungan buruk jika di konsumsi setiap hari. Mungkin ini tidak hubungannya. Tapi, hey.. siapa yang perduli soal berhubungan atau tidak. Bahtera rumah tangga saja masih ada yang mengusik. Bukan menceritakan atau menghubungkan dengan yang dialami lelaki berbadan besar itu. Lelaki yang sempat merengek pada gadis penyuka kucing kemarin. Bukan.

Jean, lelaki itu menampilkan senyum manisnya saat melihat teman kecilnya menyisir rambut di halaman rumah yang langsung menghadap ke arah taman. Dengan ringan, Jean mendekati gadis itu dan mendorong pelan kursi roda yang ditumpangi oleh gadis bersurai panjang itu.

Gadis itu terkejut,

"Aku lupa kalau hari ini si cantik akan berolahraga"

"Jean?"

"Hafal suaraku ya ?"

Gadis itu tertawa kecil.

"Yuna, mau ketaman bersama ku ? Hari ini libur, jadi banyak orang yang ke taman sekedar berolah raga atau bersantai. Sekalian untuk dirimu berbaur dengan yang lain." Tawar Jean.

Barusaja Yuna akan bersuara, Jean terlebih dahulu mendorong kursi roda ke arah taman.

"Aku ingin berlari. Kamu tidak apa kan ?"

Yuna tersenyum.
"Aku bisa menunggumu disini"

"Tidak, aku akan berlari dan kamu di depanku, aku akan mendorong mu"

"Tidak. Aku takut"

" Hey itu seru. Menyenangkan. Jika kamu sembuh, giliranmu mendorongku dengan kursi roda ini dengan berlari. Itu seperti menaiki rollercoaster . Menegangkan."

Yuna mengerucutkan bibirnya kesal, jean hanya tertawa jail.

Masih dengan rasa kesalnya. Yuna tak menyadari jika ada seseorang yang menatapnya sedari tadi. Sosok itu tersenyum, tapi tidak dengan hatinya.

Jeongin barusaja sampai di taman, niatnya bukan olahraga, tapi menepar pesona sekalian melihat sang pujaan. Senyum yang mulanya mengembang, luntur seketika. Kedua matanya melihat sosok yang ia tak suka berlaku baik di hadapan gadis yang ia suka.

"Kenapa ?"

Lia yang ada di belakangnya menatap Jeongin aneh.

"Hatiku hancur" kata Jeongin sambil menyentuh dada nya.

Mata Lia ikut mengarah pandang Jeongin.

"Cih. Hanya karna itu saja lebay."

Jeongin menatap kesal.

"Kamu tidak tau apa yang aku rasakan. Ini sedikit nyeri. Aku bahkan belum pernah menyapanya."

"Kalau begitu biar ku bantu."

Sok berani.

"Ikut di belakangku. Aku akan mengajak Jean berbicara, dan kamu temani gadis itu, siapa ? Yuna ? Dia kan sendiri, kamu ajak bicara saja. Jangan malu-malu. Lebih baik memalukan." 

Tak.

Tangan besar Jeongin menyentil pelipis Lia. Direspon ringisan dari mulut Lia.

"Kalau bicara yang baik ya. Begini begini kamu lebih memalukan dari ku."

Lia melengos pergi menuju dua kaum adam dan hawa yang sedang bercanda tawa.

"Hey Jean, lama tak bertemu yang sayang." Lia bersikap centil.
Jeongin menahan mual di perut.

"Siapa ?" Bukan Jean yang bersuara, melainkan gadis yang bersama Jean sedari tadi, Yuna.

"Oh ? Ohohoho.. " Lia tertawa aneh. "Aku... Ehm aku..."

••UNTITLE [Lee know] •• (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang