5 | Mother Vibe

3.8K 511 174
                                        

"Assamu'alaikum, Alvano!" Haikal berteriak tepat di depan pagar rumah Alvano tepat pukul tujuh.

Sebenarnya, ia bisa saja menerobos masuk. Namun pagar rumah ini masih di kunci. Sebagai anak yang baik, Haikal lebih baik menunggu kan?

Tak lama menunggu, sosok yang di tunggu pun keluar. Namun bukan Alvano, melainkan ayahnya. Polisi paling tampan di komplek Suka Makmur.

"Eh Ikal, tumben jam segini nyamper," ujar Jafar begitu mendapati Haikal di depan pagar rumahnya di jam seperti ini. Bukan apa-apa, biasanya anaknya dan Haikal ini selalu berangkat pukul 7.30 apalagi hari senin seperti ini.

Haikal menunjukan cengirannya, "Lagi simulasi UNBK om,"

Jafar mengangguk, dan membukakan kunci pagar. "Ayo masuk, sekalian sarapan,"

"Udah om," ujar Haikal sembari masuk ke dalam halaman rumah ini.

"Om panggilin dulu ya, kamu tunggu di dalem ayo!"

"Di sini aja om, sekalian nunggu Zainal, Iyang sama Jundi lewat," jawabnya sembari mendudukan diri di kursi.

Jafar mengangguk dan masuk ke dalam rumahnya sembari berteriak memanggil nama Alvano.

Tak lama Haikal menunggu, ada sosok lain yang keluar dari dalam. Bukan Alvano, melainkan Mark. Laki-laki itu keluar dengan celana bahan berwarna biru dan kemeja putih, ada jas yang tersampir di bahunya sambil sebelah tangannya memegang kunci mobil. Benar juga, ada mobil Porche berwarna biru metalik yang terparkir di depan rumah ini. Apakah itu mobil Mark?

"Mau berangkat sekolah Kal?" Tanya Mark sembari memakai sepatu di sebelah Haikal.

"Iya bang, mau kerja ya?"

Mark mengangguk dan tersenyum pada anak itu, "Mau bareng gak?" Tunjuknya pada mobilnya.

Netra Haikal berbinar, naik mobil sport ke sekolah? Itu sangat wow!

"Boleh bang?"

"Kenapa enggak? Vano juga mau bareng,"

"Hayuk berangkat!" Alvano keluar dari dalam rumah dengan kacamata hitam. Haikal yang melihat itu justru tertawa. "Jangan ketawa lo!"

"Ya abisnya lo ngapain pake kacamata segala? Kayak tukang urut aja!" Ia masih tertawa. Sejak kapan Haikal sereceh ini?

"Panuuu!" Sosok Zainal muncul dengan Irsyad yang mengendarai motor. Anak itu memeluk Irsyad erat.

"Udah bang lepasin, geli tau peluk-peluk segala!" Ujar Irsyad sambil berusaha melepaskan tangan Zainal yang melingkar di perutnya.

"Zainab itu bukan Zainal!" Sahut Haikal.

"Yaudah ayo berangkat!" Ajak Mark.

"Kalian naik itu yaa, kita naik ini!" Alvano menunjuk mobil Mark.

"Dih kok gitu! Masa iya kita naik motor kalian naik mobil, gak adil banget," Zainal nampak tak terima.

Kemudian ada suara motor lain di belakang motor Zainal. "Et et et... kiri mang kiri!" Itu Iyang, yang duduk menyamping bak putri duyung di motor Jundi.

"Turun lo!"

"Akang Jundi jangan galak-galak jadi orang, nanti aku putusin loh!"

Haikal heran sendiri, bagaimana bisa ia bersahabat dengan mereka sejak bayi? Tidak Zainal tidak Iyang, keduanya sama saja.

"Udah nih? Kapan berangkat?" Mark melirik jam tangannya. Ia ini tipe orang yang tepat waktu, meskipun ia bekerja sebagai pemimpin perusahaan tapi tetap saja waktu adalah uang.

Melamarmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang