16 | Panda

2.8K 458 99
                                    

***

"Bunda, Yeri pulang dulu! Assalamu'alaikum!" pamit Yeri dan segera berlari keluar rumah dengan mata basah. Jangan sampai Mark melihatnya menangis.

Mark masih memperhatikan Yeri, kemudian ia melirik sang tante. "Mark mau nyusul mereka!" ucapnya.

"Tapi Mark, kamu masih sakit. Mau nyetir lagi?" Rosa menatapnya khawatir. Jika keadaan Mark parah, dia yang akan di marahi kakaknya.

"Gak apa-apa kok Tan, udah mendingan!"

"Bareng Tante aja ya! Sekarang Tante telefon mas Jafar supaya cepet pulang," ucap Rosa.

"Mark bawa mobil sendiri aja! Habis sholat, Mark langsung berangkat!"

"Ajak Yeri juga, ya!"

Mark menatap sang tante dan mengangguk yakin. Perempuan itu pasti jauh lebih khawatir daripada dirinya.


***

Begitu tiba di rumah, Rausya langsung menghadang Yeri dengan raut wajah yang sulit di jelaskan.

"Mba... Ikal..." Dia bergumam lirih. Menahan tangis.

Di tempatnya, Yeri mengangguk dan menutup wajahnya. Masih berusaha menahan tangis.

"M-mba mau sholat dulu ... terus kita langsung ke stasiun, ya!"

Rausya mengangguk. Menatap Yeri yang berusaha tegar. Tadinya dia hendak menyusul ke rumah tetangga karena telefon dari Jundi. Namun niatnya urung karena ternyata, Yeri sendiri sudah pulang mata berkaca. Tanpa di beritahukan lagi, Rausya paham jika Yeri sudah mengetahui keadaan Haikal.

"Assalamu'alaikum, Rausya!" suara itu menghentikan langkah Rausya yang hendak masuk ke dalam rumah. Begitu ia berbalik, di dapatinya Mark tengah berdiri di depan pagar rumah.

"Eh, Wa'alaikumsalam. Kenapa, kak?"

Mark memilih menatap pagar daripada gadis itu. "Bilang sama Yeri, ke Bromonya bareng saya. Nanti saya jemput kalian!"

"Tapi mba bilang mau naik kereta."

"Emang kereta ke Jawa ada jam segini?"

"Enggak tau kak."

Mark menghela napasnya untuk sesaat. "Kalau mau, saya tunggu di depan rumah. Assalamu'alaikum!" pamitnya.

"Wa'alaikumsalam." Rausya menatap kepergian Mark dan tersenyum tiba-tiba. Pantas saja Yeri begitu jatuh hati akan sosok laki-laki itu.

***

"Mba, mas Mark ngajak bareng ke Bromonya!" ucap Rausya saat melihat Yeri keluar dari kamarnya.

"Gak usah, kita naik kereta aja." Meskipun Yeri tahu jika Mark sudah memutuskan hubungan ta'aruf itu, namun ia tak ingin memanfaatkannya untuk melakukan pendekatan.

Yeri sudah menyerah akan cinta. Biarkan Allah yang mendekatkan. Dia tak ingin lagi patah hati untuk kedua kalinya hanya karena cinta.

"Emang ada kereta ke Jawa jam segini?"

Pertanyaan Rausya membuat Yeri terdiam. "Mba gak pernah naik kereta, jadi gak tau."

Melamarmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang