27 | Khalwah

5.8K 566 126
                                    

Note : part ini cukup membahayakan bagi mata dan jantung. Berhati-hatilah!

***





Walimah baru berakhir begitu azan magrib berkumandang. Para laki-laki bergegas pergi menuju mushola yang ada di dalam hotel untuk melaksana sholat magrib berjamaah sementara para wanita langsung masuk kedalam kamar hotel yang sudah disediakan.

Yeri dituntun menuju kamarnya oleh bunda Wanda dan langsung disuruh membersihkan diri terlebih dahulu setelah itu baru sholat magrib bersama.

Sholat juga tak membutuhkan waktu lama, setelah selesai dengan sholat sunah, wirid dan dzikir kemudian membaca Al-Qur'an meski hanya beberapa halam membuka mukenahnya dan kini ia hanya memakai rok panjang berwarna biru muda dan baju lengan panjang berwarna abu dengan kerudung senada.

Dua keluarga itu kini duduk bersama di sofa panjang yang ada didalam kamar tersebut. Mereka berkumpul sembari menikmati camilan. Bahkan Haikal lagi-lagi makan dengan tenang di lantai tanpa peduli akan obrolan para orang tua. Di ruangan ini, hanya ada umi dan abi, orang tua Mark, eyang, pasutri baru, dan dirinya. Alvano tidak ikut karena dia bukan bagian dari keluarga inti.

"Mark, Umi titip Yeri, ya! Dia ini anaknya agak manja dan suka mendem masalah. Yeri mungkin bukan perempuan kaya dan modis, dia juga gak terlalu cerdas. Putri Umi ini, cuma perempuan pemalu yang biasa-biasa aja. Umi mohon dan tolong jaga serta bimbing dia, tegur dia kalau salah dan ajarin dia kalau gak tau," kata umi tiba-tiba.

Mark tersenyum tipis. Melirik Yeri yang tengah menunduk di sebelahnya. Agaknya istrinya masih belum mau berpisah dengan keluarganya. Karenanya ia ada di sisinya untuk menenangkan. Kini, tak ada lagi rasa malu untung sekadar mengenggam tangan Yeri.

"InsyaAllah, Umi. Saya bakal ngejaga dan ngebimbing Yeri karena dia adalah tanggung jawab saya sebagai suaminya mulai sekarang. Dan, saya bakal selalu ada buat Yeri," kata Mark yakin sembari mengeratkan genggamannya.

Yeri yang gugup akan perlakuan Mark melirik laki-laki itu ragu. Namun ia mendapati senyuman di wajah rupawan suaminya itu. Dan, itu begitu menangkan hati. Darah dalam tubuhnya berdesir, menyalurkan kehangatan yang luar biasa.

"Pak Salman sama Bu Rina jangan khawatir, kami menerima Yeriana bukan karena dia kaya, modis, cerdas dan cantik." Eyang membuka suara.

"Tapi karena akhlak dan budi pekertinya. Karena penampilan bukan tiket masuk untuk mendapat cintanya Allah. Menuju cintanya Allah itu harus dengan hati yang ikhlas dan tawakal. Akhlak dan budi perkerti itu penting seperti apa yang sudah Allah jelaskan didalam Al-Qur'an surat An-Nur  ayat 26 :
Yaaaa ayyuhallazii na aamanuu laa tad khuluu buyaww tan ghoiiro buyuu tikum hattaa tastakh nisuu wa tusalli muu allaaa ahlihaa, zaaa likum khoiirul lakum la allakum tazakkaruun. Perempuan-perempuan yang keji hanya untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji hanya untuk perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik pula. Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia," jelas eyang dengan senyum di wajah keriputnya.

Abi tersenyum. Putrinya benar-benar beruntung menjadi bagian dari keluarga Athalla yang menjunjung tinggi ilmu agama dalam kehidupan sehari-harinya. Jodoh adalah cerminan diri itu memang sangat benar.

"Terima kasih karena eyang sudah mau menerima Yeri jadi bagian dari keluarga Athalla," ucapnya bahagia.

Jovian meraih lengan Salman dan menjabatnya. "Harusnya kami yang bilang makasih. Makasih udah besarin tulang rusuk putra kami dengan sangat baik. Orang tua dari anak perempuan itu adalah yang paling hebat, mereka membesarkannya dengan penuh cinta dan kasih sayang, kemudian setelah dewasa mereka melepasnya untuk hidup bersama dengan orang yang putrimu cinta tanpa mengharap balasan. Saya salut sama ketegaran kalian."

Melamarmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang