4 | Mahram

4K 532 151
                                    

Mark baru akan kembali ke rumah setelah dari masjid jika tidak mendapati perempuan bernama Yeri itu di depan majlis. Ia ikut tersenyum begitu perempuan itu tersenyum saat anak-anak berbaris menyalaminya. Tidak pernah ia merasa seperti ini sebelumnya, ada sesuatu yang berbeda setiap kali ia mendapati perempuan itu. Apa ini karena rasa penasarannya itu ya?

"Sadis sih ngeliatin Yeri sampai segitunya,"

Mark terkejut begitu mendapati sosok Lukman yang berdiri di belakangnya. Meski ia baru bertemu laki-laki ini tadi saat di dalam masjid, namun sama seperti adiknya, Lukman ini orangnya cukup sok akrab. Lihat saja tangannya yang merangkul ia begitu saja. Mentang-mentang tingginya tidak wajar.

"Apaan sih gue cuma ngeliatin anak kecil tuh!" Bantahnya, mengalihkan pandang pada Bia yang berdiri di belakang Yeri.

"Kenapa? Pengen ya? Bikin makannya!" Lukman terkekeh setelahnya.

"Apaan dah!" Dengusnya dan kembali melihat ke arah Yeri.

"Cantik ya?" Bisik Lukman pelan. Tanpa sadar, Mark menatap wajah Yeri yang tengah tersenyum menanggapi orang tua yang menjemput anaknya.

Senyuman di wajah itu begitu menawan dan ia tidak bisa berkata tidak. "Banget," gumamnya menjawab pertanyaan Lukman.

"Baik juga?"

Perempuan itu memakai jilbab yang tadi di pakai Bia sholat, dan ia nampak tak masalah dengan ujung jilbabnya yang kotor. "Udah pasti,"

"Sholehah juga,"

"Jangan tanya," senyum Mark melebar.

Lukman semakin tertantang di buatnya, ia kemudian merangkul Mark semakin dekat dan berbisik, "Rasanya pengen memiliki ya?"

"Iy-Astaghfirullahhal'adzim," Mark langsung mengusap wajahnya dan menunduk.

Dan di sebelahnya, Lukman tertawa keras melihat ekspresi Mark. Membuat beberapa ibu yang sedang berbincang dengan Yeri di majlis melirik ke arahnya. Anak sulung bapak RT itu memang berisik, sama seperti adiknya.

"Lo tuh ngapain sih?!" Decaknya.

"Apa? Gue cuma nanya pendapat lo soal Bia, bukannya lo tadi merhatiin dia?" kilahnya.

Mark melirik Lucas tajam sekilas, "Gue mau pulang, Assalamu'alaikum," ucapnya dan mulai melangkah memakai sandal.

Lukman kembali mendekat dan merangkul Mark, "eei, ada yang salah merhatiin nih," ujarnya sembari menusuk-nusuk pinggang Mark dengan telunjuknya.

"Enggak, gue emang merhatiin-"

"Lukman!"

Kedua lelaki itu otomatis melirik ke arah sumber suara yang memanggil nama Lukman. Itu Yeri, gadis itu kini tengah menggendong seorang anak kecil dan tangan sebelahnya menggandeng Bia sembari menghampiri mereka. Di belakangnya juga ada tiga anak lain.

"Ini Bia mau di tinggal?" Ujarnya.

Lukman tersenyum lebar menunjukan deretan giginya, "Lupa!"

Yeri menghela nafasnya pelan, "Yaudah. Duluan!" Pamitnya.

Saat melewati Lukman, laki-laki itu dengan sengaja mencubit pipinya keras, membuat ia mendelik ke arah si lelaki yang hanya menunjukan cengirannya.

"Hati-hati kalau jalan, tuh pipi makin tumpah-tumpah ntar," ujarnya. Dan Yeri hanya mendengus menanggapi. Merasa tengah di perhatikan, Yeri melirik Mark dan tersenyum tipis kemudian menunduk. Sama halnya dengan Mark, laki-laki itu melakukan gestur serupa. Lukman tersenyum aneh melihat interaksi keduanya.

Dua orang ini sepertinya memiliki ketertarikan satu sama lain, begitu pikirnya.

"Yaudah, neng duluan! Assalamu'alaikum," setelahnya ia benar-benar menjauh dari halaman masjid.

Melamarmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang