***
Haikal duduk bersandar pada sofa dengan setoples biskuit coklat di pelukannya. Tak jauh darinya, ada umi dan Rausya yang tengah menata kue kering ke dalam toples. Iya, sekarang ini umi sibuk dengan bisnis kue keringnya. Jadi setiap hari Haikal akan sibuk memakan kue-kue yang tidak layak jual-namun masih layak di makan. Di luar sana banyak orang kelaparan, sang abi selalu mengajarkan untuk selalu menghabiskan makanan apapun selagi masih bisa di konsumsi.
Dan jika soal makanan, Haikal dan Yeri tentu akan dengan senang hati jika soal menghabiskan makanan.
Bukannya Haikal tidak mau membantu. Selama libur kuliah, tugasnya kan mengantar pesanan kue. Jadi dia mengisi perut sejenak sebelum mengantar pesanan.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh! Umi, Muhammad Riyan Askandar titisan syurga yang gantengnya tujuh turunan, tujuh tanjakan, tujuh pengkolan, sampai tujuh benua ini datang!" suara Iyang di depan rumah terdengar sampai ke ruang tengah. Membuat ketiga orang itu mengalihkan atensi mereka.
"Wa'alaikumsalam!" jawab umi singkat. Tahu-tahu Iyang susah ada di dalam rumahnya saja, menyalami umi dan mencomot biskuit yang hampir masuk ke dalam mulut Haikal.
"Tumben ke sini?" tanya Haikal penasaran.
Iyang tersenyum lebar. Dan senyumannya itu sangat aneh baginya. "Ka pasar reuwas, yuk! Ningali sapatu ngan tilu puluh lima rebuan!" (Ke pasar kaget, yuk. Liat sepatu cuma 35 ribuan)
Alis Haikal bertaut. "Jang naon maneh meuli sapatu murah? Kan geus loba di imah!" (Buat apa kamu beli sepatu murah? Kan udah banyak di rumah)
"Si Arul kan kedeung deui ulang taun, ku urang rek di kado eta weh! Kan manehna can boga!" (Si Arul kan sebentar lagi ulang tahun, aku mau ngasih kado itu aja! Kan dia belum punya)
Haikal berdecak sebal. Entah kemana otak sahabatnya yang satu ini. "Maneh ngado nu kitu, yakin? Taun kamari urang mere sapatu alus merk Nike asli oge di pake jang ngaganjel panto." (Kamu ngasih kado yang kayak gitu, yakin? Taun kemarin aku kasih sepatu bagus merk Nike asli juga di pake buat ngeganjel pintu)
"Nya asal tong di pake jang ngaganjel panto hate urang, teu nanaon!" (Ya asalkan jangan di pake buat ngeganjel pintu hati aku, gak apa-apa)
"Jangankan sepatu, yang ada otak Iyang yang di pake buat makanan anjing sama Arul!" celetuk Rausya tiba-tiba.
Iyang berdecak. "Naon si maneh nyambung wae eweuh kabel oge?" (apa sih kamu nyambung aja gak ada kabel juga)
"Tuh!" Rausya menunjuk kabel televisi dan Iyang pasrah. Kalah dia kalau dengan kembarannya Jundi.
Iyang mengabaikan gadis itu dan menatap Haikal penuh harap. "Buru atuh, Kal! Zainal, Vano, Jundi ge milu!" bujuknya sembari menarik lengan kaus Haikal. (cepet dong) (juga ikut)
"Urang arek nganter pesenan!" bantahnya, menepis Iyang kuat-kuat. (aku mau)
"Udah Dek, anter aja Iyangnya. Pesenannya bisa di anter nanti siang. Lagian ini masih banyak yang belum masuk toples!" bela umi cepat. Jengah juga mendengar rengekan Iyang yang tak akan pernah berhenti sampai permintaan anak itu terpenuhi.
Haikal mendesah pasrah. "Ganti baju dulu!"
"Teu kudu!" Iyang langsung menarik Haikal pergi tanpa izinnya. (Gak usah)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamarmu
FanfictionYeri hanya melakukan hukum jual beli sesuai dengan syari'at. Namun ia tak menyangka ijab qabul jual beli yang sering di lakukannya berujung ijab qabul pernikahan dengan pelanggan barunya. ⚠ - Kpop Lokal - Religi/Islami