13 | Berangkat

2.9K 459 161
                                        

***

"Jangan nakal di sana nanti!"

"Iya!"

"Jangan berisik, jangan sompral, jangan jorok, jangan-"

"Iyaaaa Astaghfirullah teteh... Ikal janji bakal jadi anak baik," ucap Haikal cukup jengah akan larangan ini-itu dari sang kakak.

Yeri menghela nafasnya, "Teteh cuma khawatir dek."

Haikal yang selesai dengan tali sepatunya menatap sang kakak. Ia tersenyum tipis. "Kan ada calon kakak ipar, adek teteh yang ganteng ini di jamin baik-baik aja," ucapnya dan di hadiahi pukulan di pundaknya dari Yeri.

"Gak usah sembarangan bilang gitu ya!"

"Ih emang kenapa? Jadi beneran suka nih?" Goda Haikal begitu melihat wajah memerah Yeri.

Bukannya menjawab, pukulan Yeri di pundaknya semakin menjadi-jadi. Ia melakukan ini untuk menutupi rasa malunya.

"HAIKAL! UDAH SIAP BELUM?!" Iyang berteriak dari rumah Alvano. Memang jarak rumahnya dekat, hanya saja ... anak pak RT yang satu ini sangat meresahkan tetangga.

"Tuh teh, toanya udah bunyi!"

Yeri mendengus dan tersenyum tipis, "Yaudah sana berangkat!"

"Anterin~" Haikal yang mendadak manja terkadang membuat Yeri geli sendiri melihatnya. Namun untuk kali ini, entah mengapa Yeri menerima dengan senang hati sifat manja sang adik.

"Rausya, mba ke depan dulu ya!" ucap Yeri setengah berteriak. Rausya sendiri masih sibuk di kamar mandi.

"Ya Allah, reuwas aing*!" Pekik Zainal begitu melihat Haikal menggandeng tangan Yeri. (Kaget aku*kasar)

"Teteh tumben ngegiring anak monyet," celetuk Vano.

Semua orang di sana menatap Yeri yang terkekeh karena Haikal tak mau lepas dari merangkul tangannya. Hal itu adalah pemandangan langka. Yeri dan Haikal dalam mode akur.

"Gak tau nih lagi manja banget," ucap Yeri pelan.

"Rausya mana teh?" tanya Jundi pelan.

"Aduh Mas Jun, to the point banget nanyain gebetan!" ledek Zainal dan Jundi menatapnya sebal bahkan hampir saja memukulnya jika ia tak menahan dirinya sendiri. Iya, Jundi menarik kerah bajunya sendiri dan mengepalkan tangannya ke arah Zainal.

"Ada kok di rumah," jawab Yeri, "kalian udah pada sarapan?"

Irsyad menggeleng cepat. Pada akhirnya, ia dan Chaerul ikut juga. Lagipula, KBM di sekolah tidak begitu kondusif karena semua orang sibuk mengurus perpisahan kelas 12.

"Nanti kita sarapan di jalan," ucap Jundi mewakli.

"Eh, gak usah! Kebetulan semalem pada gak makan nasi di rumah, jadi paginya teteh bikinin nasi goreng. Ada seliter lebih kayaknya, buat sarapan ya!" Yeri menyerahkan tupperware berisi nasi goreng itu pada Iyang yang sudah berbinar hanya dengan melihat wadahnya yang besar.

Chaerul membuka tutup tupperware itu dan menghirup aroma nasi goreng komplit buatan Yeri. "Ya Allah, kenapa wanginya harus menggoda perut hamba yang kosong?"

Melamarmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang