Z

52.4K 4.5K 741
                                    

Dahi Chanyeol berkerut dalam ketika mendapati ponselnya dipenuhi dengan dua puluh missed call dari nomor yang tidak dikenal. Apa-apaan? Siapa orang kurang kerjaan ini?

"Ada apa?" Jongin meliriknya sambil menyesap es jeruk. Mereka tengah menikmati jam istirahat sekolah.

Chanyeol tak menjawab, dan memilih untuk menelepon balik nomor tak dikenal tadi. Kerutan di dahi, tak memudar. Panggilannya diangkat dibunyi sambungan yang ketiga.

"Halo," mata besar Chanyeol menatap teman-temannya dengan lekat. Dimulai dari Jongin, berakhir pada Sehun.

Tidak ada jawaban.

Hening.

"Halo, ini siapa?" tanya Chanyeol.

Sekarang, suara deru napas seseorang terdengar dari ujung sambungan.

Membuat perasaan was-was mulai memenuhi ruang hati Park Chanyeol. Maniak, kah?

"Jangan bercanda. Katakan, kau siapa?" geram pemuda itu.

'....'

Ia berdecak, "Jangan hubungi aku lagi, dasar maniak!" gerutunya dan langsung mematikan sambungan telepon itu.

"Maniak?" kali ini, dahi Sehun yang mengerut.

"Dia meneleponku dua puluh kali," ujar Chanyeol sambil menunjukkan layar ponselnya. Setelah itu, memutuskan untuk mengaktifkan mode getar, tidak hanya hening saja seperti tadi.

Tiga detik setelah pengaktifan itu, sebuah pesan ia terima. Dari nomor tak dikenal tadi. Chanyeol pun membukanya.

'Apa yang sedang Baekhyun lakukan sekarang?'

Mata besarnya semakin membesar. Kenapa nama kekasih cantiknya terbawa-bawa? Dan kenapa pula maniak ini tahu tentang Baekhyun?! Dengan hati memanas, Chanyeol membalas pesan tersebut.

'Yak! Berengsek! Jangan sentuh Baekhyun! Dan jangan ganggu aku lagi! Dasar maniak!'

Gemuruh khawatir tak dapat Chanyeol ingkari. Ia segera mengirim pesan ke kekasih cantiknya itu, untuk memastikan bahwa pemuda mungil tersebut baik-baik saja. Mereka bersekolah di tempat yang berbeda. Untuk saat-saat seperti inilah, Chanyeol menyesal tidak mengiyakan rayuan Baekhyun yang mengajaknya untuk bersekolah di tempat yang sama.

Lama ia menunggu balasan, namun tak kujung datang. Membuat rasa khawatirnya semakin menjadi-jadi. Sedetik setelah itu, Chanyeol merutuki dirinya sendiri. Ia baru ingat, kekasihnya tengah kehabisan pulsa. Otomatis, pesannya tidak akan bisa dibalas. Dengan segera, ia menelepon pemuda bertubuh mungil itu. Namun...

...panggilannya ditolak.

Apa-apaan, Byun Baekhyun?! gerutu Chanyeol dalam hati. Tumit kanannya mengetuk-ngetuk lantai dengan tak sabar. Ia kembali menghubungi si cantik itu, dan panggilannya kembali ditolak juga.

"Kenapa?" tanya Kyungsoo ketika wajah Chanyeol semakin mengusut.

"Baekhyun tidak mengangkat panggilanku."

"Baekhyun? Kekasihmu?"

Chanyeol mengangguk. Ia tidak menyerah, dan menelepon lagi. Senyumnya terkembang ketika dibunyi sambungan keempat, Baekhyun mengangkatnya.

"Hal--"

'UNTUK APA KAU MENELEPONKU?!'

Tiga orang yang sedari tadi setia menatapi Chanyeol, tersentak kaget saat mendengar seruan tadi. Mereka tidak tahu, kalau ternyata kekasih Chanyeol segalak itu. Chanyeol selalu memuji-muji kekasihnya disegala kesempatan, seperti 'Baekhyun itu cantik', 'Baekhyun itu manis sekali seperti puppy', 'Baekhyun itu menggemaskan', 'Walau aneh, tapi Baekhyun selalu bisa menarik hatinya', dan masih banyak lagi.

Chanyeol mengerjap. Tidak mengerti, kenapa dia langsung disembur seperti itu, "Sayang, aku--"

'JANGAN PANGGIL AKU 'SAYANG'! KAU KIRA HATIKU TIDAK SAKIT, KAU KATAI MANIAK, HAH?!'

"E-eh?"

Kapan Chanyeol mengatai Baekhyun maniak?

'Dan lagi, apa tadi? 'Berengsek'? Kau mengataiku 'berengsek' juga? Park Chanyeol, kau mau mati?!'

"T-tunggu! Tunggu! Kapan aku mengataimu? Seharian ini aku--"

'JANGAN MENGELAK!'

Pemuda tinggi itu terperanjat, apalagi ketika mulai mendengar isakan pelan dari ujung sambungan. Membuat hatinya semakin tak tenang.

"Baekhyun-ah, jangan seperti itu," Chanyeol berujar selembut mungkin, "Jelaskan padaku, kapan aku mengataimu, hm?"

'Hiks... Huweeeeeeeeee~'

Chanyeol memijit pelan pelipisnya yang berkedut sakit, "Baek, jangan menangis. Aku tidak bisa memelukmu sekarang."

Tiga orang yang lain menatapnya dengan penuh penghinaan. Menjijikan sekali perkataanmu, Park Chanyeol.

'Aku tidak butuh pelukanmu! Huhuhu... Kau bahkan berkata untuk tidak mengganggumu lagi. Apa aku ini mengganggu?!'

"Tentu saja tidak! Kapan aku berkata seperti itu?"

'Tadi!'

"Tadi kapan? Jelaskan padaku!"

Butuh menunggu beberapa saat untuk mendengar penjelasan Baekhyun. Pemuda cantik itu tengah sibuk menenangkan isakannya.

'Hiks.. kau.. kau kan tau, aku tidak punya pulsa. Jadi.. hiks aku memakai ponsel temanku secara diam diam untuk menghubungimu. Tapi, kau tidak mengangkatnya.'

Chanyeol terdiam. Ia mengedip beberapa kali. Tunggu.

'Terus, kau menelepon hiks... Aku tidak bisa membalas sapaanmu karena ada temanku huhuhuhu...'

"Baekhyun-ah, a--"

'DIAM!'

Bibir tebal Chanyeol kembali merapat.

'Jadi, ketika kau memutuskan sambungannya, aku mengirim pesan. Hiks... Aku hanya ingin kau menebak, kira-kira aku sedang apa. TAPI, APA PARK CHANYEOL?! KAU MENGATAIKU 'BERENGSEK' DAN 'MANIAK'! HUWEEEEEEEEEE~'

Chanyeol menghela napas, "Maafkan aku. Jangan menangis. Aku tidak tau kalau itu kau. Lagi pula, kenapa kau harus menelepon sebanyak itu dengan nomor asing? Kau membuatku takut."

'JADI, INI SEMUA SALAHKU?!'

Tuhan, cabut saja nyawa Chanyeol sekarang. Chanyeol ikhlas lahir batin.

"Jangan merajuk. Bagaimana dengan parfait dan ice cream stroberi sepuasnya sepulang sekolah?"

'Setuju~!'

Dan sambungan itu diputus sepihak oleh Baekhyun dengan suara manis.

Chanyeol kembali menghela napas.

"Jadi... itu Baekhyunmu yang manis?" sindir Sehun.

Chanyeol berdecak, "Jangan mengejek. Dia hanya sedang kambuh."

Benar. Baekhyun itu manis sekali, kalau saja sifat anehnya tidak kambuh-kambuhan.

TititBesarChanyeol.

WEIRD [ChanBaek] [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang