Q

23.4K 2.8K 304
                                    

"Aku rasa, nadanya kurang cocok jika kalimatnya terlalu panjang."

"Tapi, kalimat ini tidak bisa disingkat."

"Atau kita ganti lagu saja?"

"Yak! Kita sudah ganti lagu sebanyak lima kali! Aku tidak mau ganti lagu lagi!"

"Atau urutannya kita ubah?"

"Mana bisa diubah, bodoh!"

Empat sekawan itu tengah mendebatkan tugas kelompok mereka. Mereka diminta untuk meringkas salah satu peristiwa sejarah, lalu menampilkanya lewat salah satu lagu dan mengubah lirik lagu tersebut dengan ringkasan tadi.

Chanyeol menghela napas. Gitar yang sedari tadi ia pangku, ia sandarkan ke meja.

Jongin mendesah lelah. Di ambilnya satu lembar roti tawar yang berada di atas meja, dan mengolesi atasnya dengan selai cokelat. Otaknya tidak bisa bekerja dengan baik, karena dia kelaparan. Sementara hidungnya dimanja oleh bau harum masakan Ibu Chanyeol yang belum jadi. Membuat cacing-cacing di perut semakin berdemo besar-besaran.

"Aku lapar," gerutu Sehun.

"Bersabarlah," ujar Kyungsoo.

Mereka semua lapar di sini.

Pintu rumah itu terbuka tiba-tiba. Membuat perhatian keempat orang tersebut langsung teralih. Baekhyun, dengan kaos putih polos sebagai atasan, serta celana pendek selutut berwarna khaki, masuk tanpa ada rasa sungkan sama sekali. Bahkan, ia tak mengucap salam.

"Kau dari mana?" tanya Chanyeol.

Baekhyun meliriknya sekilas tanpa menghentikan langkah, "Dari rumah," jawabnya singkat, "Ibu Park~"

Lelaki yang memiliki tinggi tak jauh berbeda dengan Kyungsoo itu melangkah menuju dapur.

"Ibu Park~ ada makanan tidak?"

"Oh, Baekkie~"

Sehun langsung menoleh ke arah Chanyeol, "Siapa itu?" tanyanya penasaran. Sekali lihat pun, Chanyeol tahu. Sehun tertarik.

"Kekasihku," jawab si pemilik telinga peri, dengan intonasi yang ia tekan. Menunjukkan rasa kepemilikan. Posesif.

Sehun menelan ludah karena ditatap setajam itu. Kedua tangannya naik hingga sebatas bahu, "Oke, oke, aku menyerah. Dia milikmu," ujarnya langsung.

"Dia manis," komentar Kyungsoo.

Chanyeol melirik, "Tentu saja. Sudah ku katakan pada kalian. Dia manis dan menggemaskan."

"Setelah nyaris tiga tahun berteman denganmu, akhirnya kami bertemu dengan kekasihmu juga," celetuk Jongin.

"Oh, kau benar. Ini pertama kalinya."

"Ngomong-ngomong, sejak kapan kalian menjalin hubungan?" tanya Sehun penasaran. Mereka tidak pernah menanyakan ini. Yang mereka tahu, Chanyeol sudah memiliki kekasih bahkan sebelum ia masuk sekolah menengah atas.

"Sejak pertengahan kelas dua di sekolah menengah pertama."

"Dan kalian tidak pernah putus hingga saat ini?" tanya Sehun lagi.

Chanyeol mendelik, "Kau mendoakan kami putus?"

"Yak! Bukan begitu maksudnya! Aish!"

"Kau tidak bosan?" Kali ini, Kyungsoo yang bertanya.

Chanyeol mendengus, "Kalian tidak akan pernah bosan jika berpacaran dengan Baekhyun."

"Sejak kapan kalian saling mengenal?"

Oke. Sepertinya, mereka mulai tertarik untuk menguak lebih lanjut perjalanan cinta antara Chanyeol dan Baekhyun.

Kedua sudut bibir Chanyeol tertarik ke atas ketika mendengar pertanyaan Jongin, "Kami pertama kali bertemu ketika aku baru saja pindah ke sini. Itu dikelas tiga sekolah dasar."

"Woah. Ternyata kau sudah menghabiskan separuh hidupmu bersamanya, huh?"

"Dan kau sungguh tidak bosan?" tanya Kyungsoo lagi dengan heran.

Nyaris sepuluh tahun, kedua orang ini saling mengenal. Apa sungguh kata 'bosan' tidak pernah terbesit di benak mereka?

Chanyeol terkekeh, "Aku tidak pernah bosan bersamanya. Baekhyun memiliki sistem kerja otak yang sedikit berbeda dengan orang lain. Dia unik."

"Maksudmu... dia gila?"

Si pemilik telinga peri tidak bisa menahan tawanya ketika mendengar pertanyaan tersebut, "Kata orang, dia gila. Tapi, untukku, dia menarik."

Sehun berdecih melihat betapa bucinnya Chanyeol kepada sang kekasih. Lalu, Baekhyun keluar dari dapur. Tangan kanannya membawa rantangan yang berukuran lumayan besar.

"Ibu Park menyuruh kalian untuk makan," ujarnya.

Dahi Chanyeol mengerut, "Kau akan pulang? Tidak makan bersama kami?"

Si menggemaskan itu menggeleng, "Ada Jongdae di rumah. Aku akan makan bersamanya."

"Kau yakin? Aku rasa, temanmu tidak akan keberatan jika kau makan terlebih dahulu."

Baekhyun terkikik pelan, "Tidak. Aku harus cepat pulang."

Melihat itu, kedua mata Chanyeol menyipit curiga. Baekhyun pasti telah melakukan sesuatu pada teman sebangkunya itu.

"Apa yang sudah kau lakukan?" tanya Chanyeol langsung.

"Ung? Hihihihi.." Bukannya menjawab, si manis itu malah kembali terkikik, "Aku pulang dulu. Jongdae sedang berduaan dengan ularku di rumah. Dia pasti akan menjerit ketika melihat hewan itu berdesis di dekatnya tiba-tiba."

Ketiga orang yang sedari tadi hanya menonton, tercenung. Kekasih Chanyeol memelihara ular?

Sementara Chanyeol sendiri, melebarkan kedua matanya dengan kaget, "Kau--apa--ularmu--"

"Aku mengeluarkannya dari kandang ketika pergi ke sini."

"Yak! Byun Baekhyun!" seru Chanyeol ngeri, "Kau mau membunuh temanmu?! Jongdae bisa dimakan olehnya!" serunya lagi dan tanpa basa-basi, ia lekas berdiri.

"Ayo, cepat. Ku antar kau pulang secepatnya," ujar Chanyeol. Ia melangkah keluar mendahului Baekhyun. Chanyeol harus melihat keadaan Jongdae dengan mata kepalanya sendiri. Dia harus memastikan pemuda berwajah kotak itu baik-baik saja.

Oh, tidak, tidak, tidak. Chanyeol tidak mau sama sekali, kekasih mungilnya ini ditangkap polisi. Lalu, dijebloskan ke penjara karena membiarkan dengan sengaja temannya mati menjadi santapan ular peliharaan.

Melihat itu, Baekhyun tersenyum tipis. Ia menoleh ke arah tiga teman Chanyeol yang belum berkenalan dengannya, lalu memberikan seulas senyum manis ke mereka.

"Ibu Park~ Baekkie pinjam Yeollie sebentaar~" serunya.

"Iya! Mau dipinjam selama-lamanya juga tidak apa-apa!"

Mendengar itu Baekhyun terkekeh.

"Baby, ayo cepat!" Chanyeol berseru panik dari luar.

"Santai saja, Yeollie~"

Walau sebenarnya Baekhyun tidak bisa menjamin, keadaan Jongdae baik-baik saja. Yah, minimal, pemuda itu akan mengalami trauma ringan karena bertamu ke rumahnya.

TititBesarChanyeol.

WEIRD [ChanBaek] [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang