N

21.7K 2.6K 229
                                    

Pertemuan pertama.

______________________________

Hari itu adalah hari kepindahan keluarga Park. Pasangan suami istri Park memutuskan untuk membeli sebuah rumah di salah satu perumahan yang terletak di kota sebelah.

Chanyeol hanya menatap kesibukan kedua orang tua beserta Kakak perempuannya itu dalam diam. Menyusun perabotan rumah, mengatur tata letak sofa dan sebagainya. Dia sebagai anak bontot, dan anak kecil yang dianggap tidak bisa membantu, hanya terduduk diam di tepi ruangan. Menatap para orang-orang 'besar' yang sibuk berlalu-lalang.

Ibu Park yang melihat anaknya terdiam seperti anak hilang --padahal dia berada di dalam rumah sendiri-- mendekatinya, dan menepuk pucuk kepala itu dengan lembut.

"Chanyeol-ah, bagaimana jika kau keluar? Mencari teman baru dan mengenali lingkungan di sekitar sini," usulnya.

Chanyeol mengangguk menuruti. Membuat Ibu Park tersenyum senang. Anak laki-laki bertubuh berisi itu pun melangkah keluar. Waktu sudah menjelang sore hari. Tapi, panas masihlah terasa terik. Ia mengelilingi komplek perumahan itu. Mencoba merekam tiap sudut lingkungan yang akan ia tinggali entah sampai kapan.

Chanyeol memutuskan untuk berjalan keluar komplek. Sejauh ini, ia belum menemukan satu anak kecil pun. Baik yang lebih muda darinya, yang sebaya, mau pun yang lebih tua. Perumahan itu sepi. Akan membosankan sekali jika Chanyeol tidak memiliki teman di sini.

Atau, apa karena ini perumahan, jadi anak-anaknya 'anak rumahan' semua?

Peluh mulai mengalir dari pelipis Chanyeol. Panas. Blok sebelah terlihat jauh lebih asri dari blok rumahnya. Tak jauh setelah ia keluar, ia bisa dengar seruan ramai suara anak-anak. Langkah kakinya pun semakin ia lebarkan. Senyum mengembang ketika melihat kumpulan anak-anak tengah main bola di sebuah taman.

Ia mendekat. Menatap mereka dengan mata berbinar senang. Chanyeol ingin ikut main, tapi ia masih merasa segan karena tidak mengenal satu pun orang yang berada di sana.

"Tidak ikut main?"

Terima kasih Tuhan! Ada yang mengajaknya berbicara. Chanyeol menoleh pada anak yang mungkin lebih tua beberapa tahun darinya dan baru saja datang. Senyum nakal yang terlukis di wajah itu, membuat Chanyeol tenang entah kenapa.

"Erm... Aku ingin. Hanya saja, sepertinya mereka sedang seru," ringis Chanyeol pelan.

"Aku tidak pernah melihatmu selama ini."

"Ah, iya. Aku baru saja pindah tadi di sekitar sini."

Anak itu membulatkan bibirnya. Lalu, mengulurkan tangan, "Aku Taehyung."

"Chanyeol."

"Berapa umurmu Chanyeol? Aku dua belas."

Chanyeol mengerjap. Wow. Tua sekali.

"Delapan. Erm.. apa aku harus memanggilmu 'Kakak' atau sejenisnya?"

Taehyung tertawa, "Tidak perlu. Panggil Taehyung saja. Ayo, main!" ajaknya.

Taehyung melangkah menuju tengah lapangan, "Teman-teman! Ada anak baru di sini!"

Dan Chanyeol merasa, ia amat sangat beruntung karena bertemu dengan Taehyung saat itu. Ia dan anak lainnya mulai berkenalan. Yang bermain, ternyata tidak hanya anak perumahan sini saja, namun mereka yang rumahnya terbilang cukup jauh dari sini pun juga ada.

"Oper ke sini, Chanyeol!"

"Tendang yang kuat, Minseok!"

"Ayo! Ayo!"

"Hei! Jangan lengah! Jangan biarkan mereka mencetak gol!"

"Tae, jaga di sana!"

"Yoongi! Yoongi!"

"Mark! Ke sana!"

Chanyeol dan Minseok berlari beriringan. Bola berada di kaki Minseok. Lawannya bersiap dengan siaga. Tidak akan membiarkan mereka mencetak angka. Kedua anak itu semakin dekat dengan gawang. Begitu melihat celah dari pertahanan lawan, Minseok menendang bola itu sekuat tenaganya.

"Aaaaahhh!!" Teriakan kecewa langsung terdengar. Bersamaan dengan seruan senang. Bola melambung terlalu tinggi. Mereka tidak jadi mencetak angka.

"Biar aku yang ambil bolanya!" seru Chanyeol. Ia berlari kecil. Bola membumbung lumayan jauh. Benda bulat itu berada di samping bak sampah yang berukuran lumayan besar. Sepertinya semua sampah di beberapa komplek ditampung di bak itu terlebih dahulu, baru di ambil oleh para petugas kebersihan.

Chanyeol mengambil bola tersebut. Namun, perhatiannya tertuju pada seorang anak dengan tubuh kecil yang berada tak jauh darinya. Anak itu tengah mengais bak sampah. Dahi Chanyeol mengerut. Pemulung? Tapi, bajunya terlalu bagus untuk dikatakan sebagai pemulung.

Bahunya ditepuk. Chanyeol menoleh. Taehyung.

"Abaikan saja dia. Dia orang gila," ujar anak yang berumur lebih tua. Bola di tangan Chanyeol, diambil. Lalu, Taehyung memilih untuk kembali lebih dulu.

Chanyeol masih diam. Ia menatap anak itu lagi. Bahkan, anak itu kelihatan tidak keberatan dengan bau busuk dari tempat tersebut. Mungkin dia merasa karena terus ditatap, anak itu menoleh membalas tatapan Chanyeol. Mereka saling tatap selama beberapa saat, hingga mata sipit itu melengkung membentuk bulan sabit. Bibirnya tersenyum lebar, membuat kedua pipi terangkat dan membulat seperti mochi. Wajahnya memerah karena panas. Sangat menggemaskan.

"Chanyeol! Ayo, cepat!" Teman-teman barunya berseru.

"Iya! Aku datang!" Setelah lirikan terakhir, Chanyeol berlari kecil menuju taman. Namun, sekilas, ia bisa mendengar suatu percakapan.

"Baekkie, sudah ketemu?"

"Ibu, tidak ada! Bagaimana jika hasil penelitianku sudah dibuang ke pembuangan akhir?!"

"Salahkan, Taehyung. Jangan, Ibu."

Dan Chanyeol berakhir dengan satu kesimpulan.

Taehyung mengenal anak itu.

Dan tentu saja, anak itu bukan orang gila.

TititBesarChanyeol.

WEIRD [ChanBaek] [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang