Chanyeol membaringkan tubuhnya dengan nyaman. Mata besarnya menatap langit-langit kamar dalam diam. Lalu, bergulir ke arah dinding kamarnya yang digantungi banyak foto. Foto dia dan Baekhyun tentu saja.
Kedua sudut bibir Chanyeol tertarik ke atas. Ia mendudukkan dirinya agar bisa melihat lebih jelas foto-foto tersebut. Potret pertama yang ia tatap, adalah foto pertama mereka berdua. Itu ketika Chanyeol pertama kali datang ke rumah Baekhyun. Mungkin diusia delapan tahun. Tinggi mereka masih sama saat itu. Baekhyun masih manis dan menggemaskan. Tak berubah sama sekali hingga sekarang.
Lalu, di sebelahnya, foto ketika mereka lulus sekolah dasar. Chanyeol sudah lebih tinggi dari Baekhyun. Di situ, kekasihnya diberi penghargaan karena mendapat nilai terbaik. Lalu, Ia ingat, saat itu, mereka berdua memutuskan untuk masuk ke sekolah menengah pertama yang sama. Karena mereka berasal dari sekolah dasar yang berbeda. Dan Chanyeol sedikit menyesali perbuatan itu.
Ia tidak bisa fokus sama sekali untuk belajar. Dipikirannya, hanya ada Baekhyun, Baekhyun, Baekhyun, dan Baekhyun yang ada di kelas sebelah. Fokus Chanyeol bisa buyar dengan mudah hanya karena mendengar jeritan absurd Baekhyun yang melewati kelasnya. Jangankan jeritan, mendengar suara kekehan pelan yang khas dari si manis itu saja, sudah bisa membuat ia berpaling dari pelajaran.
Nilai akademisnya tidak terlalu memuaskan ketika sekolah menengah pertama. Hanya bisa masuk ke sepuluh besar. Tidak bisa tiga besar. Satu-satunya hal baik yang terjadi di masa itu --menurut Chanyeol-- hanyalah ketika dia berhasil membuat Baekhyun menjadi kekasihnya, dan ketika dia tahu, lagi lagi dikelulusan, Baekhyun mendapat nilai tertinggi di sekolahnya. Chanyeol bangga.
Kedua mata Chanyeol bergulir ke foto selanjutnya. Foto mereka di kelulusan sekolah menengah pertama. Perbedaan tinggi mereka semakin jauh. Chanyeol tumbuh sangat pesat.
Baekhyun kembali mendapat penghargaan karena memegang nilai terbaik. Nilai yang sempurna.
Kalian tahu sendiri kan, jenius dan gila itu perbedaannya sangat halus. Sehalus helai rambut. Dan sepertinya, kalian bisa melihat hal itu dengan mata kalian sendiri jika memperhatikan Baekhyun.
Lalu, foto di sampingnya, adalah foto ketika mereka telah masuk ke sekolah menengah atas. Tidak ingin kejadian sebelumnya terulang, Chanyeol menolak ketika Baekhyun mengajak untuk bersekolah di tempat yang sama. Nilai-nilainya pun membaik. Dan tentu saja, Chanyeol tidak menyia-nyiakan otak pintar Baekhyun. Dia akan meminta bantuan Baekhyun ketika ia kurang mengerti di beberapa pembelajaran.
Sisanya, adalah foto kebersamaan mereka ketika sedang menghabiskan waktu berdua. Chanyeol rasa, ia harus siap-siap membeli bingkai baru, berhubung kelulusan mereka sebentar lagi.
Waktu berjalan begitu cepat. Mereka tumbuh bersama. Dari kecil, remaja, dan Chanyeol harap, akan berlangsung hingga mereka dewasa, tua, dan mati nanti.
Tiap detik yang ia lalui bersama Baekhyun, adalah waktu yang berharga.
Ponselnya bergetar. Baekhyun meneleponnya. Dengan segera, Chanyeol menggeser icon telepon hijau.
"Iya, Sayang?"
'Yeollie~ temani aku. Penerbangan Ayah dan Ibu diundur hingga lusa. Kakakku tidak mau kemari.'
Chanyeol tersenyum tipis mendengar rengekan itu, "Baiklah. Aku ke sana sekarang."
'Sekalian belikan aku camilan, ya.'
"Kita beli bersama saja."
'Belilah di jalan menuju rumahku.'
"Baby, rumah kita hanya berjarak tiga blok. Dan supermarket di dekat sini, harus melewati rumahmu dulu. Kita beli bersama."
Chanyeol bisa mendengar gerutuan-gerutuan dari ujung sambungan.
'Iya, iya, ish!'
Lalu, sambungan telepon mereka selesai. Baekhyun itu menggemaskan sekali. Membuat Chanyeol kembali mengingat, tiap peristiwa yang mereka alami sejak pertama kali bertemu dulu.
TititBesarChanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEIRD [ChanBaek] [SELESAI] ✔
FanfictionSemua ini berisi tentang kebucinan Chanyeol dan kegilaan Baekhyun :") Cover ucul ini dibuat oleh @baekfii [6 Juni 2019 - 4 Agustus 2019]