S

25.7K 2.9K 155
                                    

Busa sabun yang melekat di tangannya, perlahan luruh terkena air. Chanyeol sesekali menatap pantulan dirinya dari cermin yang berada tepat di hadapannya. Setelah kedua tangan bersih dari busa, ia membenarkan tatanan rambutnya sejenak, dan mematikan keran air.

Tangan yang basah, ia keringkan dengan sapu tangan. Kedua kakinya yang panjang, melangkah keluar dari toilet. Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit lalu. Teman-temannya yang lain sudah pergi ke kantin mendahuluinya. Chanyeol berjalan santai menuju tempat yang menjual banyak makanan itu.

Begitu telapak tangannya kering, sapu tangan kembali ia masukkan ke dalam saku belakang celana.

"Kenapa dia bisa masuk ke dalam sini?"

"Entahlah. Mungkin dia ada keperluan?"

Chanyeol melirik dua orang yang baru keluar dari kantin tadi. Lalu, membuka pintu dan mendapati ruangan tersebut ramai diisi para siswa siswi yang kelaparan. Kakinya melangkah masuk. Ia langsung bisa menemukan teman-temannya yang sedang duduk di meja panjang yang terletak di sebelah kiri. Chanyeol akan menghampiri mereka, kalau saja ia tidak menyadari sesuatu yang janggal di sana.

Ya. Di depan salah satu counter yang menjual minuman dan makanan ringan.

Kedua siku putih itu bertumpu pada meja counter. Seragam yang melekat di tubuh sintalnya, berbeda dari yang lain. Tanda bahwa di ruangan ini, hanya dia satu-satunya orang yang bukan berasal dari sini.

Dilihat dari postur tubuh, Chanyeol sudah tahu siapa gerangan orang asing tersebut. Yang membuat dahinya mengerut adalah, apa yang sedang orang itu lakukan di sini? Dan kenapa tidak memberitahunya?

Chanyeol melangkah perlahan mendekati orang tersebut yang tampak sedang berbincang akrab dengan bibi penjual. Ketika jarak di antara mereka mulai mendekat, ia bisa mendengar tawa manis yang keluar dari bibirnya.

"Oh ya, Bibi, apa Park Chanyeol sudah memiliki kekasih?"

Sebelah alis Chanyeol terangkat. Apa dia kemari untuk memata-matainya?

"Ku dengar dia sudah punya kekasih. Dan katanya, kekasihnya itu cantik dan menggemaskan. Ah, andai saja dia masih sendiri, aku akan menjodohkannya dengan putriku," decak Bibi penjual.

Tawa pelan kembali terdengar. Tangan dengan jemari lentik itu memegang kotak susu rasa stroberi dan menyesap isinya.

"Maksudku, apa dia 'bermain' dibelakang kekasihnya di sini?"

Dahi Chanyeol berkedut kesal. Apa-apaan pertanyaan itu?! Dengusan keluar tanpa bisa ditahan. Ia lanjut melangkah untuk menghampiri orang tersebut, dan menggenggam pundaknya untuk membuat orang itu berbalik.

Chanyeol melotot sebal, "Yak, apa yang kau lakukan di sini?"

Baekhyun mengerjap.

"Kau membolos, eoh?!" tuduh Chanyeol.

"Yeollie~" kedua tangan Baekhyun langsung melingkar di tubuh itu. Memeluk kekasihnya dengan erat. Mengabaikan tatapan-tatapan dari orang lain yang berada di sana. Kepalanya mendongak dengan dagu yang menyentuh dada Chanyeol, "Aku merindukanmu," ujarnya manis.

Rasa sebal di benak Chanyeol langsung menguap. Menghilang tanpa bekas sedikit pun. Chanyeol menghela napas. Kedua tangannya menangkup pipi gembil Baekhyun, "Kau masuk lewat mana?" tanyanya.

"Lewat tembok belakang."

Mata besar itu, kembali membesar, "Yak! Tembok belakang itu tinggi! Bagaimana jika kau jatuh?! Apa kau terluka?!"

Baekhyun menurunkan kedua tangan Chanyeol dari pipinya, "Hei, aku ini laki-laki tau! Tembok setinggi itu bukan apa-apa untukku! Jangan meremehkan begitu!" gerutu si manis tersebut.

"Tapi, tetap saja! Dan kau membolos!"

Baekhyun merengut menggemaskan, "Mau bagaimana lagi? Aku kan merindukanmu."

Si tinggi itu terdiam seketika. Jantungnya berdegup semakin cepat. Ia berdehem pelan. Chanyeol mengaku kalah dengan paras minta diserang milik Baekhyun ini.

"Ku antar kau kembali ke sekolahmu sekarang. Apa minuman ini sudah dibayar?"

"Belum."

Chanyeol mengeluarkan dompetnya, dan memberikan selembar uang ke Bibi penjual. Lalu, menggenggam pergelangan tangan Baekhyun dan menariknya. Dia harus cepat sebelum si Byun ini terlambat masuk kelas dijam berikutnya.

"Cium aku."

Chanyeol menghela napas, "Di sini banyak orang, Baek. Nanti saja."

Baekhyun menghentikan langkahnya. Membuat Chanyeol mau tidak mau, harus ikut berhenti juga. Ia menoleh menatap paras manis tersebut.

"Aku kan cuma ingin menunjukkan pada mereka semua, kalau kau milikku," rajuk Baekhyun.

Ah. Sampai kapanpun, Chanyeol tidak akan pernah menang melawan kekasihnya ini. Kedua tangannya beralih menangkup pipi itu lagi, dan ia langsung melumat bibir itu lembut.

Suara terkesiap dari sekitarnya, tidak ia pedulikan.

Chanyeol bisa merasakan, kedua lengan Baekhyun melingkar di lehernya. Lumatan darinya dibalas. Ciuman mereka berlangsung sebentar. Karena beberapa detik kemudian, bibir itu terpisah.

"Aku akan terkena masalah," bisik Chanyeol.

Baekhyun terkekeh, "Biar saja."

Chanyeol kembali menegakkan tubuhnya, dan menarik tangan Baekhyun lagi untuk membawanya pergi dari sana. Mengabaikan semua orang yang masih terpaku akan adegan ciuman dadakan tadi.

******

Skuter biru milik Chanyeol berhenti di dekat sebuah tembok yang lumayan tinggi. Chanyeol berdecak ketika melihat tembok itu. Helm yang digunakan, ia lepas.

"Kau yakin bisa memanjatnya?" tanya Chanyeol ragu.

Baekhyun turun dari skuter tersebut. Kepalanya mengangguk yakin, "Aku sudah sering memanjat tembok ini."

"Berhati-hatilah, Sayang."

"Ya. Aku akan."

Senyum lembut kembali terpatri di bibir Baekhyun. Kedua tangannya bergerak untuk memeluk leher Chanyeol lagi, dan mengecup bibir tebal itu.

"Aku mencintaimu," bisiknya.

Chanyeol tersenyum. Kecupan-kecupan mereka berubah menjadi lumatan. Baekhyun meremat pelan rambut hitam Chanyeol. Apalagi ketika lidah mereka bertemu. Rasanya, ia ingin naik ke pangkuan kekasih tingginya, dan membolos hingga pulang sekolah.

Berhubung akal sehatnya masih bertahan, Chanyeol segera melepas ciuman mereka. Dia tidak mau Baekhyun terlalu sering membolos. Bibir basah itu, ia usap pelan.

"Pergilah," bisiknya.

"Menciummu selalu menyenangkan," ujar Baekhyun sambil tersenyum kekanakan.

Chanyeol balas tersenyum, "Pulang sekolah, aku akan menciummu lagi. Sekarang, kembali ke kelasmu."

"Yang lama?" tanya Baekhyun.

"Sepuasmu."

Baekhyun terkekeh. Kepalanya mendekat hingga bibir nyaris menyentuh telinga peri Chanyeol.

"Menginaplah di rumahku. Malam ini aku sendirian," bisiknya.

Chanyeol terdiam.

Baekhyun melepas pelukannya. Lalu, tersenyum menggoda dan berbalik. Kembali memanjat tembok belakang sekolah, dan melompat ke dalam.

"Sampai jumpa nanti, Chanyeollie!"

TititBesarChanyeol

WEIRD [ChanBaek] [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang