Sakit hati

620 106 2
                                    

Sepanjang hari Mark tak pernah berhenti uring-uringan di rumah.

Dia gila, tak mau makan juga tak ingin kemana-mana, orangtuanya tiba-tiba dibuat pusing karena tingkah Mark yang seperti ini, semua keluarganya tak tahu apapun tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Mark, sedikit bingung, Mark tidak mungkin se stress seperti ini jika berhubungan dengan urusan kantor, perusahaan sedang baik-baik saja, jadi kesimpulannya pasti bukan urusan perusahaan yang membuat Mark sepusing sekarang.

Mark tak ingin bicara pada siapapun hari ini, dia bahkan marah hanya karena disuruh makan, mengamuk lalu mengurung diri dalam kamar, tak ingin keluar.

Aneh…begitulah sekarang Mark dimata keluarganya.

Nyonya Raymond sejak tadi mengetuk dari luar pintu kamar Mark, tapi laki-laki itu sepertinya masih enggan untuk membuka pintu, dia tak mau.

“Mark…..buka pintunya! Kau kenapa?”

Tak ada jawaban dari dalam.

“Mark……!!!” sahut nyonya Raymond masih tak beranjak dari tempatnya.
Masih tak ada jawaban.

Tuan Raymond yang juga merasakan keanehan pada putra bungsunya itu menyusul menaiki lantai dua, diapun ikut berdiri di depan pintu kamar Mark bersama istrinya “Mark masih tak ingin membuka pintunya?” tanyanya dengan ekspresi bingung.

Nyonya Raymond mengangguk “aku tak tahu apa yang terjadi dengannya”

“apa dia punya masalah?”

“dia tidak pernah mengatakan apapun”

Tuan Raymond mengerjap beberapa kali “tapi dia baik-baik saja sebelum Rose dan Jimin meninggalkan rumah”
Nyonya Raymond menoleh, mereka merasa ada sesuatu yang ganjil terjadi pada Mark hari ini.

“Mark..buka pintumu..aku mau bicara!!!” ujar tuan Raymond kemudian dengan suara beratnya.

Mark bahkan tak memperdulikannya.

“MARK….CEPAT BUKA PINTUMU ATAU KAU INGIN AKU MERUSAKNYA?” teriak tuan Raymond, suara beratnya menggelegar memenuhi seluruh penjuru rumah.

Mark membuka pintu dengan wajah malas “wae?” ujarnya dingin diambang pintu.

“kau kenapa seharian ini?” Tanya papanya kemudian dengan intonsi dingin, diapun ikut kesal melihat tingkah Mark hari ini.

Mark menggeleng dengan wajah tak berselerah “tak ada apapun yang terjadi padaku” jawabnya dengan nada kesal.

“bohong” ujar ibunya “kau kenapa? Tidak bisakah kau menceritakannya pada kami? Apa kau punya masalah?”

eomma…” ujar Mark, ekspresinya berubah semakin kesal “tak ada apapun yang terjadi padaku dan aku baik-baik saja, jadi jangan menggangguku hari ini! Aku hanya ingin sendiri” ujarnya ketus menutup pintu kamarnya dengan suara keras.

Orangtuanya yang masih berdiri di depan pintu langsung tersentak karena Mark yang tiba-tiba membanting pintunya, lalu mereka saling melempar pandang, semakin heran dengan Mark.

.
.
.
.

2 hari berlalu.

Mark masih saja seperti kemarin, bahkan tingkahnya semakin parah saja, sekarang dia bahkan tak ingin berangkat kerja, tak ingin bergabung untuk makan keluarga, dia hanya akan keluar kamar jika semua orang sudah tertidur di malam hari, lalu ketika siang dia tak pernah terlihat keluar dari kamar, bahkan begitu sangat marah pada semua orang.

Keluarga Tuan bahkan sampai harus menahan malu ketika keluarga Park datang berkunjung ke rumah dan ingin pamit untuk kembali pulang ke Singapura tapi Mark justru mengurung diri dalam kamar, tak ingin mengatakan apapun pada orangtua Rose, bahkan tak ingin mengantar ke bandara.

A Story Of Why I Love You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang