Terasingkan

1.3K 187 0
                                    

Pagi berikutnya.
Semua koper, perlengkapanku dan sebagainya sudah disiapkan ibuku mereka siap mendepakku dari keluarga ini, seperti mereka mendepak Reiyan sampai ke LA. Bedanya, mereka justru menyingkirkanku ke wilayah Honam di provinsi Jeolla Selatan, bagian desa terpencil di bagian daya Korea Selatan, pertanyaanku adalah, kenapa mereka tidak menyingkirkanku hingga ke luar Korea saja? Maka itu akan lebih bagus.

Aku masih diam melihat semua barang yang akan aku bawa. Putus asa.

"eomma sudah siapkan semuanya, nanti kalau kau tiba disana, salam sama heolmoni dan harabojimu!"

"5 menit lagi, papa mau pergi, ada yang mau kau katakan Mark?"

"aku lupa rumah heolmoni dimana, memangnya supir papa tidak bisa mengantarku?" ujarku semakin malas, semakin putus asa juga melihat koperku yang super besar itu,ahh menjengkelkan.

"tidak" jawab papa pendek.

"kau naik taxi ke stasiun, setelah itu naik bus ke rumah haraboji-mu" ujar eommaku, menjelaskan tapi tidak jelas.

"papa sudah menyuruh orang untuk mengurus berkas pindahmu, semuanya beres, dan besok kalau kau masih tak ada kabar, dan aku menelpon haraboji-mu dan kau belum tiba juga, awas saja, jangan coba-coba kabur!" papa melihatku penuh ancaman.

"itu artinya aku tersesat" jawabku masih malas.

Papa pamit setelah tak ada lagi yang ingin dia katakan, diapun semakin malas nelihatku berlama-lama disini, ibuku juga terlihat siap-siap ingin berangkat kerja.

"apa lagi? Masih belum jelas?" ujar papaku yang ingin memasuki mobilnya dan aku yang masih berdiri di ambang pintu masih bersama koper-koper itu.

Sebuah peta melayang ke arahku, letak rumah harabojiku terpampang jelas disana.

"kenapa harus stasiun? Menggunakan taxi kemudian kereta dan dilanjutkan dengan menggunakan bus itu bisa memakan waktu seharian full, aku bisa menggunakan motorku, itu akan lebih baik" aku meminta hak ku kembali.

Telapak tanganku menjulur ke depan, mengarah ke papaku yang masih berdiri di depan pintu mobilnya.

"kau tak ada SIM, aku menyesal pernah membelikanmu motor" raut wajah ibuku setelah mengatakan itu jelas-jelas bahwa dia sangat menyesal sudah membiarkanku melanggar undang-undang berkendara tanpa SIM.

papaku bahkan menatap marah pada ibuku, menyalahkannya atas apa yang aku lakukan, yahh motorku selalu disita setiap kali papa kembali ke rumah, dan sepertinya hari ini ayo kita ucapkan selamat tinggal yang terakhir kalinya pada motor itu, kali ini benar-benar sudah berganti kepemilikan.

"bagaimana kalau ke Jeju? Aku bisa lanjut sekolah disana" ujarku kemudian penuh semangat, mencoba mengubah pikiran mereka di detik-detik terakhir. Apalagi harabojiku punya resort disana, aku akan sangat senang jika tinggal tanpa kenalan.

"tiket pesawatnya mahal, memangnya kau punya uang?"  sahut ibuku sinis.

Heran, itu hanya tiket pesawat yang harganya tidak sampai 2 juta kenapa dipermasalahkan? harta dari keluarga Tuan Alexandra yang tidak lain adalah haraboji-ku, memangnya akan berpengaruh kalau aku menggunakannya untuk tiket pesawat? mengingat harta haraboji-ku pemilik ALX Group, memangnya mau diwariskan kemana kalau bukan ke anaknya? Dan papaku anak satu-satunya di keluarga Tuan yang memilih jadi militer itu tak ingin ambil pusing dengan harta orangtuanya, otomatis itu akan jatuh ditangan siapa lagi kalau bukan di tanganku? Rei akan mengambil alih rumah sakit swasta milik haraboji juga, selebihnya siapa yang mau mengurus perusahaan utama kalau bukan aku karena ibuku bekerja sebagai jaksa? Apa yang mereka hawatirkan tentang uang?

A Story Of Why I Love You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang