Tidak berkencan

573 109 9
                                    

Tidak tanggung-tanggung, ibuku bahkan membeli kalung berlian seharga jutaan won, entahlah, aku hanya tak punya ide untuk membeli barang mahal karena heolmoni sudah punya segalanya, aku rasa perhiasan yang mahal atau sejenisnya tidak akan berarti apapun.

Sambil menemani kedua perempuan ini berbelanja, aku terus saja mengekor sambil menggerutu dalam hati ingin cepat pulang, bukannya aku tidak suka menemani ibuku berbelanja, hanya saja, ini yang pertama kalinya setelah bertahun-tahun ibuku memintaku untuk melakukan hal-hal yang seperti ini, aku begitu sangat kelelahan berjalan kesana-kemari sambil memegangi tas tangan milik ibuku, ahsssss orang-orang yang mengenalku sebagai CEO pasti akan meledekku dalam hati.

eomma…….” Rengekku lagi, ingin cepat pulang…….kalau bisa, secepatnya.

Ibuku dan Rose menoleh serempak, mereka berdua hanya memasang wajah jengkel menganggapku sebagai pengganggu, sungguh menyebalkan.

Berjam-jam berlalu, akhirnya ibuku menyelesaikan belanjaannya yang memuakkan ini, aku dan Rose bahkan bertugas mengangkut semua tas belanjaannya karena bukan hanya kalung berlian yang dia beli, tapi juga ditambah barang-barang yang lain.

“kalian tidak membeli hadiah untuk heolmoni?” Tanya ibuku melempar tatapan heran ke arahku dan Rose yang sejak tadi hanya mengikutinya tanpa memilih barang apapun.

Akupun punya pertanyaan yang sama pada Rose, heran kenapa perempuan ini tak memilih barang apapun “kau tidak memberikan hadiah untuk heolmoni?”

Rose hanya menatapku lalu menjawab “hadiah yang aku cari tak ada di tempat ini”

“memangnya kau ingin memberikan apa?” tanyaku semakin penasaran.

Dia hanya melempar senyuman lalu menarik tangan ibuku untuk segera pergi dari tempat ini, melihatnya berlalu, akupun mengikuti dari belakang, kuurungkan niatku untuk bertanya lagi, karena Rose sepertinya punya sedikit kejutan untuk heolmoni dan tak ingin memberitahukannya pada orang lain.

Kami tiba di rumah sore hari, tapi ibuku mengatakan agar aku sekali-kali mengajak Rose agar makan malam diluar karena mungkin akan terlalu membosankan jika perempuan itu terus-terusan diajak makan malam di rumah, Rose tak menanggapi yang dikatakan ibuku, sedangkan aku hanya mengangguk saja.

Malam ini akhirnya aku memutuskan untuk mengajak Rose makan malam diluar, semenjak aku kembali dari LA, tak sekalipun aku dan dia makan berdua kecuali di kantor, kami tak pernah makan diluar karena keluargaku selalu meminta agar aku makan di rumah.

Sepanjang perjalanan setelah membawa ibuku pulang ke rumah, aku dan Rose kembali melanjutkan perjalanan ke jalan raya, aku bahkan bingung ingin membawa mobil ini kemana, ditambah lagi hari sudah semakin gelap.

“kita makan malam dimana?”  tanyaku melempar pandang ke jalan raya, mengikuti arah pandang Rose yang terus melongo keluar.

Perempuan itu tak menjawabku, dia hanya sibuk menatap bangunan-bangun di luar sana.

“hyaaa, kau ingin makan malam dimana?” tanyaku yang kedua kalinya.

Dia akhirnya menoleh sambil menatapku sekilas lalu kembali melempar pandang keluar jendela “aku hanya ingin membeli bahan makanan dan memasak di apartement saja” suaranya terdengar nyaring.

“kau ingin memasak makan malam?”

Dia mengangguk “mmm, aku tidak terbiasa makan malam diluar”

Sambil kembali fokus menyetir, aku menanggapi “yang aku tahu, dulu ketika sekolah, kau lebih betah makan diluar dibandingkan di rumah”

Lagi-lagi aku melihatnya memasang wajah kesal memandangku yang terus menyinggung tentang masa sekolah dulu.

A Story Of Why I Love You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang