4

2K 253 14
                                    

Sebuah sendok terlempar kekepala Kiba.

  "Hentikan omong kosongmu"ujar Shikamaru kesal "sudah kubilang dia tak mungkin begitu!"bentaknya kesal.

  "Hei,hanya karena kau teman Naruto bukan berarti kau harus menutup sebelah matamu!!ada kemungkinan kan dia membunuhnya!"tukas Kiba tak mau kalah.

  Shikamaru tak tahan lagi dia bangkit dan membuka jaketnya lalu membantingnya ke lantai "bangun"tantangnya.

  Kiba tertawa lalu menatap Hinata "kau lihat kan?mereka ini sama-sama preman!" ujar Kiba lalu bangkit dari kursinya "kau kira aku takut?".

  "DIAM!!"teriak Sai,suaranya yang biasanya halus dan tenang mendadak menggelegar seperti sebuah petir dalam badai "Apa? huh?kalian mau berkelahi?lakukan sana.. lepaskan seragam kalian pergi jauh-jauh dari lingkungan sekolah bawalah pisau atau apapun itu kalau perlu cobalah bunuh satu sama lain kau kira aku peduli?tidak!persetan dengan kalian tapi selama kalian ada di sekolah ini..kalian tanggung jawabku".

  Hinata melotot,jujur saja pria yang barusan bersikap sangat ramah dan murah senyum ini terlihat agak mengerikan ketika dia marah.

  Dan sepertinya bukan hanya dia yang berpikir seperti itu karena Shikamaru kembali duduk dan memakan sarapanya dan Kiba duduk sambil menundukan kepalanya seperti anak anjing.

  Lebih tepatnya seluruh anak yang tadinya ribut bicara mendadak hening dan menundukan kepalanya seperti anak anjing.

  "Tapi.."cicit Kiba.

  Sai melempar sebuah roti padanya "Jangan banyak bacot".

"Baik"gumam Kiba menurut.

  Sai menatap Hinata "Dan kau.. Uchiha.. Berangkat kesekolah denganku nanti,ada yang mau kubicarakan".

"Ok"ujar Hinata.

  Tanpa mereka ketahui Naruto mendengar semua pembicaraan itu di balik dinding tanpa mereka ketahui.

  Pikiranya melayang ke hari itu,hari saat Neji meninggal.

  Saat itu dia ada disana,di lantai 63 bersama Neji dan menyaksikan bagaimana Neji dijatuhkan dari ketinggian itu.

  Naruto membenturkan kepalanya ke dinding mencoba melupakan bayangan itu.

  'Jangan katakan pada siapapun.. Jika sampai ada yang tau.. Ingatlah bahwa kau yang akan menjadi pembunuhnya.bukan aku.. Kau masih ingin adikmu punya masa depan kan?'.

  Kata-kata orang itu terngiang di kepalanya dan membuat Naruto mengepalkan tanganya erat.memusatkan titik amarahnya disana.

--

  Sai berjalan beriringan bersama Hinata menuju gedung sekolah bersama.

  "Kau berkelahi dengan Naruto kemarin, ku dengar kau sempat menyebut nama Neji"ujar Sai "Aku tak suka jika ada anak dikelasku yang berkelahi.. Itu membuatku harus membuat laporan memberikan pada guru Kakashi dan kemudian dia menyuruhku menceramahi temanku seperti apa yang sedang kulakukan padamu saat ini"ujar Sai "tapi karena kau murid baru aku akan melupakan semua ini"ujar Sai kembali ramah.

  "Kau sepertinya ketua kelas yang baik.. Kau mampu mendiamkan anak-anak itu seketika" puji Hinata yang dibalas dengan senyuman tipis dari Sai.

  "Ayahku seorang polisi jadi sepertinya aura berwibawanya menurun padaku"ujar Sai bergurau.

  Hinata merapatkan bibirnya mengingat sesuatu "Polisi?".

  Sai mengangguk "ya,namanya Danzo".

"Oh,sial"umpat Hinata tak sadar.

  "Apa?"tanya Sai tak mengerti "apanya?".

Hinata menutup mulutnya tak sadar "A-a..ah bukan itu,maksudku.. Anu itu".

He's a SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang